Jumat, 03 Oktober 2014

BUNYI SERINAI KONFRONTASI DI DESA PERBATASAN NUNUKAN




(Kisah ini merupakan kumpulan Tajuk  " Anak-anak PerBatasan " khususnya di kawasan Nunukan yang berbatasan dengan Sabah Malaysia tahun 1964-1968 yang saat itu bersitegang dalam konfrontasi Dwi Kora.  Tulisan ini buat Ultah Kab. Nunukan yang ke 15, pada 12 oktpber 2014)



NusanTaRa.Com

Pasar desa pagi itu sangat tenang meski beberapa orang warga keluar masuk mencari kebutuhan dapur sehari-hari, seperti ibu Anemer Supu (Anemer di desa kami, merupakan suatu gelar yang diberikan kepada seorang yang menjadi pimpinan pembalakan disuatu perusahaan) yang sedang menawar belanjaan dengan candaan gembira di Los Nyonya Loe Kok yang menjajakan sayuran seperti Lombok, Tomat, Kecamba, Pakis,  Tahu, Tempe berbungkus daun Pisang, Terasi dan lainnya.   Pasar desa kami terbilang kecil maklum merupakan desa PerBatasan di  suatu Pulau kecil Nunukan seluas  14,493 km2 di Ujung Utara Kalimantan dan jumlah penduduk sipil sekitar 600 orang di luar Militer yang saat itu cukup banyak bermukim di beberapa barak, bertugas sebagai relawan Konfrontasi melawan Kolonialis Inggris dan Negara Bonekanya yaitu Negara Neo Malaya.

Pasar Desa Nunukan yang saat ini terletak di Jalan pasar Lama Kelurahan Nunukan Barat, dulunya dikelola daerah sehingga ada penarikan retribusi yang disebut Locis dan petugasnya saat itu Pak Nompok yang dimata masyarakat cukup sangar.  Gambaran pasar tersebut dengan ukuran 20 x 6 meter yang terdiri dari 16 petak yang terbagi dalam 3 Los,  jalannya dari tanah berbentuk hurup H  seluas  satu meter, setiap petak berukuran 2 x 2 m terbuat dari kayu yang terbuka yaitu los sayuran seperti orang tua saya, Mama Kumala dll dan los penjual ikan diantaranya Pak Lahabing, LaSiu dan lain-lain.

Sekitar jam 9.30 pagi saat itu, Aku sedang bermain tanah di gang pasar sambil menemani orang tuaku berjualan  bersama si Amat anak  Jawa dengan ibu dayak Malinau,  sambil dia di berimakan ibunya yang kebetulan berjualan nasi kuning di sekitar Pasar.   Tiba-tiba kami yang berada di Pasar tersentak mendengar suara nyaring ngngeeeeengg ..... ngngeeeeeeeengng di angkasa dan pak Janggo Latiep tokoh masyarakat dan juga seorang relawan Konfrontasi yaitu masyarakat sipil yang direkrut dan dipersenjatai menjadi pasukan keamanan,  dan beberapa penjual berteriak  “ Cepat bersembunyi ! itu pesawat british (Inggris) akan mengebom kita ! “ seketika itu juga semua yang ada di pasar berlari bersembunyi ditempat yang biasa mereka jadikan tempat berlindung di sekitar pasar,  namun ada juga yang berlari pulang kerumahnya untuk mengajak keluarganya berlindung seperti yang dilakoni Pak Lahabing yang rumahnya tak jauh dari Pasar.

Pesawat yang melintasi angkasa Nunukan tersebut oleh masyarakat disebut Mustang dengan kecepatan melebihi suara, sehingga bila suara terdengar berarti pesawat sudah jauh dan yang terlihat kepulan asap pekat yang memanjang diangkasa.  Tak lama setelah itu Bunyi Serinei pun mengaung dengan keras sebagai peringatan bagi masyarakat Nunukan untuk bersembunyi karna ada bahaya dari pasukan Neo Malaya (Malaysia) yang lagi perang dengan Indonesia.   Bunyi serinei itu di hidupkan oleh Pasukan TNI  dari Jajaran Marinir KKO yang banyak bertugas menjaga pertahanan negara di Nunukan.   Serinei dibunyikan bila ada bahaya seperti ada pesawat terbang dan kapal perang musuh yang datang mendekat dan sebagai tanda perintah untuk bersembunyi bagi warga Nunukan, dalam radius 3 km suara serinei/alarm tersebut dapat terdengar oleh masyarakat P Nunukan.   Tempat Serinei atau Alarm berada di suatu bangunan posko dari kayu,  disiring laut kalau sekarang sudah menjadi kantor administratur PT. Inhutani. 

