Sabtu, 14 Januari 2012

PULAU TIDUNG DAN SUKU TIDUNG



     Kalau membaca Thema tersebut orang pasti beranggapan bahwa Pulau Tidung  sebuah pulau asal muasal suku Tidung  atau merupakan wilayah kekuasaan Suku Tidung sebenarnya itu anggapan yang sederhana dan kurang pas namun masih mempunyai hubungan.    

     Pulau Tidung sebenarnya merupakan Kelurahan kepulauan Tidung dengan luas 106,190 ha diantaranya P Tidung Kecil 17,40 ha, P Tidung Besar 50,13 ha, P Payung Besar 20,86 ha, P Karang Besar 03,60 ha dan lain-lain, Kabupaten Kepulauan Seribu Provinsi DKI  Jakarta,  Namun dari sejumlah pulau tersebut hanya dua Pulau yang berpenghuni P Tidung Besar   23 RT 4.452  jiwa  dan P Payung Besar  42 KK  223 jiwa.   Untuk sampai kepulau ini harus melewati Tangerang dan DKI Jakarta,  dari Jakarta ke pulau ini membutuhkan waktu sekitar 1,5 – 3,0 jam  dari dua penyeberangan yakni Pelabuhan Marina Ancol dan Pelabuhan Muara Angke di daerah Kotamadya Jakarta Utara, dengan tarip untuk angkutan bersubsidi yang diperuntukan bagi warga Kepulauan Rp 32 ribu + Asuransi Rp 2 ribu per orang dan untuk Kapal swasta dengan pasilitas lebih Exklusip Rp 120.000 per orang kalau ingin lebih asik lagi dapat mencarter dengan harga lebih mahal atau Travel.    


      Suku Tidung merupakan Rumpun suku yang mendiami wilayah Utara Provinsi Kalimantan Timur meliputi Kab. Berau, Kab. Bulungan, Kota Madya Tarakan, Kab. Malinau, Kab. Tanah Tidung  dan Kab. Nunukan terutama sekali daerah wilayah pesisir dan Pulau-pulau.   Historis suku ini  berawal dari Suku Dayak yang berada di daerah Pedalaman karena perkembangan suku ini berpindah semakin kearah  Hilir dan di daerah inilah terjadi pertemuan dan pembauran dengan pendatang dan budaya baru maka terbentuklah Suku Tidung dengan Bahasa, Budaya, Karakteristik sendiri dan Agama Islam sebagai warga masyarakat Pantai pada Gilirannya pada periode tertentu karena perkembangan peradaban mereka mendirikan Beberapa Kerajaan besar dan kecil di Berau, Bulungan, Malinau, Tarakan , Sembakung, Tidung Pala, Nunukan, Sebuku dan Tawau.   

     Pulau Tidung, awal tahun 2010 ditetapkan sebagai daerah tujuan wisata oleh Pemprop DKI Jakarta sejak itu ramai wisatawan terutama wisatawan Domestik yang datang dalam sebulan dapat mencapai 4.000 orang, objek wisata  yang jadi tujuan adalah “ JEMBATAN CINTA “  Jembatan yang panjangnya 2,5 km  menghubungkan P Tidung Besar dan P Tidung Kecil dari sini sangat indah  menikmat SunSet dan SunRise, Keindahan Koral, Mancing dan Snorkling dan P Tidung Kecil yang tidak berpenduduk masih terlihat alami  di sebelah Timurnya terdapat Makam Panglima Hitam menurut kisah rakyat seorang  Panglima dari Malaka yang terdampar disini ketika mengejar  Perampok.   

     Pantai Tanjongan Timur di depan Jembatan Cinta dengan Pasirnya yang putih sangat cocok untuk kongkow bagi wisatawan  disekitarnya tersedia tenda-tenda kecil untuk kuliner, Lapangan Volly dan Snorkling, Pantai Tanjung Barat  terutama untuk menikmati SunSet dan bagi yang  menyenangi tempat yang sangat Tenang, Pelabuhan Betok merupakan pelabuhan utama tempat kapal-kapal membawa penumpang dan barang keluar masuk di daerah ini,  selain kesibukan aktifitas Pelabuhan tersebut lokasi ini cukup enjoy untuk kegiatan Fishing baik dipelataran Jembatan atau bersampan kecil disekitarnya dan Sambil bermain gitar ketika malam hari di Pelataran Pelabuhan ini anda akan menemukan Tugu bertuliskan Kunjungan Forum Komunikasi Rumpun Tidung Tarakan.

     Selain itu Wisatawan dapat mengunjungi Makam  “ RAJA PANDITA “ seorang Raja Tidung dari Kalimantan Timur pada lahan seluas 9 x 25 didalam terdapat makam Raja Pandita,  Istrinya Teah dan anaknya Haji Hamidun makam ini  berada di  TPU P Tidung dan kisah Raja dapat diperoleh dari beberapa orang di Pulau ini yang masih keturunannya seperti  H Djafar Arsyad (Cucu dari Anaknya Arsyad) namun sudah sangat tua, Baharuddin, Slamet Husaini  (dari Salamah anak H Hamidun) dan Mashud Hamid SE Wakil Lurah P Tidung.  Raja Pandita adalah Raja Tidung ke 13  yang lahir di Kuala Malinau  pada 20 Juli 1817 dan mulai menjadi Raja  tahun 1853 dengan Gelar Penamban Raja Pandita dan nama lainya  Aji M. Sapu atau Datu Kaca yang di asingkan Belanda 16 April tahun 1892 karena perlawanannya pada Belanda ke Jawa atau Pulau Tidung yang sebelumnya bernama Pulau Air dan Wafat tahun 1898 dalam usia 81 tahun.

     Sejak Penamban Raja Pandita di asingkan oleh Belanda Kerajaan Tidung mulai Pudar karena tekanan Belandan dan masuknya campur tangan berbagai pihak dalam urusan kerajaan.   Raja Pandita anak dari Penamban Muhammad Ali Hanapiah dengan Gelar Raja Tua berasal dari Keturunan Raja Berau  yang menikahi Aji Ratu anak dari Raja tidung Penamban Hasan.   Raja Tua menggatikan mertuanya menjadi Raja Tidung yang berpusat di Tideng Pale (Sekarang Jadi Ibu Kota Kabupaten Tanah Tidung), pada zaman Raja Tua terjadi perpindahan kerajaan pertama ke Setiud, Sawang Pangku (Kuala Bengalun) dan terakhir ke Kuala Malinau tahun 1776.   Raja Kerajaan Tidung Pertama asal muasalnya adalah Raja Kundug yang mendirikan Kerajaan Berayu dan bermukim di Pulau Mandul  pada abad ke-4 Masehi.   

     Silsilah Keturunan Penamban Raja Pandita adalah dengan Istrinya Teah memperoleh anak Haji Hamidun yang menikah dengan istrinya Raisah memiliki anak sebelas yaitu Salman, Hasinah, Jamilah, Maryam, Abd. Wahid, Zainab, Moh. Arsyad,  Zuhrah,  A’syah, Moh. Saleh dan Usman, setelah Raisah meninggal H Hamidun menikah lagi dengan Rajemah dan memperoleh satu anak yang bernama Fatimah.   Dari turunan inilah warga Tidung yang berkembang di Pulau Tidung tersebut berasal seperti  Baharuddin yang merupakan anak dari Fatimah.

     Untuk anda yang ingin berkunjung ke Pulau Tidung harus ingat bahwa pada bulan Nopember hingga Januari ombak agak besar dan jangan lupa membawa uang cukup karena disana belum ada Bank/ATM tapi bila ke Ibu Kota Kabupaten di Pulau Pramuka akan menemukan  Bank BPD.  Pasilitas wisata yang lain jangan khawatir tersedia Penginapan dan Home Stay dengan layanan bagus Tarip Rp 200 ribu- Rp 500 ribu/night,  Becak Motor, Motor dan Sepeda  semua dapat disewa sebagai sarana  mengitari Pulau,  Keistimewaan lain Pulau Tidung walau dikelilingi lautan dan daratan terluasnya hanya berjarak 500 meter tapi bila digali ditengah – tengah Pulau Akan ditemukan Air Tawar mungkin itulah sebabnya Pulau ini dulu disebut Pulau Air.

" Makau-makau ke Pulau Seribu,  Jangan Lupa Budaya Walau di Rantau " 

by Bakri Supian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HALIS MUHAMMAD NUR KERJA KERAS SUKSES SULAP PANTAI MASIRETE JADI TEMPAT USAHA WISATA

NusaNTaRa.Com     byLaCappotttA.         S   a   b   t   u,    2   7      A    p    r    i    l      2   0   2   4      Pantai Masirete yang...