Senin, 10 April 2017

PESONA NATURAL DANAU JEMPANG BELUM TERJAMAH PEMBANGUNAN

Nusantara.Com


Menikmati panorama perairan dengan berbagai  kondisi alamnya yang eksotik ditengah daratan yang luas,  tentunya dapat anda nikmati di Danau Jempang sebuah danau yang berada disisi hulu Sungai Mahakam Kecamatan Jempang Kab.  Kutai Barat Kalimantan Timur.   Danau yang dikelilingi beberapa kampung tradisionil etnis dayak yang masih menghiasi hidupnya dengan kebudayaan tradisi akan menjadi satu pesona tambahan yang menyenangkan buat Traveler  yang berkunjung, disamping menikmati berbagai  keindahan yang masih Natural  Danau Jempang dan hampir belum tersentuh pembangunan,   berada sekitar 370 km dari muara sungai Mahakam atau Samarinda.

Danau Jempang yang oleh warga disana disebut "  KENOHAN  " masih bagian dari Sungai Mahakam  menyajikan banyak pesona alam  yang dapat dinikmati bagi mereka yang datang kesana,  pemandangan alam dengan luas perairan mencapai 15.000 ha dilatari nun di sana berdiri Gunung Meratus,  Kampung-kampung kecil yang berdiri  disisi Danau dengan keragaman budayanya khususnya suku Dayak  Benuaq, Dayak Tunjung, Melayu Kutai, Dayak Bahau dll,  Kegiatan Para Nelayan Danau yang menetap di atas rumah terapung serta Keramba Apungnya yang khas cukup menarik untuk melepas kejenuhan hidup,   Hilir mudik berbagai perahu nelayan antara Desa dengan perahunya yang khas terlebih disore hari mungkin bisa dibilang cukup romantic,  atau menyaksikan si Ujang anak Dayak benuak sedang sibuk menarik kailnya atau jalanya ditengah danau yang tenang.

Sarana transportasi antara Kampung Kecil di pesisir danau Jempang menggunakan perahu Ketinting (seingatku model ketinting ini mirip dengan perahu yang digunakan para nelayan di Sungai-sungai Thailand),  Perahu bermesin dan kapal motor yang biasanya digunakan antara Desa atau pemukiman diluar danau.  Antara beberapa Kampung juga masih dapat diubungkan dengan jalan darat,  sehingga jika anda berada di Kampung Issuy jangan lupa menikmati pesona  “ Jembatan Cinta “  terbuat dari Kayu Ulin dan berpagar sepanjang  1 km, katanya bagi pasangan yang sempat kesini akan Langgeng.  Untuk menuju ke Samarinda harus menggunakan Mobil rental sejauh 320 km Rp 2.000.000 atau menggunakan kapal selama sehari melalui Sungai Mahakam Rp 200.000/org, tapi untuk ini harus ke Melak dahulu.

Ketika saya berada di Kampung Issuy  Sabtu, 25 Februari 2017 disatu sudut Danau Jempang (Kenohan).    Pagi itu,  melalui Jembatannya saya mencarter perahu seharian dengan maksud mengitari Danau semampu yang bisa mengingat wilayahnya yang cukup luas,  perahu sepanjang 3,5 meter dengan mesinnya menurut saya cukup unik mirip perahu di sungai-sungai Thailand.   Setelah berjalan keluar selama 15 menit kamipun telah keluar dari tanjung dan berhadapan denga Kampung Pulau  Lanting  Dengan beberapa rumah nelayan di sisi pulau,  berjalan keluar lagi karena yang kami lalui masih seperti selat yang sempit,  terpampang perairan Danau Jempang yang lebih luas dan mengagumkan meski perairannya rada tenang dengan beberapa perahu yang mengapung di atasnya baik transportasi maupun para nelayan.   Dari sini terlihat beberapa Kampung Dayak yang kecil seperti Kampung Jones, Kampung Issuy, Kampung Ohong, Kampung Jempang, Kampung Atuhai dan Kampung Pulau Lanting yang kehidupannya banyak tergantung pada Nelayan, Pertanian dan transportasi.
Penduduk kampung dipesisir Kenohan  sekitar 2.500 jiwa sebagian besar  tergantung pada hasil pertanian dan perairan Danau baik nelayan tangkap ataupun budidaya ikan.   Secara alami Danau Jempang sangat kaya akan Sumberdaya ikannya seperti Ikan Nila, Patin, Haruan, Lele,  Salap, Belut, Lais, Mujair,  Mas  dsbgnya, menurut Yabeth penduduk Kampung Jones bahwa sesekali ikan Pesut atau lumba-lumba Mahakam  ditemukan berenang dipermukaan danau ini.    Jika kita berada di Kampung Issuy, Jones dan Lanting kita akan menemukan “ RUMAH APUNG “ yaitu rumah yang dibuat diatas batang terapung atau Rakit diatas air danau serta disamping pondok tersebut terdapat 2 – 4 keramba ikan yang terbuat dari kayu Ulin seukuran 3 x 2 meter tempat budidaya ikan.    Sangat menyenangkan berjalan sambil melompat-lompat diantara  Rumah Apung yang bisa berbanjar sampai 6 buah serta memperhatikan keramba mereka atau ikan yang ada dibawah rumah atau melihat  proses pengeringan ikan yang dibuat ikan Asin, sambil membeli untuk dijadikan oleh-oleh (Rp 20.000/kb).

