Rabu, 14 Mei 2014

PULAU COCOS DAN CHRYSMAST GUGUS NUSANTARA YANG BUKAN INDONESIA



Pulau Cocos  ( Keeling Island ) dan Chrysmast Island merupakan Gugusan pulau kecil yang bertebaran di Samudra Hindia, sebelah selatan Indonesia yang masih berada dalam satu landas continental dengan kepulauan Nusantara dan memiliki Iklim tropis dan flora dan fauna yang relatip lebih Indonesia ketimbang Australia, seperti Kelapa yang mendominasi kawasan ini serta Jenis satwa endemic yang cukup popular dari daerah ini adalah Kepiting Merah, pada musim tertentu dapat mencapai 40 jutaan ekor yang berkeliaran di pantai dan kota namun tidak berbahaya karena berukuran relatip kecil.   Realitanya sekarang Gugusan pulau kecil yang minim air tawar ini masuk dalam wilayah administrasi Territorial Australia sejak 1955  dengan kepala Administrasinya adalah Neil Amstrong, namun sebelumnya daerah ini pernah dikuasai oleh Inggris dan SriLangka.  

Gugusan pulau kecil tersebut memiliki dua wilayah bagian yang berdiri sendiri dengan ibukota  masing-masing meski masih dalam satu wilayah Administrasi  territorial  Australia yaitu Bagian Cocos Island (Keeling Island) beribukota West Island dan Bagian Chrysmast Island (Pulau Natal) dengan ibukota Flying Fish Cove.  Hanya sebagian kecil dari gugusan pulau ini yang berpenghuni  terutama di daerah pemerintahan, pertambangan dan daerah wisata selebihnya hanyalah pulau kosong yang banyak ditumbuhi pohon kelapa, Padang semak,  Semak, Pasir putih dan karang laut yang indah yang dijadikan sebagai tujuan wisata dan Taman Nasional.

Gugusan Cocos dan Chrysmast terdiri dari 3 pulau atoll besar dan 27 kepulaun koral kecil yang berjarak sekitar 850 km dari kota Jakarta, dihuni sekitar 2.150 jiwa yang menghuni daerah kota, yang terdiri dari Etnis Eropah, Mandarin dan Melayu (Melayu, Bugis dan Jawa) dan mayoritas penduduknya dari etnis Melayu.  Keberadaan penduduk di kepulauan ini,  ketika bangsa  Inggris menguasai daerah ini membuka perkebunan dan pertambangan lalu mereka mendatangkan pekerja Melayu dan Mandarin dari Malaysia, Singapur dan Jawa dan sebagian ketibaannya di pulau ini karena kebiasaan suku Nusantara untuk mengembara  ke wilayah utara Australia hingga ke Gugusan pulau ini yaitu suku Bugis.    Sudah menjadi ciri khas daerah ini dengan gurauan bahasa Melayu,  Rumah kayu yang berada ditepi pantai yang bercirikan Jawa dan beberapa budaya Melayu yang masih hidup disana dan sesekali anda akan menemukan siaran TV yang berisi Sinetron Indonesia.

Sejarah keberadaan Pulau ini berawal tahun 1609 ketika Kapten William Keeling  bangsa  eropah  dalam pelayarannya  menemukan pulau ini,   Stanford Raffles yang menjadi penguasa Inggris di Indonesia, Malaysia dan kawasan ini tahun 1811 yang kemudian  mendatangkan warga Mandarin, Melayu dan Jawa dan pada tahun 1825  Kapten John  Cluines – Ross  seorang pelaut dan pedagang Skodlandia mengunjungi pulau ini dan menjadikannya sebagai kediaman keluarganya.    Semua warga tersebutlah yang menjadi cikal penduduk disana, dan hingga kini diperkirakan 80 % penduduk tersebut adalah Melayu dan Islam dan 20 % bangsa Eropah.  Bahasa yang digunakan dalam pergaulan  disana adalah Inggris dan Melayu namun bahasa resmi dan sekolah menggunakan bahasa Inggris yang ditetapkan oleh Pemerintah Australia.


Pulau Cocos  atau Keeling Island

Gugusan bagian ini terdiri dari 2 Pulau Atol dan 27 kepulauan beribukota West Island , berjarak 1.000 km dari Jakarta di Sebelah Selatan dan 2.800 km dari Pert Australia Barat di sebelah Baratnya.   Terbagi atas,  Pulau Keeling Utara berbentuk hurup C dengan pasirnya yang indah dengan keluasan 1,5 km2 dan menjadi Taman Nasional sejak 12 Desember 1995  dan Pulau Keeling Selatan seluas 13.2 km2 terdir dari 24 gugus pulau karang kecil yang membentuk Cincin.   

Hanya Home Island dan West Island yang berpenghuni yaitu dari  Etnis Eropah, Mandarin, dan Melayu yang berjumlah 650 jiwa, dengan populasi penduduk terbagi atas untuk West Island  sebanyak 140 jiwa dari bangsa Eropah dan Home Island berjumlah  510 jiwa dari etnis Melayu


Chrysmast Islan (Pulau Natal)

Populasi penduduk daerah ini tentunya lebih ramai sekitar 1.500 jiwa dari Etnis Eropah, Mandarin dan Melayu sehingga tak heran bahwa di daerah ini masih kental penggunaan bahasa Melayu dan masih ditemukan kesenian wayang Kulit yang terbuat dari Kulit Ikan Hiu Kering dan pendalang yang pernah popular ialah Mbah Itjang Surono (1949).  Penduduk tersebut banyak bekerja sebagai buruh tambang Posfat yang merupakan produksi utama daerah ini yang diekspor ke  berbagai negara.

Ibu Kota administrates Territorial Australia ini adalah Flying Fish Cove dan kota besar lainnya adalah Kota Perak, Poou Saan dan Drumsite dengan total luas wilayah bagian ini 135 km2 yang terletak pada 500 km dari Jakarta sebelah selatan dan 2.600  km dari Pert  di sebelah Barat Australia.  Flying Fish Cove memiliki bandara Udara kecil yang dapat di darati Pesawat Silk Air dari Singapore dan Jet dari penerbangan Australia.


Di Tawau Sabah Malaysia terdapat satu kampung bernama Kampung Kokos dengan etrnik suku tersendiri  yang unik,   dan  menurut kisah mereka berasal dari Kepulauan Kokos tersebut yang di bawa Pihak Inggris ke Sabah untuk membantu  dalam mengurus perkebunan yang  banyak berdiri disana saat itu seperti kebun Coklat, Karet dan Kebun Pisang serta kegiatan perindustrian lainnya.
 by BakriSupian















Pulau Chrysmas Pulau Cocos di lautan Ratu Kidul,
Hidup  indah berhiaskan  budaya daerah yang tumbuh secara Natural. 









1 komentar:

HALIS MUHAMMAD NUR KERJA KERAS SUKSES SULAP PANTAI MASIRETE JADI TEMPAT USAHA WISATA

NusaNTaRa.Com     byLaCappotttA.         S   a   b   t   u,    2   7      A    p    r    i    l      2   0   2   4      Pantai Masirete yang...