Minggu, 12 Maret 2017

INDONESIA DI ALL ENGLAND MAMPUKAH MENGULANG KEEMASANNYA ?

NusanTaRa.Com
Meski  bukan sebagai  asal murni banyak olahraga tapi  orang Inggris boleh menepuk dada sembari mengaku bahwa mereka adalah penemu banyak cabang olahraga,  karena setidaknya merekalah yang menyempurnakan bentuk dan mempopulerkan olahraga tersebut.   Seperti Bulutangkis yang dasarnya dari India dan Sepak bola dari Yunani serta lainya seperti  rugbi, kriket, dan tenis.      Semua pertama kali dimainkan  setidaknya dalam bentuk modern  oleh orang-orang Inggris,   ada satu kesamaan yang dialami para atlet Inggris di semua cabang tersebut   bahwa  mereka bukanlah kekuatan utama dan dominan dalam olahraga tersebut,    Seperti Sepak Bola dan Rugbi Inggris baru sekali menjadi juara dunia, Kriket malah belum pernah menjadi yang terbaik di dunia sementara di Cabang Tenis dan Bulu Tangkis meski dulu mereka dominan tapi saat ini telah dikuasai oleh atlit negara lain. 

Tahun 2016, kejuaraan bulu tangkis tertua di dunia All England, akan digelar untuk yang ke-107 kalinya, sebagaimana tahun sebelumnya tidak ada pebulu tangkis Inggris yang benar-benar diunggulkan selain pasangan suami-istri Chris dan Gabby Adcock.  Pasangan suami-istri tersebut kini berada di peringkat ketujuh dunia dan mereka diharapkan mampu mengulangi raihan Nathan Robertson dan Gail Emms pada 2005 silam.   Prestasi Inggris telah surut namun dulunya mereka penguasa Cabang Bulu tangkis dengan pemain top Thomas dan Uber.  Sir George Alan Thomas dan Elizabeth "Betty" Uber dulu merupakan pemain yang dominan,  hingga kini mereka masih memegang rekor juara terbanyak Thomas menjadi juara  21 gelar di semua nomor dan Uber mampu mengoleksi 13 gelar. 

Dominasi Thomas dan Uber Inggeris pada era di mana semua juara All England berasal dari Eropa. Ya, sejak pertama kali dihelat di markas resimen London Scottish 1899 hingga 1948 ketika turnamen dihelat di Harringay Arena, hanya ada lima negara yang wakilnya mampu jadi juara. Kelima negara itu adalah Inggris, Swiss, Republik Irlandia, Denmark, dan Swedia.   Penyelenggaraan All England tahun 1949,  David Freeman dari Amerika Serikat, bersama Ooi Teik Hock dan Teoh Seng Khoon dari Malaysia menjadi pebulu tangkis yang berhasil memutus dominasi Eropa, mulai saat itu All England mulai dikuasai banyak negara Non Eropah.     Uniknya, Freeman dan Teik Hock sendiri saling mengalahkan di dua nomor berbeda.   Jika Freeman berhasil menang di nomor tunggal putra, maka Teik Hock bersama Seng Khoon berhasil mengalahkan Freeman yang berpasangan dengan Wynn Rogers di nomor ganda putra. 

Indonesia baru bisa  meraih gelar juara pertama tahun 1959 melalui aksi Tan Joe Hok.   Saat itu Tan Joe Hok kelahiran 1937 itu mengalahkan rekannya  Ferry Sonneville di partai puncak.  Gelar juara yang diraih Tan Joe Hok kala itu hanya terasa sebuah kejutan di tengah dominasi Malaysia-Denmark, terutama lewat Erland Kops, Eddy Choong, dan Wong Peng Soon.   Tahun 1968 lewat Rudy Hartono mampu meraih juara tunggal putra dan  Minarni Sudaryanto dan Retno Koestijah di nomor ganda putri dan mengibarkan Merah-Putih berkibar di Wembley. Rudy Hartono sendiri akhirnya berhasil menjadi juara sebanyak delapan kali, di mana tujuh di antaranya dia raih secara berturut-turut antara 1968-1974 rekor tersebut belum terpecahkan hingga kini.

Dengan 43 gelar di semua nomor, Indonesia adalah peraih gelar All England terbanyak sepanjang sejarah dan dari semua gelar itu, 18 di antaranya disumbangkan nomor ganda putra. Christian Hadinata dan Ade Chandra jadi pasangan ganda putra Indonesia yang memelopori dominasi itu. Namun, bukan merekalah yang berkontribusi paling banyak dalam urusan raihan gelar. Adalah pasangan Tjun Tjun dan Johan Wahjudi dengan enam gelarnya yang menjadi peraih gelar terbanyak. 

Sementara itu, meski sudah berhasil mengangkat trofi untuk pertama kali pada 1968, pebulu tangkis putri Indonesia terhitung jarang menjadi juara di tanah Britania. Setelah Minarni-Retno, Indonesia harus menunggu 11 tahun sebelum Verawaty dan Imelda Wiguna mengangkat trofi pada 1979. Di tahun tersebut, Imelda Wiguna menjadi juara di dua nomor sekaligus, yakni ganda putri dan ganda campuran. Gelar ganda campuran yang diraih Imelda bersama Christian Hadinata itu pun menjadi yang pertama bagi Indonesia.


Barclaycard Arena Birmingham,  venue All England. 


Susy Susanti menjadi pebulutangkis wanita Indonesia pertama dinomor tunggal putri menjadi juara All England 1990.   Kejayaan Susy Susanti dieranya ketika berhasil menoreh medali emas Olimpiade tahun 1992 di Bercelona, serta juara All England sebanyak  sebanyak empat kali dalam kurun waktu 1990-1994, namun tropi terakhir tersebut menjadi yang terakhir bagi Indonesia hingga kini dinomor putri.  Kelesuan tersebut tidak hanya di nomor putri di tunggal putrapun demikian  gelar juara Haryanto Arbi pada tahun 1994 adalah gelar juara tunggal putra terakhir yang bisa dibawa pulang ke Tanah Air selanjutnya trofi itu hanya jatuh ketangan  pebulu tangkis China, Denmark, Malaysia, bahkan India. 

Indonesia kembali meraih trofi lewat Praveen Jordan dan Debby Susanto tahun 2016, pasangan ganda campuran itu kini berada di peringkat kelima dunia.  Praveen-Debby berhasil meneruskan tren apik di nomor ganda campuran setelah sebelumnya Tontowi Ahmad dan Lilyana Natsir menjadi juara tiga kali berturut-turut mulai 2012-2014 dan memecahkan kebuntuan gelar selama delapan tahun.    Sejak Sigit Budiarto dan Candra Wijaya menjadi juara ganda putra pada 2003, Indonesia sempat tidak mampu mengirim satu wakil pun yang menjadi juara. Padahal, ketika itu Indonesia sempat punya Taufik Hidayat yang berhasil menjadi peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 dan juara dunia 2005.

Pada gelaran tahun ini, Indonesia masih bakal sangat mengandalkan nomor ganda campuran untuk meraih trofi. Pasalnya, selain punya juara bertahan, Indonesia juga masih punya Tontowi-Lilyana yang menghuni peringkat ketiga dunia.    Namun, di dua nomor ganda lainnya, Indonesia pun punya pasangan-pasangan yang ada di 10 besar dunia. Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo merupakan harapan terbesar Indonesia di nomor ganda putra. Juara China Terbuka 2016 ini sedang menghuni peringkat kelima dunia.  Sementara itu, di bawah Marcus dan Kevin, Indonesia juga punya Angga Pratama dan Ricky Karanda Suwardi yang duduk di peringkat tujuh dunia. Tahun lalu, Angga dan Ricky mampu menjadi juara Asia di Hyderabad, India. 

Di nomor tunggal putra, Indonesia punya tiga pebulu tangkis yang ada di 25 besar dunia. Mereka adalah Tommy Sugiarto (16), Jonatan Christie (20), dan Sony Dwi Kuncoro (22).   Meski Tommy Sugiarto ada di peringkat tertinggi, justru Jonatan dan Sony-lah yang prestasinya lebih baik tahun lalu. Jonatan berhasil menjadi juara Asia, sementara Sony sukses memenangi sebuah ajang Super Series, Singapura Terbuka.    

Meski demikian Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) tidak menargetkan hal yang muluk-muluk melainkan dalam kejuaran All England tahun ini hanya satu Medali Emas.  Target tersebut mampu dipenuhi Tim Merah Putih setelah Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya berhasil meraih tropi juara Ganda putra setelah menumbangkan Ganda China Li Junhui/Liu Yuchen 21-19 dan 21-14 dan Lee Chong Wei menjadi juara tunggal putra.   Pertanyaan sekarang Mampukah Bulutangkis Indonesia bangkit meraih keemasannya sebagaimana di masa kejayaan Rudy Hartono dan Susy Susanti  ?. 

byDannYAsmorO
Liem Swie King Smesh berputarnya,
Badminton pernah menjadikan Indonesia raksasa dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PULAU MANHATTAM DI NEW YORK DITUKAR PULAU RUN DI MALUKU DEMI PALA KALA ITU

NusaNTaRa.Com   byBakrIRoYMarteN,   S e l a s a,   2   6     M a r e t    2 0 2 4    Buah Pala Bak Minyak emas dahulu kala Pertukaran kepe...