Kegiatan yang cukup menarik di Danau Jempang/Kenohan tentulah menikmati kesegaran air danau dengan bercebur, tapi sebaiknya anda mencarter perahu bermesin tadi sebesar Rp 300.000  agar dapat lebih ditengah,  disamping itu buat para Pemancing Maniaker dapat meluahkan hobynya dengan lebih eksaitik karena  kondisi ikan dan perairannya yang khusus,  sembari menikmati geliat kampung dayak disisi danau.   Perahu tadipun dapat anda gunankan mengunjungi kampung-kampung Dayak tersebut untuk mengenal lebih dekat kebudayaan dan keramahan warga Benuaq dan Tunjang yang cukup melegenda akan keramahannya sehingga kata si Anton warga Issuy jika ada warga yang menawarkan sesuatu itu jangan ditolak.   Kalau ada perayaan adat tentunya upacara akan lebih meriah lagi.   Atau anda dapat mengunjungi Rumah adat menyaksikan  Karya Seni ukir, Ulop  doyo, manik-manik yang biasanya antara etnis mempunyai perbedaan tersendiri  dan membelinya sebagai oleh-oleh.   Ketika itu saya sempat membeli sebuah hasil kerajinaan Tas panggul dari ayaman Rotan bahasa dayaknya "  ANJAT  " seharga Rp 500.000 sebuah.
Di beberapa sisi Danau Kenohan ditumbuhi Gulma Air yang cukup lebat hingga sejauh 100 meter dari tepi danau  membuat  airnya  warna Coklat dan proses sedimentasi cukup tinggi terutama di daerah yang aliran airnya lemah,  pada musim hujan danau berkedalaman hingga 8-10 meter tapi musim kemarau ada yang hanya berkedalaman  2 meter atau menampakkan pasir di pinggir Danau.    Menurut Direktorat Danau dan Sungai bahwa Danau Jempang termasuk salah satu Danau yang terancam kalau saja tidak ada tindakan Conservasi Danau yang lebih baik untuk mencegah pendangkalan dan pembersihan beberapa kawasan Gulma Air.   Di Kampung Jones dan  Kampung Pulau Lantin pada musim kemarau  akan terjadi penurunan air hingga di temukan lahan sedimen sejauh 100 m.   Ketika disana saya melihat lahan ini digunakan penduduk untuk bertanam padi bahkan ada yang menanamnya hingga seluas  1.5 ha,  jenis padi yang di tanam padi Hibrida dengan hasil sekali panen untuk 1 ha mencapai 450 kg gabah.  Di beberapa titik tempat ini dijadikan tempat perkemahan oleh para pengunjung sehingga begitu pagi mereka dapat langsung nyebur ke Danau.

Danau Jepang Menurut Legenda Masyarakat Dayak Benuaq dan Tunjung, bahwa danau ini terbentuk sebagai  penggabungan beberapa gunung yang dulu  bertaburan disitu seperti Gunung Jempang, Gunung Nungan, Gunung Konyut, Gunung Pamungkas  dan Gunung Meratus.  Suatu ketika Ayus Datang atas perintah Lintang Olo untuk menggabungkan semua gunung tersebut  agar  banyak warga yang datang karena kalau bergunung sulit orang datang,  setelah disepakati Ayus pun berkata bahawa dalam 8 hari  semua gunung tersebut akan melebur menjadi air yang besar.  Namun saat mereka melebur jadi air Gunung Meratus dan Gunung Konyut  tidak melebur membuat Danau Jempang Marah dan bersumpah bahwa  nanti bila ada penduduk bumi melintasi Danau Jempang menyebut Gunung Meratus akan datang angin  badai besar di atas Danau tersebut.
byKariTaLa LA
Putri Dayak merajut tenunan,
Danau Jempang satu pesona yang belum Bangun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEDDY SUJADI DRUMMER GODBLESS DENGAN KARYANYA TUA-TUA KELADI DI POPULERKAN ANGGUN C SASMI

NusaNTaRa.Com   byAsnISamandaK,          S   a   b   t   u,    0   6      A   p   r   i   l      2   0   2   4 Ian Antono dan Teddy Sujadi...