Jumat, 07 Oktober 2011

MenancaPKan BagaN DipeRairan AMbalaT


MENANCAPKAN  BAGAN DI PERAIRAN AMBALAT
By  Bakri Supian


       Bagaimana perasaan anda bila harus berusaha di lahan sengketa ?, setidak – tidaknya mungkin seperti itulah kali yang dirasakan oleh nelayan di Perairan Ambalat   tidak jauh dari P Sebatik yang hanya berjarak 2 mil dari daratan seputar koordinat 04 01 00 LU sedang batas terluar utara RI yaitu pada koordinat 04 derajat 10 menit LU, wilayah yang masih dipersengketakan Indonesia dan Malaysia khususnya pada tahun 2007 - 2008  saat tingginya tingkat ketegangan militer seiring semakin memburuknya tingkat diplomasi kedua Negara sehingga tak ayal sering terjadi kisah usir-mengusir kedua militer negara  terrsebut di kawasan ini.

       Kisah heroik yang pernah saya dengar dari beberapa nelayan di daerah ini, mereka  pernah didatangi Polisi Marine  Malaysia (di Indonesia di sebut Polair/Airud) yang  sedang patroli rutin kebetulan saat itu Kapal patroli milik AL Indonesia lagi kosong, lalu  mereka merapatkan kapal  dan dengan kasar  mengecek keberadaan bagan tersebut  yang di jawab nelayan bahwa mereka  dari P Sebatik  Indonesia kemudian dengan marah   polisi Marine Malaysia memerintahkan agar  segera membongkar bagan tersebut kalau tidak mereka akan datang membongkarnya. 

        Ditengah ketegangan demikianlah  nelayan Bagan Tancap yang berada pada area kordinat  A. 04 01 00 LU – 118 02 44,5 BT   B. 04 04 50 LU – 118 02 44,5 BT   C. 04 04 50 LU – 117 58 32,7 BT dan  D.  04 02 54 LU – 117 58 32,7  BT  yang masih merupakan wilayah kedaulatan Negara RI memberanikan diri  memasang Pancang guna membangun Bagang sebagai matapencaharian,  sebuah alat penangkap ikan yang pada prinsipnya merupakan Perangkap, berbentuk Segi Enam   atau segi delapan terbuat dari Batang Nibung, Bambu atau kayu,  dengan diameter 4-8 meter, antara tiang saling dihubungkan, diberikan lantai tempat aktipitas nelayan.    Dibagian tengah dibuat pondok kecil  berukuran 1x2 meter tempat istirahat dan didekatnya dibuat lubang yang berguna untuk  mengontrol kegiatan  penangkapan seperti pengaturan lampu, memantau gerombolan ikan, mengontrol keadaan Jaring dan mengangkat ikan hasil tangkapan.  

       Biaya yang dibutuhkan untuk membuat satu unit Bagang tancap berbeda-beda sangat ditentukan  ukuran, Bahan pembuatnya, Fasilitas yang disediakan dan Lokasi tempat mendirikan Bagang namun kisaran harga perunit   sekitar Rp 15 juta – Rp 35 juta untuk harga yang tinggi fasilitasnya bisa mencakup Lampu merkuri, Genset, jaring yang baik dan pengangkatan dengan system semi mekanis.  

       Salah satu kendala bagi nelayan Bagan di Ambalat  sulitnya menemukan  Batang Nibung yang menjadi bahan dasar untuk membangun Bagang terutama untuk  tiang maupun lantainya.    Penggunaan Batang Nibung digemari nelayan karena karena berat dan sifat fisiknya sangat mudah untuk ditancapkan kedasar perairan  dan pohonnya yang kuat membuatnya tak mudah patah  serta tahan lama, ketahanan pohon Nibung dapat mencapai 4-6 tahun.   Pohon yang habitatnya banyak ditemukan di tepi sungai mulai dari muara sampai kebagian hulu sudah sulit ditemukan karena kawasan tersebut banyak berubah menjadi areal pertambakan dan pemukiman, harga perbatangnya untuk yang  panjangnya 6 – 12 m dengan diameter 14 – 20 Cm sekitar  Rp 15.000 – Rp 30.000.  

      Bagi Nelayan Bagan Perairan Ambalat usaha mereka bukan sekedar  untuk mencari napkah  bagi kehidupan keluarga sehari – hari  saja karena bila demikian  mereka dapat memilih  usaha dibidang lain seperti Bertambak, Pasang bagan ditempat lain, berkebun Kelapa Sawit  atau Bersawah yang relatip lebih aman dari gangguan dan dari konplik yang sering terjadi antara kedua pemerintah.    Tapi  usaha beresiko itu  tetap mereka lakukan karna tak lepas dari  dorongan  kesadaran  sebagai warga Negara   di daerah perbatasan  yang mempunyai kewajiban bela Negara.  Kesadaran tersebut tumbuh setelah mengetahui kisah terlepasnya Sipidan dan ligitan   hanya karena  pihak Indonesia tidak mengelola wilayah tersebut dibanding Malaysia yang banyak terlibat  membangun berbagai sarana dan prasarana wisata.   Setidaknya  dengan aktipitas  diperairan ambalat tersebut diharapkan dapat menjadi suatu bukti bagi mata dunia akan adanya aktipitas masyarakat Indonesia dalam pengelolaan kawasan perairan ambalat oleh nelayan dan Pemerintah daerah Indonesia.

