Kamis, 05 Maret 2015

MENGUNJUNGI CAMP SEJARAH MANUSIA PERAHU DI PULAU GALANG BATAM, KEPRI




NusanTaRa.Com.
Keberadaan “ Manusia Perahu “ sebagai satu potret sejarah kemanusia terbesar di tanah air telah saya ketahui sejak masih SMA yang berada di Pulau Galang Provinsi Kep. Riau.   Atas daya tarik tersebutlah maka ketika saya berkunjung ke Pulau Batam pada 29 Desember 2014 saya menyempatkan diri untuk melihat secara langsung situs sejarah Kemanusia Manusia Perahu di Pulau Galang yang berjarak sekitar 70 km dari bandara Hang Nadiem Kota Batam dengan menggunakan mobil rental.
Memasuki kawasan situs Kemanusian manusia perahu dengan melewati sebuah Gate serta membayar Rp 20.000 per orang, saya disambut monyet  berkeliaran yang  terlihat tidak terlalu kaget dengan keberadaan manusia, suasana Camp bisa dikatakan sangat teduh dengan jalan beraspal semuanya baik dan pohon yang tertata dan terawat disepanjang jalan.  Di Camp pengungsi tersebut terlihat  peninggalan pasca penanganan Manusia Perahu yang berlangsung sejak tahun 1979 hingga  tahun 1996 yang berbaris teratur di sepanjang jalan meski banyak juga bangunan yang terkesan tak dipugar, Seperti Humanity statu, Monumen perahu yang digunakan para pengungsi, Rumah pengungsi yang dibangun UNHCR, Rumah sakit, Kantor UNHCR saat menangani tragedy tersebut, Kuburan yang menampung sekitar 500 orang meninggal selama tragedy tersebut, Gereja baik protestan maupun Katolik, Pagoda, Pusat pendidikan dan gedung remaja dan pembinaan.


Terjadinya pengungsian besar-besaran bangsa Vietnam ke daerah sekitar Laut Cina Selatan hingga ke P Galang Riau bermula sejak meletusnya perang saudara di Vietnam pada 19 April 1975,  perang saudara tersebut terjadi karena adanya  perbedaan ideology antara Republik Vietnam selatan dan Demokratik Vietnam Utara yang dimenangkan Vietnam Utara.    Dampak pergolakan tersebut terjadinya penekanan pihak Vietkong yang membuat ribuan warga Vietnam harus meninggalkan tanah airnya untuk mendapatkan keamanan,   sebagai Negara yang sekawasan maka Negara Asean yang berada di perairan Laut China Selatan  menerima akibat pengungsian  tersebut yang popular dengan istilah “ MANUSIA PERAHU “ seperti Negara Indonesia, Thailand, Malaysia dan Pilippina.


Keberadaan Manusia Perahu mulai terdeteksi ketika ditemukan sebanyak 75 jiwa  di Pulau Natuna tahun 1976 dan beberapa kepulauan di laut Cina Selatan.  Tahun 1977 Indonesia memprakarsai penanganan manusia perahu tersebut dengan melaporkan keadaan tersebut pada UNHACR (United Nations High Commissioner For Refugees) salah satu badan Organisasi yang bernaung di Bawah UNO bidang kemanusian dan pengungsi.  Pertemuan UNHCR di Bangkok 1978 yang menetapkan bahwa semua Manusia perahu tersebut akan ditangani oleh UNHCR, sementara pihak Indonesia membuat keputusan bahwa bersedia menangani kasus pengungsi, Menyediakan lokasi pemukiman, Biaya ditanggung badan dunia dan pengungsian bersifat sementara. 

