Selasa, 02 Desember 2014

1. DAUN SABANG, DAUN SAWANG ATAU DAUN RIYUAKNG TANAMAN RITUAL DAYAK.







Daun Ritual suku Dayak.   Daun Rinyuakng disebut juga  daun Sabang dan daun Sawang  sangat akrab dengan kehidupan masyarakat adat dayak Kanayatn di Kalimantan Barat dan di Kalimantan tengah  dayak Lemadau.   Dalam adat dayak daun tersebut mempunyai kekuatan  untuk menolak bala, menyembuhkan penyakit dan  menghalau roh jahat,  sehingga tanaman ini di daerah dayak banyak ditemukan tumbuh di tempat keramat.

Tempat keramat tersebut seperti di " Panyugu "  (tempat sesembahan berkaitan dengan perladangan),  " Parigi " (tempat berdoa memohon kesehatan kampung usai panen)  dan  " Sandung "  (kuburan duplikat dari orang penting atau berpengaruh seperti pemuka adat  dan dukun yang makam aslinya berada ditempat khusus),  Sandung  dibuat dengan tujuan untuk mempermudah sanak keluarga berkunjung ke makam tokoh tersebut yang tempat aslinya tidak jelas atau jauh, tanaman Daun Rinyuakng disekitanya sebagai tanda tempat keramat dan ditinggikan dari lainnya.

Dalam ritual masyarakat Dayak Kayanatn daun Rinyuakng juga sering dipakai oleh masyarakat tradisional  untuk ritual adat seperti  upacara  atau prosesi doa para dukun sebagai alat bantu untuk memudahkan manusia berkomunikasi dengan mahluk halus atau Kamang.

Keyakinan akan alam gaib atau dunia mahluk halus menjadi salah satu tradisi adat suku dayak.  Kamang dalam keyakinan Dayak merupakan mahluk halus keturunan setengah manusia dan setengah mahluk halus,  menurut  nenek moyang dayak dalam perantauan  kawin dengan mahluk halus yang menyerupai manusia, maka lahirlah keturunan dari mereka yang disebut Kamang. Tabiat Kamang sangat senang dengan manusia yang berperingai baik dan akan  mengganggu yang berperilaku buruk atau berhati jahat.   

Sandung
 Sehubungan dengan ritual para dukun akan menggunakan daun Rinyuakng di kepala mereka sebagai bagian dari ikat kepala  atau diletakkan di dekat mereka, tujuannya untuk menarik perhatian para Kamang sehingga proses komunikasi dua dunia berjalan lancar. Selain itu keberadaan daun riyukang akan mengusir dan menjauhkan roh jahat dari tempat upacara.

Ritual Gawai Tikurok.  Dilaksanakan suku Dayak Tikurok sekali dalam empat tahun selepas panen.   Gawai Tikurok terdiri dari tiga tingkatan  :   Tingkat pertama  Gawai Nyibaru, penghormatan terhadap tengkorak yang ada di rumah tempat kepala (Baruk) dengan memukul gong, gendang, menembakkan senapan lantak, meriam  dan lesung,   Tingkat kedua   Gawai Mukah dan  Tingkat ketiga disebut Gawai Nyakan.

Tujuan umum Gawai Tikurok untuk menciptakan ketentraman di jauhkan dari petaka kerusuhan, gempa bumi dan cuaca buruk,  kesejahteraan dengan reski berlimpah  dari hasil buruan yang baik, hasil bertani dan mencari hasil hutan yang berlimpah   serta kebajikan bagi penduduk kampung dijauhkan dari penyakit/disembuhkan.    

Sesajen persembahan yang diperuntukkan bagi tengkorak dan para kamang  :  Tuak dicampur darah ayam disimpan dalam buluh,  Beras kunyit ditabur di atas tengkorak,  Nasi bungkusan kecil  makanan harian tengkorak,   Kunyit parut diletakkan dalam daun manah (daun rinyuakng :  Dayak Kanayatn),  Tembakau,  Limau nipis, Daun sirih, Buah Pinang,  Gambir,  Keladi merah  (ubis bireh disukai kamang),   Pisang embun,   Nasi dalam buluh kecil untuk Kamang Tariu,  Ayam goreng  dipotong kecil-kecil,  Ikan siluang   dibungkus daun dan Rokok apong  diselipkan di rahang tengkorak.

Bahan utama untuk penyelenggaraan Gawai Tikurok  :   Dua ekor babi – seekor untuk peserta dalam upacara tersebut - seekor untuk pahlawan atau Baku Rasi yang mendapatkan kepala musuh.   Jika Baku Rasi sudah meninggal, maka babi ini dipersembahkan untuk arwahnya   dan tiga ekor ayam jantan muda yang digunakan sewaktu melakukan upacara. Tempat untuk menyimpan tengkorak dan bahan-bahan persembahan tersebut di atas  disebut Tiang Sadong. Orang yang memimpin upacara Gawai Tikurok disebut Tua Gawai atau Ranjak.

