Sabtu, 10 Mei 2014

BAGANSIAPI-API MERUPAKAN EKS KOTA PERIKANAN DUNIA




Tugu Utama Kota Bagansiapiapi



Selat Malaka perairan yang sangat strategis dalam ekonomi karena letak geografisnya yang menjadi jalur pelayaran antar negara,  di sekitarnya terdapat kota yang besar dan kekayaan Sumber Daya Alam yang terkadung didaerah tersebut seperti Barang tambang  dan sumberdaya hayati perairan seperti Ikan.   Keadaan ini yang melatar belakangi Kota Bagansiapiapi yang berada dipesisir perairan tersebut berkembang pesat dan menjadi salah satu bandar pesisir yang cukup ramai sebagai pusat perdagangan dan pelayaran utamanya di zaman dulu.

Bagansiapiapi terletak di muara sungai Rokhan merupan Ibukota Kabupaten Rokhan Hilir yang dimekarkan tahun 1999 yang sebelumnya termasuk Kabupaten Bengkalis.   Sekarang  telah berkembang menjadi  sebuah Kota yang cukup maju dengan berbagai sara inprastruktur yang tersaji dengan megah seperti Kantor Bupati, Jembatan Pandamaran, Mesjid Raya, Museum Perikanan, Perbelanjaan di Jalan Perdagangan dan lain-lain dengan berbagai aktipitas perekonomian sebagai penopang perekonomian daerah.   Namun siapa sangka Bagansiapiapi sejak dulu hanyalah kota pemukiman nelayan kecil ini telah merebut hati para  pedagang dan pelaut untuk memusatkan kegiatannya disini, sehingga daerah berawa ini menjadi pusat penghasil dan pemasaran hasil laut dan Pusat Galangan Kapal yang besar di Nusantara. 



Keberadaan Kota Bagansiapiapi berawal dari ketibaan sekelompok Perantau China Fu-Jian yang bertolak dari Sonklak Thailand dengan menggunakan tiga perahu tongkang, dalam perjalanan dua perahu tersebut tersapu badai sehingga yang dapat mencapai daratan hanya satu dengan 18 awak kapal di pimpin Ang Mie Kue, ketika akan mendarat mereka melihat Cahaya terang dari sekumpulan Kunang-kunang (Si api api) sehingga disebut Bagansiapiapi pada tahun 1826 sedang kata Bagan bermakna “ Tempat ”.   Daerah yang terdiri dari hutan berawa ini semakin tahun semakin ramai dihuni para touke-touke untuk mendirikan usaha niaganya, banyak disinggahi para pelintas Selat Malaka dan pedagang yang membawa berbagai produk Nusantara untuk dilanjutkan ke Semenanjung, Indochina, hindia bahkaan sampai ke Eropah begitu juga sebaliknya.

Perkembangan beberapa kota besar di sekitar Selat Malaka dan pertumbuhan penduduk Bagansiapiapi yang menjadi nelayan dan banyaknya Nelayan dari kota di sekitarnya yang memasarkan hasilnya ke daerah tersebut dengan bermunculnya pedagang-pedagang besar kaum China yang mampu mengekspor produk perikanan  keluar membuat bandar ini berkembang dengan sangat pesat, khususnya   dalam perkembangan pemasaran hasil perikanannya berupa Ikan Kering, Ikan Asin, Udang, Terasi dan Kerang hingga tahun 1980an Bagansiapiapi merupakan daerah penghasil Ikan terbesar di Indonesia dan pada Tahun 1928 merupakan penghasil Ikan nomor 2 terbesar di Dunia setelah Kota Bergen di Norwegia.   

Perkembangan Bagansiapiapi menjadi kota Perniagaan perikanan berawal ketika pemerintah Belanda tahun 1900 membangun Dermaga yang besar untuk menandingi dermaga kota yang ada disekitarnya guna mendukung para touke-touke dalam pemasaran hasil mereka keluar dan sebagai pusat perdagangan.    Pada tahun 1934, Bagansiapiapi sudah memiliki fasilitas pengolahan air minum, pembangkit tenaga listrik dan unit pemadam kebakaran sehingga bagi kota sekitarnya  Bagansiapiapi disebut juga sebagai Ville Lumiere atau  Kota Cahaya.



Dimasa kejayaan Kota Bagansiapiapi daerah ini dapat menghasilkan Ikan hingga 150.000 ton pertahun, seiring waktu lambat laun kemampuan produksi semakin menurun seiring dengan penurunan jumlah masyarakat  Nelayan hingga sekarang, awalnya penurunan ini karena kota pelabuhan yang terletak dimuara sungai Rokhan mengalami pendangkalan oleh sedimen air sungai sehingga menyulitkan kapal untuk bersandar   dan pertumbuhan kota  disekitarnya yang makin pesat terutama dalam pengusahaan produk Ikan sehingga semakin berkurangnya hasil perikanan yang dipasarkan dari daerah ini.  Tahun 2003 data Dinas Kelautan Perikanan  menunjukkan Produktipitas Perikanan tangkap 70.000 ton pertahun dan tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 32.989 ton,

Hingga ke Masa Kemerdekaan Indonesia,  Bagansiapiapi merupakan pusat Galangan kapal yang cukup besar,  sehingga disebut pusat galangan kapal tradisional terbesar  di Nusantara yang mampu memproduksi Kapal dengan kapasitas hingga 300 ton yang banyak dipesan pelaut Jawa, Maluku, Nusatenggara bahkan India dan Srilangka, setelah itu pertumbuhan industri perkapalan didaerah lain semakin pesat dan sulitnya mendapatkan bahan kayu membuat galangan kapal tak berkembang pesat.
by BakriSupian

Kantor Bupati Rokhan Hilir di Bagansiapiapi


Hidup tidak seperti air didalam bejana,
Hidup penuh dinamika pergolakan bagai air Lautan yang bergelora.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HALIS MUHAMMAD NUR KERJA KERAS SUKSES SULAP PANTAI MASIRETE JADI TEMPAT USAHA WISATA

NusaNTaRa.Com     byLaCappotttA.         S   a   b   t   u,    2   7      A    p    r    i    l      2   0   2   4      Pantai Masirete yang...