Museum yang saya kunjungi merupakan eks Kantor pelayanan Administrasi kaum pengungsi yang ditata secara sederha untuk memudahkan pemahaman akan kondisi sejarah tersebut serta dipandu seorang pemandu badan pengelola sejarah tersebut yang disebut “ B3V DAERAH KOMANDO SATUAN PENGAMAN DAN PERAWATAN SINAN P  GALANG “.    Gambaran yang ada menunjukkan bagaimana pedihnya perjalanan Bangsa  Perahu tersebut berjuang menantang maut meninggalkan kampung dari tekanan kaum komunis Vietkong yang sangat kejam hanya dengan menumpang sebuah perahu kecil yang dapat menampung 40 – 100  orang dan terkadang mereka harus terapung di lautan selama dua bulan baru sampai daratan, kondisi tersebut membuat banyak pengungsi harus menghembuskan napas terakhirnya di perahu sebelum mencapai daerah tujuan.

Sejarah Camp kemanusian manusia perahu mencatat selama penampungan sejak tahun 1979 hingga 1996,  banyak diantara mereka yang berhasil di tampung Negara lain seperti Amerika Serikat, Inggeris, Prancis, Jepang, Australia dan Kanada sementara sisanya harus di pulangkake Vietnam.   Menurut petugas waktu pemulangan banyak pengungsi yang merasa keberatan bagi mereka kalaupun tak mendapat suaka dari Negara ketiga  menetap di P Galang lebih baik dari pada pulang mendapatkan tekanan dari pihak Vietkong.  Sehingga tak jarang ditemukan perahu yang akan dipakai pulang di karaman bahkan ada yang sampai bunuh diri, meski akhirnya mereka berhasil dipulangkan.

Camp pengungsian yang disediakan pihak RI menempati areal seluas 80 ha di P Galang dan selama itu juga telah menampung sebanyak 250.000 jiwa manusia Perahu yang menempati barak  kecil dengan kapasitas  8 orang per rumah dan Rumah sakit sebanyak 30 kamar.   Selama dalam penampungan Migran Manusia Perahu tersebut mendapat pembinaan dari para sukarelawan semua itu terabadikan dalam museum tersebut seperti Pendidikan bagi remaja usia pelajar,  Pelatihan keterampilan, Pembinaan keremajaan, pembinaan kerohanian dari jemaat Gereja Katolik, Protestan dan Pagoda dan Kesehatan.

Pajangan yang ada di museum memperlihatkan  bagaimana gambaran perahu yang mereka gunakan, proses pembangunan Kamp. Pengungsi, Gambaran pengungsi dibarak  dan kunjungan pembesar baik dari pihak UNHCR maupun pemerintah seperti Menristek BJ H Bibie, dan aktipitas keseharian lainnya.   Serta sebuah potret  kegiatan reuni mantan pengungsi  P  Galang dari berbagai Negara yang telah sukses di Negara tempatnya menetap pada 24 maret  2005. 

Dalam kunjungan ini saya menyempatkan berpotret di beberapa situs Humanity Statue seperti berlatar Perahu pengungsi, Rumah sakit, kuburan umum yang disebut “ NGHA TRANG “, Pagoda, dan poto-poto pengungsi.   Sejak tahun 1996 penanganan manusia perahu ditutup dan pengelolaannya diserahkan ke pihak Otorita Batam dan resmi dijadikan Kawasan Wisata Camp pengungsi Galang tahun 2000,   keseluruhan kawasan wisata masih baik terutama jalan-jalan masih menghubungkan semua daerah kegiatan pemukiman namun beberapa bangunan tidak direhab bahkan menurut saya ada beberapa bangunan yang telah hilang, sehingga bila ditangani dengan baik maka tak ayal daerah ini dapat menarik wisata sebagai mana daerah tetangganya Singapore.
ByBakriSupian



Manusia perahu terdampar di Pulau Galang,
Camp. Galang bukti  peperangan sumber penderitaan panjang.

1 komentar:

  1. Terkait Corona 2020 rencananya kawasan ini akan dijadikan pusat Karantina manusia Indonesia dari luar negeri ....... semoga tidak merusak situs manusia perahuu Galang tersebutt

    BalasHapus

PARI GERGAJI GIGI KECIL DAPAT SURVIVE DENGAN BAWAAN PARTHENOGENESIS BILA TERTEKAN

NusaNTaRa.Com byIrkaBPiranhA,         S     e    n    i     n,        0    6      M    e    i      2    0    2    4   Pari Gergaji Gigi Ke...