Daun Sabang pada Ritual Nevak uting (sembelih babi)  :  kegiatan lepo  dange,  setelah para dayung naik lepo dange  babi diletakan ditengah lepo dan mukanya menghadap matahari terbit,  kemudian sidayung meletakan kalung manik tua di lehernya dan menghentak-hentakkan huing (kerincing) pada badan babi tersebut sambil menyampaikan mantra.  Mantera tersebut kurang lebih bermakna “ Bersama ini pergilah kamu roh sang babi “.    

Darah babi mengguyur deras dari lehernya, karena sembelihan dayung aya’ dan menadahnya dengan  da’un havaang (daun sabang),   kemudian babi bersama tim dayung yang lain naik ke rumah., sementara dayung aya’ dan satu orang dayung uk (dayung kecil; bukan pemeran utama)  tetap tinggal dalam lepo dange.   Ketika inilah dayung melakukan mela (mengibas-ibas daun sabang sambil mengucapkan mantra), agar orang yang di-pela (asal kata dari mela) diberikan berkah rejeki, kesehatan, umur panjang dan hal-hal yang berguna bagi yang bersangkutan dalam meniti kehidupannya.

Mela juga dilaksanakan untuk pemberian nama kayaan bagi anak-anak  karena itu dalam dange besar/utama, juga ada sebutan dange anaak (dange yang diistimewakan bagai anak untuk ritual pemberian nama dalam lepo dange).   Setelah dayung selesai mela dalam pondok dange, dia bersama satu temannya naik ke rumah kemudain turun lagi ke pondok dange.

 
Ritual Penyangga Parang,  Ritual ini dilaksankan suku Dayak Hibun dengan tujuan agar emosi pihak keluarga korban penganiayaan atau pembunuhan dapat teratasi.  Perangkat Ritual Adat Penyangga Parang yakni : 1 ikat daun yang biasa digunakan untuk membungkus nasi, 1 buah kelapa muda, 1 batang Hatal Kunyieh, 1 tempayan tuak, 1 ekor janek (babi),  sepasang ayam,  2 biji telur siap,  2 mangkok beras,  sedikit uang pengkeras,  1 buah tombak, 1 pokok daun sabang,  2 meter kain putih, 1 batang besi  dan 1 buah tempayan kecil,  semua benda perlengkapan ini  harus diletakkan di depan rumah.

Pengenalan tanaman.   Nama ilmiahnya  :  Cordyline  fruticosa (L) A. Cheval.  Family  :  Agavaceae (Liliaceae).    Jenis lainnya  :   Cordyline   folium,   Cordyline  terminalis (L.) Kunth dan  Cordyline  javanica.

Morfologi tanaman.
Termasuk tanamn perdu bercabang,  tinggi 1,5 -  4 meter dan  Ranting dengan bekas daun rontok yang berbentuk cincin.    Daun pada ujung ranting berjejal dengan susunan spiral,  Tangkai bentuk talang,  Helaian daun bentuk garis atau lanset ukuran 20-60(p)  x  10-15 (l) Cm  dengan pangkal daun  berbentuk baji dan ujung runcing dan  Warna hijau,  merah atau lorek.   Malai bunga di ketiak daun dengan tangkai panjang, bercabang melebar, dengan daun pelindung yang besar pada pangkal cabang. Anak daun pelindung pada pangkal bunga kecil.   Daun tenda bunga 6  memanjang  1,3 cm, 3  luar pada bagian separo bawah melekat  erat dengan yang di dalam,  bagian  teratas lepas dan melengkung kebelakang kembali.   Benang sari 6  tertancap pada tenda bunga. Kepala putik pendek 3 taju.   Buah buni bentuk bola merah mengkilat. Biji hitam mengkilat.

Nama Lokal  :  Dayak :  Daun Sabang, Daun Sawang dan Daun Riyuakng.   Jawa :  Andong,  Bali :  Juwang.  Makassar : Lanjuwang dan Batak : Kalinjuhan.
byKariTaLa LA    Reff.IanApokayanFB.
 



Daun Sawang sesajian ritual adat Dayak,
Ritual dipersembahkan restu di sana berkehendak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KISAH JANDA PANGERAN CINA YANG BERUBAH MENJADI BATU. LEGENDS GUNUNG KINABALU DI SABAH

NusaNTaRa.Com     byGreaTBritteN,       J    u    m    a    t,     0    3      M    e    i       2    0    2    4   Gunung KINABALU gunung...