Jumat, 07 Oktober 2011

NyamPlunG Mengatasi Krisi Energy (BioFUEL)




             Salah satu krisis masyarakat dunia sekarang adalah Krisis energy terutama yang bersumbar dari bahan bakar Minyak yang semakin terbatas ketersediaannya di bumi dan keberadaannya tidak dapat diperbaharui oleh manusia sementara penggunaan bahan bakar sekarang ada kecenderungan meningkat ! ….. bagaimana mengimbangi kebutuhan tersebut ?

             Selain  penggunaan sumberdaya pisik alam seperti  MataHari dan Angin yang sampai kini belum final desainnya dan memerlukan tehnolgi dan biaya yang tinggi, mungkin bio-energi dapat menjadi energy pilihan karena banyak tersedia dimuka bumi dan tidak digunakan dari pada terbuang begitu saja.  Pemilihan alternatip tersebut sebaiknya menggunakan kaedah-kaedah yang arief dan bersahabat disamping sumber energinya benar-bnar potensial.

             KlasifikasinyA  Devisi : Spermatophyla, Subdevisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Bangsa : Guttiferales, Suku ; Guttiferae, Marga Calophyllum dan Spesies :Calophyllum  inophyllum  L.  Di Indonesia Pohon ini memiliki nama lain Camplong (Madura, Bali dan Timor), Punaga (Minangkabau dan Makassar), Pude (Bugis), Penago (Lampung), Eyobe (Enggano), Mantan (Bima) dan Dingkalreng (Sangir).    Nyamplung mempunyai sebaran cukup luas di dunia yaitu Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat, dan Amerika Selatan. Di Indonesia, nyamplung tersebar mulai dari Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua.  Potensi alami nyamplung di Indonesia belum diketahui secara pasti, namun penafsiran atas tutupan lahan dari Citra Satelit Landsat7 ETM+ tahun 2003 menunjukkan bahwa tegakan alami nyamplung seluruh pantai di Indonesia mencapai luas total 480,000 ha, dan sebagian besar (± 60 %) berada dalam kawasan hutan.  Pohon nyamplung yang berumur 7 tahun, dapat memproduksi buah sebanyak 5-20 kg. Setelah umur 10-15 tahun, sebanyak 25-50 kg, dan pada umur 20 tahun menghasilkan buah 200 kg setiap tanaman. Dari satu kilogram buah nyamplung, setelah diperas akan menghasilkan minyak sebanyak 0,06 kg. Pohon nyamplung biasanya berproduksi sampai umur 50 tahun.

             Kelebihan nyamplung sebagai bahan baku biofuel adalah bijinya mempunyai rendemen yang tinggi, bisa mencapai 40-74% sedang Sawit  46-545 dan Jarak 40-60%  dan dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan kepentingan pangan.  Keunggulan nyamplung ditinjau dari prospek pengembangan dan pemanfaatan lainnya  adalah tanaman nyamplung tumbuh dan tersebar merata secara alami di Indonesia, regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun serta  survival yang tinggi terhadap lingkungan; tanaman relatif mudah budidayakan baik tanaman sejenis (monoculture) atau hutan campuran (mixed-forest); cocok di daerah beriklim kering, permudaan alami banyak, dan  hampir seluruh bagian tanaman nyamplung berdayaguna dan menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi; tegakan hutan Nyamplung berfungsi sebagai pemecah angin (wind breaker) untuk tanaman pertanian dan konservasi sempadan pantai. 

             Pemanfaatan biofuel  nyamplung dapat menekan laju penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar; produktivitas biji lebih tinggi dibandingkan jenis lain (Jarak pagar 5 ton/ha; sawit 6 ton/ha; nyamplung  20 ton/ha).  Selain itu, daya bakar minyak nyamplung dua kali lebih lama dibandingkan dengan minyak tanah. Dalam tes untuk mendidihkan air, minyak tanah yang dibutuhkan 0,9 ml, sedangkan minyak biji nyamplung hanya 0,4 ml. Nyamplung mempunyai keunggulan kompetitif di masa depan, yakni dapat digunakan sebagai pencampur solar dengan komposisi tertentu. Tak tertutup kemungkinan dapat digunakan 100%. Apabila teknologi pengolahannya tepat, dapat digunakan sebagai biokerosen pengganti minyak tanah.


             Manfaat lain dari bagian tanaman nyamplung adalah kayunya yang termasuk kayu komersial, dapat digunakan untuk bahan pembuatan perahu, balok, tiang, papan lantai dan papan pada bangunan perumahan dan bahan kontruksi ringan; getahnya dapat disadap untuk mendapatkan minyak yang diindikasikan berkhasiat untuk menekan pertumbuhan virus HIV. Daunnya mengandung senyawa costatolide-A, saponin dan acid hidrocyanic yang berkhasiat sebagai obat oles untuk sakit encok, bahan kosmetik untuk perawatan kulit, menyembuhkan luka seperti luka bakar dan luka potong. Bunganya dapat digunakan sebagai campuran untuk mengharumkan minyak rambut. Bijinya setelah diolah menjadi minyak bermanfaat untuk pelitur, minyak rambut dan minyak urut, berkhasiat juga untuk obat urus-urus dan rematik.

             Bapak Kadir Janggo seorang Tokoh Perkebunan di Daerah Salissong Nunukan Kalimantan Timur tahun 1960an, pernah menggunakan penerangan khusus untuk keperluan rumahnya dengan menggunakan Lantera  dengan bahan bakar dari minyak atau Getah Buah dan Pohon Nyamplung yang kemudian dioleskan atau direndamkan pada Kapas, Seutas tali kain atau Kain sebagai sumbu penerangan setelah dibakar, dan lampu ini dapat bertahan lama menerangi rumah beliau.

             Bila seluruh kebutuhan biodiesel disuplai dari nyamplung, akan dibutuhkan biodiesel sebanyak 720.000 kilo liter atau setara dengan 5.1 juta ton biji nyamplung, dengan asumsi bahwa 2.5 kg biji nyamplung akan menghasilkan 1 liter minyak nyamplung; dengan demikian akan diperlukan luasan panen tanaman nyamplung minimal 254.000 hektar pada tahun 2025. Pada pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) menyebutkan bahwa dalam 1 ha diperlukan 1 orang tenaga kerja, pengusahaan tanaman nyamplung seluas 254 ribu hektar akan dapat menyerap 254 ribu tenaga kerja. 
 Celebes Krisis EnergyFull,  Nyamplung Sumber BioFueL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PARI GERGAJI GIGI KECIL DAPAT SURVIVE DENGAN BAWAAN PARTHENOGENESIS BILA TERTEKAN

NusaNTaRa.Com byIrkaBPiranhA,         S     e    n    i     n,        0    6      M    e    i      2    0    2    4   Pari Gergaji Gigi Ke...