Merupakan
kebesaran yang Maha kuasa sehingga sesuatu yang muskil bisa saja terjadi. Garam umumnya diketahui dihasilkan dari daerah pesisir atau
pesisir laut karena ia diperbuat dari proses penguapan Air Laut menjadi Kristal-kristal
garam, tapi bagaimana bila Garam tersebut dapat diproses di daerah Pegunungan
yang berjarak Ratusan kilometer dari
laut dan pada ketinggian 2.000 m dpl
pasti ini suatu yang mustahil namun bagi Daerah Pedalaman Krayan Kabupaten Nunukan ini sebuah realita kebesaran tuhan.
Long Midang
merupakan salah satu Daerah di Kecamatan Krayan yang memproduksi Garam Gunung
yang dikerjakan masyarakat dan ada pula yang dikelola secara adat turun temurun yaitu setiap masyarakat adat yang
mendiami suatu kawasan yang memiliki
Pengelolaan atau menghasilkan Garam akan diberikan hak bergilir memproses Garam dalam waktu tertentu yang disepakati namun
tanggung jawab atas kegiatan tersebut tentunya juga menjadi tanggung jawab warga yang mengelola
Garam tesebut.
Proses
pembuatan Garam. Umumnya setiap tempat
pembuatan Garam memiliki Sumur penghasil air garam, air dari sumur ini kemudian
dimasak dalam Drum yang terbelah dua yang disusun sebanyak tiga baris rapi diatas tungku tanah atau tanur yang dipanaskan dengan api yang dihasilkan
dengan pembakaran kayu di dalam tanur tersebut. Tiga buah Drum tersebut mempunyai fungsi
yang berbeda pada Drum pertama untuk diisi air yang baru di ambil dari sumur
setelah agak mengental atau 6 jam, isi drum pertama di pindahkan ke Drum kedua dan drum pertama diisi lagi dengan air Sumur
yang baru dan saat air di Drum ke dua agak mengental atau 9 – 12 jam di pindahkan ke Drum ketiga
sementara air drum kedua diisi lagi dengan air dari Drum pertama dan air drum
pertama diisi lagi dengan air sumur.
Setelah menkristal atau memadat berupa Garam sekitar 16 – 20 jam Garam dari drum ketiga tadi di
ambil ditiriskan airnya di tempat
keranjang atau ember kemudian dijemur agar lebih kering, begitulah proses terus – menerus
tak hentinya.
Garam yang
telah dijemur kadar airnya sangat rendah
dimasukkan dalam kantong plastik tertentu sesuai takaran biasanya sekg atau setengah kg, sedang untuk mendapatkan
garam yang lebih kering tanpa air proses pembuatan garam masih dilanjutkan dengan proses pembakaran yaitu memasukkan garam
hasil jemuran tadi kedalam bambu kemudian di bakar, sehingga bambu tersebut hangus baru diangkat dan diperoleh garam yang kering
selanjutnya dikemaskan dengan bungkusan daun tanaman Kinangan sejenis tanaman palma.
Pemasaran
garam ini umumnya hanya untuk kebutuhan Lokal atau sebagai Cinderamata bagi
wisatawan yang datang namun penyebaran garam
ini telah mencapai Negara tetangga Serawak Malaysia dan Brunei Darussalam baik
sebagai ikatan kekeluargaan atau budaya
maupun cinderamata. Harga Garam
basah sekitar Rp 35.000 per kg sedang garam kering atau Garam bakar akan lebih
mahal lagi, dari beberapa pengakuan bahwa
garam Gunung ini lebih memberikan rasa sedap pada penganan di banding
garam biasa dan mengandung Yodium sehingga di daerah ini sama sekali tidak
ditemui warga yang terkena Penyakit Gondok sejak dahulu kala.
by Bakri Supian.
Gadis dayak memanggul Anjat dari Rotan,
Gunung jauh dari Laut tapi tak jauh dari Garam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar