Senin, 09 Desember 2013

MONUMEN DWIKORA NUNUKAN



“ Perhebat Ketahanan revolusi Indonesia dan bantu perjuangan revolusioner rakjat rakjat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunei untuk membubarkan negara boneka Malaysia, “
                                                                                       Jukarta, 03 – Mei – 1964
                                                                             Pemimpin Besar Revolusi Indonesia.

                                                                                             “  SOEKARNO  “

















       Sebagian dari isi  pidato Bung Karno yang berjudul KOMANDO AKSI SUKARELAWAN saat mencentuskan konfrontasi dengan pihak Malaysia termuat dalam poto yang dipajang pada monumen DwiKora Nunukan diantara enam buah poto,  Poto Tank Amphibi dan para sukarelawan difron terdepan P. Sebatik, Jenderal Nasution Berkunjungan kewasan perbatasan sebagai tanda Konfrontasi,  Menteri/Pangab Laksdya RE Marthadinata saat memimpin upacara memperingati Hari Ulang Tahun Marinir tahun 1965 di Nunukan,   Makam “ Wansip Achmad Sanusi” di TMP Jaya Sakti Nunukan yang gugur saat pertempuran di sungai SeiSemenggaris dan  Sukarelawan sedang latihan tampak HR Tuwing, Puang Bakka, Bakkareng dan Janggo Latief.



       Turut menghiasi Monument Dwi Kora selain  Gambar tersebut di atas sebuah Kendaraan Tank Amphibi PA 76, Meriam Hawitzer 105 dan Jangkar kapal ketiganya merupakan peralatan yang digunakan saat pertempuran konprontasi yang didatangkan khusus dari Markas Marinir di Surabaya.



       Monumen ini di resmikan pertama kali pada 25 januari 1965 oleh Dansatgas Sigalajan/ex dan Brigat-1 KKO ALJANG KE-3 LTK KALIM,   untuk memperingati jasa para pahlawan yang gugur saat Konfrontasi melawan imprialisme Inggris dan Malaysia untuk membentuk negara boneka Malaysia yang meliputi Malaya, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunei tahun 1964 – 1966.  Pertempuran konfrontasi tersebut terkenal dengan Sebutan DWI KORA – Dua Komando Rakyat yaitu Perhebat ketahanan revolusi Indonesia dan Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak, Sabah dan Brunei untuk menghancurkan Malaysia.  



       
       Pertempuran konfrontasi tahun 1964-1966 yang terjadi hampir disepanjang perbatasan Pulau Kalimantan antara Indonesia Malaysia sehingga Tugu Dwi Kora ini selain di Nunukan terdapat beberapa lagi di kota-kota sepanjang perbatasan, sebagai tanda untuk memperingati jasa pahlawan yang gugur saat itu yang meliputi TNI KKO AL, Wansip dan Rakyat yang ikut secara sukarela.  Pada Tugu DWI KORA Nunukan terdapat plakat yang bertuliskan Tahun Peresmian dan nama-nama yang gugur.
 Plakat 1  yang bertuliskan tanggal peresmian monument pertama kali, Plakat  2  yang gugur tidak diketemukan   : -Kapten KO Sutanto  -Sers. KO Sunarjo  -Serd. KO Rebani  -Prako Surjadi  -Prako Sumarmo  -Prako Wibowo   -Prako Gabriel   -Prako Achmad Hendro  - Wansip LaBolo  -Wansip Burham.   Plakat 3  Gugur  :   -Kapten KO Sunarso  - SRS. KO Sundoro   -Kopral KO Asnawi  -Kopral KO Bactijar  -Prako Ponidjan  -Prako M. Aris   -Prako R. Siturus  -Prako IDENG  -Prako Nurkajad  -Wansip Mailan  -Wansip Nasir  -Wansip Matkatim   -Wansip Walkaf  dan    Plakat  4   TIWAS  :  -LMD KO Kristijanto  -Kopral KO Hamsjah  -Rako T. Wartono  -Prako Marsudi  -Prako Sukarno M   -Prako Saminto  -Prako Panut  -Prako AR. Marjono  -Prako Marsudi  -Wansip Achmad Sanusi  -Wansip Tinggu  -Wansip Bujung  -Wansip Klangsang  -Wansip Sudul  -Wansip Jambul.
  

       Rehab monumen Dwi Kora dengan ketinggian 17 meter dibangun oleh Pasukan Marinir dari surabaya sebanyak 41 orang yang dipimpin Letnan Santo selama 45 hari.    Bangunan sekarang lebih besar dan tinggi, ketinggian 17 Meter dari sebelumnya hanya 8 meter,
Puncak tugu berbentuk 7 sisi lambang sapta marga,  bagian bawah berbentuk 5  sisi berarti Sumpah prajurit yang juga ditempelkan plakat peresmian pertama dan nama pahlawan yang gugur, bangunan utama tugu ini didampingi oleh 8 pilar 4 sisi kiri dan empat sisi kanan melambangkan Wajib TNI.



       Letak Tugu Dwi Kora ditengah pusat keramaian kota Nunukan disebelah Alun-Alun kota seluas 1 Ha, dibelakangnya ada Puskesmas yang dulunya eks lokasi Rumah sakit KKO AL, tidak jauh terdapat Bank BNI 46, Hotel Fortune, Marvell Hotel, Laura Hotel, Marami Hotel, Kantor Perpustakaan dan Arsip daerah, Kapolres Nunukan, Pusat perbelanjaan Lama Nunukan Jalan Yosudarso dan 0,5 km disebelah barat melewati Jalan Sanusi terdapat Taman Makam Pahlawan Jaya Sakti Nunukan.



       “ Di zaman konfrontasi dulu KKO AL bisa berjalan kaki sejauh 35 km melewati hutan belantara membelah pulau Nunukan dari Markas Amphibi pertama di Tanjong Pasir SeiLancang untuk menghadap Komandan operasi di Nunukan yang sekarang terletak di Jalan Radio dekat lapangan Tenis Inhutani atau ke Markas Amphibi kedua di Jalan Pembangunan sekarang Gedung SMP N 2 Nunukan selama 10 jam “, kisah Peltu Purn. Samad Sujana.   Pak S Sujana  Mantan KKO AL  yang bertugas di Nunukan saat Konfrontasi tersebut, merupakan Komandan Pos Angkatan Laut (Posal) pertama di Nunukan 1978  dan pensiun tahun 1988 lalu memilih menetap di Nunukan, jalan Pahlawan Gang Jannah.



       “ Ketika itu mereka dalam satu operasi militer di sungai SeiMenggaris dengan perahu LongBoad, tiba-tiba pasukan penghadang Malaysia dan Gurkha menembaki mereka dari daratan dan menewaskan Wansip Achmad Sanusi “, kenang Bapak Naharuddin Sanusi warga Tidung anak almarhum tersebut yang tinggal di Jalan Sanusi (dari nama Bapaknya).
 by BakriSupian



Ganyang  Ganyang Malaysia pekik penyemangat Sukarelawan,
 Kusumabangsa gugur dengan hebatnya dalam membela negara kesatuan.  "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HALIS MUHAMMAD NUR KERJA KERAS SUKSES SULAP PANTAI MASIRETE JADI TEMPAT USAHA WISATA

NusaNTaRa.Com     byLaCappotttA.         S   a   b   t   u,    2   7      A    p    r    i    l      2   0   2   4      Pantai Masirete yang...