Kejadian seperti itu bagi warga PerBatasan bukanlah hal yang aneh bahkan dalam sehari bisa sampai tiga kali dan bisa sampai dua pesawat Mustang British tersebut terbang diangkasa dalam operasi mereka untuk mengancam negara RI dari udara.   Ketika lagi sibuk berkumpul disudut pasar dekat Los Nyonya Loe Kok, Si Amat berlari keluar maksudnya ingin menyaksikan pesawat diangkasa, namun Pak Suhud yang melihat hal tersebut dengan segera mengambilnya  untuk  di masukan kembali kepersembunyian.   Di persembunyian semua membisu dengan berbagai raut wajah yang ketakutan sesekali ada yang berbisik “ Kapan juga keadaan ini bisa aman, sehingga tak perlu ketakutan seperti ini ? “ atau " Laskar British itu memang kurang ajar semoga cepat hancur dan kita hidup aman di Bumi Indonesia ". 

Sesekali para orang tua seperti Bapak ku, Pak Suhud dan lainya bergantian keluar pasar meninjau situasi, perasaanku dengan rasa cemas berkata seolah-olah pasukan British dan Neo Malaya akan mendatangi persembunyian dan menembaki kami semua.   Tak beberapa lama terdengar mobil patroli dari Marinir melintasi dijalan tanah depan pasar sambil berteriak  “ Semua harap bersembunyi ditempat persembunyian, hingga keadaan aman kami perintahkan !  “, Patroli Marinir ini menggunakan JeepWillis kecil yang berkapkan terpal dan biasa kami sebut mobil Katak, ia akan berkeliling Nunukan memberikan peringatan tersebut sambil mengontrol keadaan.

Tak lama berselang seorang KKO menyandang senjata yang sebagian terbuat dari kayu mungkin LI dan Sukarelawan datang menjenguk kami dan berkata “ harap semuanya tenang kami akan bertugas disini “ , mereka duduk didepan pasar sambil meninjau situasi.   Tempat Persembunyian seperti ini sangat banyak di daerah Nunukan saat itu hampir disetiap keramaian dan kampung ada, bahkan ada yang membuat tempat persembunyiannya dengan menggali lubang dan di Hutan sekitar pemukiman mereka,   seperti di daerah Blok tiga kampung suku Tidung tempat Si Nahar yang bapaknya (Sanusi) meninggal dalam menjalankan tugas sebagai sukarelawan di daerah SeiMenggaris kala itu, tempat persembunyiannya merupakan lubang di dalam  tanah.


Gedung SERINAI Kec. Nunukan tahun 1967

Ku lihat Pak Suhut sambil mengambin si Amat yang menangis,  membawakan dua gelas Kopi dalam Nampan untuk bapak petugas patroli di depan, sambil mereka mengobrol yang tak terdengar olehku, mungkin saja mereka mengobrol soal keamanan perang antara Indonesia dan Neo Malaya yang di Back Up British atau soal penugasan lainnya, tak lama Pak Janggo Latief yang bertugas disudut sebelahpun datang bergabung sehingga terlihat semakin serunya pembicaraan mereka.

Satu jam lebih sejak serinai berbunyi Mobil Katak  patroli itupun melewati depan pasar tempat persembunyian kami sambil berteriak keras    Keadaan aman, semua bisa keluar dari persembunyian ! “.   Serta merta suasana pasar kembali riuh seperti memecah suasana ketakutan,  kembali bertugas sebagaimana semula sambil berdoa Alhamdulillah karena suasana kembali aman.  Aku, Kumala dan Si Amat berlari keluar menyaksikan Pak Marinir dan Sukarelawan Yang bertugas tadi berlalu ke markas mereka dan kamipun melanjutkan bermain di sepanjang jalan Pasar Lama. 
by BakriSupian 



Perseteruan  Indonesia dan Neo Malaya di era konprontasi,
Kemerdekaan satu wujut usaha menuju ke arah lebih Manusiawi.


1 komentar:

  1. Sebuah kenangan semoga jadi sejarah sebuah daerah ...........

    BalasHapus

KISAH JANDA PANGERAN CINA YANG BERUBAH MENJADI BATU. LEGENDS GUNUNG KINABALU DI SABAH

NusaNTaRa.Com     byGreaTBritteN,       J    u    m    a    t,     0    3      M    e    i       2    0    2    4   Gunung KINABALU gunung...