Kamis, 05 Juli 2012

UNESCO, Subak Warisan Budaya Dunia



Hasil sidang ke-36 Komite Warisan Dunia UNESCO  PBB di Saint Petersburg, Rusia, Jumat mengumumkan Lansekap budaya Subak Bali secara aklamasi diterima sebagai situs Warisan Budaya Dunia. Setelah melalui pembahasan bersama 36 usulan situs alam, budaya, serta situs gabungan alam dan budaya dalam siding tahunan 24 Juni 2012 di ibukota Rusia bagian Utara. 

Penetapan panitia ini tidak mendapat protes dari Sekitar 600 peserta plus ratusan pengamat dari negara 21 anggota Komite Warisan Dunia dan negara pihak Konvensi 1972 tentang Warisan Dunia yang hadir, Wiendu Nuryati mengatakan setelah melalui proses dan perjuangan yang berat dan berliku selama 12 tahun akhirnya pengakuan Dunia ini diperoleh setelah diumumkan oleh panitia,  sekaligus merupakan suatu kebanggaan bagi Bangsa Indonesia atas dinyatakannya Subak sebagai satu Warisan dunia, Ujar Wamen Pendidikan dan Budaya. 

Subak merupakan sebuah sistem pengaturan pengairan di dalam pertanian Padi sawah yang dilaksanakan masyarakat  Bali yang terorganisir dan menganut paham THK yang berdasarkan Budaya, Sosial dan Agama masyarakat Bali sehingga kegiatannya berkonsep alami.   Dikatakan bahwa sistem subak erat hubungannya dengan ajaran Hindu yang tertuang dalam Tri Hita Karana atau Tiga Sumber Kebaikan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam, serta hubungan manusia dengan manusia.   Konsep ini tidak hanya memandang pada produksi yang berlimpah tapi melihat pada keseimbangan alam dan budaya di  daerah tersebut atas usaha mereka sehingga produksi yang optimal dan berkepanjangan.    Keharmonisan hubungan antara unsur-unsur tersebut diwujudkan secara turun-temurun melalui subak yang mengandung arti kepedulian, kebersamaan dan saling menghormati.
Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang ketuanya disebut Pekaseh dan bersama anggotanya yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali, Indonesia.    Subak ini biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik   atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para petani dan diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan dewi Sri.   Sistem pengairan ini melibatkan seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani di desa tersebut.

Pekaseh bersama para petani anggotanya dalam mengelola kegiatan yang terkait dengan air selalu melakukan pertemuan, perencanaan dan melaksanakan pengairan baik untuk sawah, kolam ikan, termasuk air bersih dengan sangat adil melalui musyawarah di Bali disebut Sangkep [Angkep = berdekatan/mendekat]. Perencanaan matang disiapkan bagaimana nantinya sebuah lahan akan diberi air, seberapa banyak, seberapa lama, dan bagaimana mereka bekerja semua terencana dengan baik.    Bagi yang pernah jalan-jalan ke Bali pasti banyak melihat tata letak sawah berundak juga terlihat sangat terasi, semua itu dilakukan bukan hanya untuk indah dilihat tetapi dengan teknik seperti ini akan memudahkan sistem irigasi Subak mengaliri sawah dari atas ke bawah. Subak mengelola air gunung, bendungan, sungai, telabah, dan kekalen. Telabah adalah cabang saluran dari sungai sedangkan Kekalen adalah cabang dari Telabah.  Subak merupakan budaya kuno dan tetap masih terjaga dengan baik dan hingga sekarang memiliki 1.200 jaringan Subak yang tetap terjaga sejak abad ke 19 dan ini telah menjadi komitmen masyarakat Bali dan Pemerinth untuk tetap menjaganya situs ini sesuai konvensi 1972.

Revolusi hijau  telah menyebabkan perubahan pada sistem irigasi  ini, dengan adanya varietas padi  yang baru dan metode  yang baru, para petani  harus menanam padi sesering mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Ini sangatlah berbeda dengan sistem Subak, di mana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan. Metode yang baru pada revolusi hijau menghasilkan pada awalnya hasil yang melimpah, tetapi kemudian diikuti dengan kendala-kendala seperti kekurangan air, hama  dan polusi  akibat pestisida  baik di tanah maupun di air.  Akhirnya ditemukan bahwa sistem pengairan sawah secara tradisional sangatlah efektif untuk menanggulangi kendala ini.

Setelah presentasi, sejumlah negara langsung menyampaikan dukungannya. Melihat tidak ada yang mengajukan keberatan, ketua sidang mengetuk palu pertanda disetujui.   Gemuruh tepuk tangan memenuhi ruang sidang. Perasaan delegasi Indonesia yang sebelumnya terlihat sedikit tegang, berubah menjadi kegembiraan.
Delegasi Indonesia perwakilan pemerintah daerah Provinsi Bali, antara lain Bupati Badung Anak Agung Gde Raka dan Bupati Gianyar Cokorda Artha Ardana Sukawati yang memakai pakaian adat Bali berdiri sambil tepuk tangan yang mengundang perhatian peserta sidang.    Sementara itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus Djauhari Oratmangun yang mendampingi delegasi Indonesia mengatakan pengakuan ini dapat lebih meningatkan citra Indonesia di fora internasional.

Amanat ini harus dijaga dengan baik untuk kelestarian budaya bangsa. Masyarakat dunia akan turut menikmatinya dengan berwisata ke Indonesia, demikian Djauhari Oratmangun. 
by.  Bakri Supian


Tegak Pure mengalirkan Lantunan Doa,
Meski berusaha kehendak Tuhan akhirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PARI GERGAJI GIGI KECIL DAPAT SURVIVE DENGAN BAWAAN PARTHENOGENESIS BILA TERTEKAN

NusaNTaRa.Com byIrkaBPiranhA,         S     e    n    i     n,        0    6      M    e    i      2    0    2    4   Pari Gergaji Gigi Ke...