      Bagan tancap pada prinsipnya hanyalah berupa perangkap yang menggunakan Cahaya terang dimalam hari untuk menarik ikan-ikan berkumpul disekitar cahaya disamping Cahaya itu sendiri sebagai pemikat cahaya juga tempat berkumpulnya berbagai spesies makanan ikan seperthi Plankton, kemudian ikan yang berkumpul tersebut akan ditangkap dengan jaring yang telah tersedia sebelumnya  dibawah gerombolan ikan dengan mengangkat jaring keatas menggunakan katrol pengangkat Jaring.

       Rata – rata   dalam sebulan Nelayan Bagan turun melaut sebanyak dua kali  dan untuk sekali turun dibutuhkan 2-4 hari lamanya yang  hanya beroperasi pada malam hari  terutama pada saat bulan gelap atau pasang tertinggi, dalam semalam mereka dapat melakukan penangkapan/angkat jaring 2 – 4 kali dan dalam sekali angkat mereka dapat menghasilkan tangkapan  1 – 10 kg artinya dalam semalam mereka dapat memperoleh tangkapan hingga  32 kg.


      Komposisi hasil tangkapannya didominasi  Ikan Teri (Stolephorus Spp) 70 – 90 % umumnya untuk dijual, sisanya adalah tangkapan sampingan seperti Selar (Selaroides spp), Layang (Decapterus ruselli),Buntal (Diodon hystrix L), Peperek (Leiognathus spelendens), Udang(Penaeus spp),Kembung (Restreliger spp),  Gulamah (Argyrosomus spp), Kerapu (Epinephelus spp), Cumi-cumi (Loligo spp), Ubur-ubur (Jelly Fish),  Julung-julung (Hemirhamphus spp) dan lain-lain biasanya buat lauk bagi keluarga nelayan namun bila dalam jumlah tertentu mereka jual juga (Selar, Katombong, Kembung, Cumi-cumi, Gulamah dan Kerapu).

       Ikan teri yang merupakan tangkapan utama nelayan umumnya dijual dalam bentuk kering, produk Ikan teri kering olahan masyarakat Nelayan Ambalat berdasarkan prroses olahannya di bagi atas tiga produk   sebagai mana berikut,   1.  Ikan hasil tangkapan di jemur di atas bagan atau tempat penjemuran lainnya hingga batas kekeringan yang cukup   2. Ikan hasil tangkapan  di masak dalam panci  Almunium di atas kompor minyak yang juga telah tersedia di atas bagan baru di jemur hingga batas kekeringan yang standar.  3. Untuk meningkatkan harga jual ikan tersebut, ikan setelah dimasak dilanjutkan dengan proses pembersihan ikan dari tulang dan kepalanya   lalu dijemur sampai batas kekeringan yang standar .

       Pemasaran hasil tangkapan banyak dipasarkan   untuk kebutuhan pasar  lokal,  antar kota yang biasanya dilakukan   pedagang pengumpul atau di pasarkan kepasaran Negara tetangga (Kota Tawau) yang jaraknya cukup dekat dari lokasi penangkapan sekitar  8-10 km atau dengan speedboat dapat ditempuh selama 10 – 20 menit, bagi beberapa nelayan lebih menyenangkan untuk menjual hasil tangkapannya ke Tawau yang menurut mereka mempunyai daya serap pasar yang tinggi dan harga yang lebih berpatotan.
 Untuk harga jual ikan Teri kering tersebut dapat di lihat pada Gambar table berikut :

Harga
Pasar
Kering
Kering sdh
dimasak
Kering Masak
Tak bertulang
Keterangan
Nunukan
Rp18 ribu/kg
Rp 25 ribu/kg
Rp 30 ribu/kg

Tawau (Luar
Negeri)
5 ringgit/kg
7 ringgit/kg
14 ringgit/kg
1 ringgit Malay
Sia = Rp 3.200
Harga Nelayan
Rp 10 ribu/kg
Rp 15 ribu/kb
20 ribu/kg







      Menurut    Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Nunukan tahun 2009 jumlah bagan yang ada di perairan Ambalat sekitar 250 buah bagang yang umumnya dikelola Masyarakat Bugis, Tidung dan Suluk dan  pada tahun tersebut pernah menganggarkan kegiatan pengadaan bagan buat masyarakat pesisir sebanyak 25 buah dengan harga setiap bagang  Rp 25 juta ini sudah termasuk Genset lampu 15 PK dan lampu merkuri 2000 watt dua buah dan  katrol pengangkat Jaring.   

  Permasalahan lain yang  sering timbul dalam aktifitas keseharian  sebagai  Nelayan Bagan selain kasus di atas masih  seringnya terjadi pencurian sarana penangkapan yang ditinggalkan  di Bagan saat tidak melaut dari beberapa kasus pencurian ditemukan bukti bahwa pelakunya bukan saja   pencuri lokal tapi  juga pelaku dari luar negeri.  Terlepas dari semua kisah tersebut masalahnya sekarang adalah sampai kapan Krisis Perairan Ambalat akan berakhir yang hingga kini masih berlarut-larut tampa penyelesaian pasti dan kondisi demikian  sangat mengkhawatirkan bagi para Nelayan Bagan  bahkan bagi seluruh nelayan dalam menjalankan kegiatan  sehari – hari   di perairan Ambalat.





Indah Jiran, suasana menyenangkan
Ambalat Aman, Menyenangkan Pembangunan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PARI GERGAJI GIGI KECIL DAPAT SURVIVE DENGAN BAWAAN PARTHENOGENESIS BILA TERTEKAN

NusaNTaRa.Com byIrkaBPiranhA,         S     e    n    i     n,        0    6      M    e    i      2    0    2    4   Pari Gergaji Gigi Ke...