Minggu, 17 Maret 2013

GARAM PRODUKSI DATARAN TINGGI


       Merupakan kebesaran yang Maha kuasa sehingga sesuatu yang muskil bisa saja terjadi.   Garam umumnya  diketahui dihasilkan dari daerah pesisir atau pesisir laut karena ia diperbuat dari proses penguapan Air Laut menjadi Kristal-kristal garam, tapi bagaimana bila Garam tersebut dapat diproses di daerah Pegunungan yang berjarak Ratusan kilometer  dari laut dan pada ketinggian 2.000 m dpl  pasti ini suatu yang mustahil namun bagi Daerah Pedalaman  Krayan Kabupaten Nunukan  ini sebuah realita kebesaran tuhan.

       Long Midang merupakan salah satu Daerah di Kecamatan Krayan yang memproduksi Garam Gunung yang dikerjakan masyarakat dan ada pula yang dikelola secara adat  turun temurun yaitu setiap masyarakat adat yang mendiami suatu kawasan yang memiliki  Pengelolaan atau menghasilkan Garam akan  diberikan hak bergilir memproses Garam  dalam waktu tertentu yang disepakati namun tanggung jawab atas kegiatan tersebut tentunya juga  menjadi tanggung jawab warga yang mengelola Garam tesebut.

       Proses pembuatan Garam.  Umumnya setiap tempat pembuatan Garam memiliki Sumur penghasil air garam, air dari sumur ini kemudian dimasak dalam Drum  yang terbelah dua  yang disusun sebanyak tiga  baris  rapi diatas tungku tanah atau tanur  yang dipanaskan dengan api yang dihasilkan dengan pembakaran  kayu di  dalam tanur tersebut.   Tiga buah Drum tersebut mempunyai fungsi yang berbeda pada Drum pertama untuk diisi air yang baru di ambil dari sumur setelah agak mengental atau  6 jam,  isi drum pertama di pindahkan ke Drum kedua  dan drum pertama diisi lagi dengan air Sumur yang baru dan saat air di Drum ke dua agak mengental atau   9 – 12 jam di pindahkan ke Drum ketiga sementara air drum kedua diisi lagi dengan air dari Drum pertama dan air drum pertama diisi lagi dengan air sumur.  Setelah menkristal atau memadat berupa Garam sekitar  16 – 20 jam Garam dari drum ketiga tadi di ambil ditiriskan airnya di tempat  keranjang atau ember kemudian dijemur agar  lebih kering, begitulah proses terus – menerus tak hentinya.

       Garam yang telah dijemur  kadar airnya sangat rendah  dimasukkan dalam kantong plastik  tertentu sesuai  takaran biasanya sekg  atau setengah kg, sedang untuk mendapatkan garam yang lebih kering tanpa air proses pembuatan garam masih dilanjutkan dengan  proses pembakaran yaitu memasukkan garam hasil jemuran  tadi  kedalam bambu  kemudian di bakar, sehingga bambu  tersebut hangus  baru diangkat dan diperoleh garam yang kering selanjutnya dikemaskan dengan bungkusan daun tanaman Kinangan  sejenis tanaman palma. 

       Pemasaran garam ini umumnya hanya untuk kebutuhan Lokal atau sebagai Cinderamata bagi wisatawan yang datang namun  penyebaran garam ini telah mencapai  Negara tetangga  Serawak Malaysia dan Brunei Darussalam baik sebagai ikatan kekeluargaan atau budaya  maupun cinderamata.  Harga Garam basah sekitar Rp 35.000 per kg sedang garam kering atau Garam bakar akan lebih mahal lagi, dari beberapa pengakuan bahwa  garam Gunung ini lebih memberikan rasa sedap pada penganan di banding garam biasa dan mengandung Yodium sehingga di daerah ini sama sekali tidak ditemui warga yang terkena Penyakit Gondok sejak dahulu kala.
 by Bakri Supian.



Gadis dayak memanggul Anjat dari Rotan,
Gunung jauh dari Laut tapi tak jauh dari Garam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ANDI RENDI RUSTANDI ANAK BURUH DAN PENJUAL GORENGAN SERING TERUSIR BEKERJA DI LEMBAGA RISET BESAR JEPANG

NusaNTaRa.Com byAsnISamandaK,             S    a    b    t    u,      3     0        M     a     r     e     t        2     0     2     4   ...