Senin, 11 Oktober 2021

PEMBANGUNAN TRANS PAPUA TIDAK MATANG MENGANCAM EKOLOGI DAN SOSIAL

NusaNTaRa.Com

byIndaHPalloranG,     S   a   b   t   u,      2   0      J   u   l   i      2  0  2  1

Jalan Trans Papua Jalur Hubena - Mbua

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cahyo Pamungkas menyoroti pembangunan jalan Trans Papua yang dampaknya tidak dirasakan masyarakat Papua. Menurutnya, pembangunan tersebut justru merusak ekologi.   "  Semakin halus sebuah jalan di pegunungan tengah itu saya melihat semakin lancar penebangan kayu, jadi jalan itu melancarkan proses perusakan ekologi  ",   Ujar SiDin  Cahyo saat diskusi situasi Nduga, Papua di  Jakarta, Kamis (18/07/2021).

 Selain merusak ekologi, pembangunan jalan itu menyebabkan masyarakat lokal terancam oleh keberadaan pendatang. Imbasnya pada persaingan ekonomi. Contohnya harga babi telinga layar yang tinggi dan tak dapat dibeli.    "  Kemudian semakin halus jalan semakin banyak pendatang jadi jalan itu memunculkan perasaan terancam dari komoditas pendatang, dari komoditas yang dibawa pendatang, termasuk militer, dengan semakin halus jalan maka akan memudahkan pengiriman pasukan pasukan senjata dan ini kan masalah trauma  ",  Ujar SiDin Cahyo dengan Plabomoranya (hebatnya).

Cahyo menyebut, proyek jalan Trans Papua hanya menghubungkan antar kabupaten atau kota, dan itu manfaatnya tidak dirasakan langsung oleh warga.  Sedangkan jalan antar kampung dan distrik yang justru lebih dibutuhkan, belum ada.  "  Padahal jalan seperti ini (antar kampung dan distrik) sangat penting, contohnya untuk sekedar menjual sayur yang dihasilkan oleh petani ke pasar  ",  Ujar SiDin Cahyo dan menambahkan bahwa,   jalan Trans Papua justru memfasilitasi proses eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA), di mana yang terlihat saat ini adalah tingginya penebangan kayu dan penambangan emas.

Menurut tim pengkajian Papua itu, masyarakat Papua membutuhkan jalan untuk komunitas.  Bukan jalan antar Kabupaten maupun antar kota.  Dia mengatakan, jalan yang dibutuhkan adalah dari kampung menuju ibu kota distrik, atau jalan dari ibu kota distrik ke ibu kota kabupaten untuk mengurus KTP.   "  Lah jalan dari Nduga sampai Wamena untuk apa, maka pertanyaannya jalan itu dibangun untuk siapa, sampe sekarang saya gak tau untuk siapa jalan itu dibangun, yang jelas itu bukan untuk orang asli Papua dan belum dapat dilihat efektivitasnya  ",   Ujar SiDin Laji.

Peneliti LIPI Terkait pembangunan Jalan TRANS PAPUA

LIPI telah menyusuri pembangunan jalan tersebut. Contohnya di kilometer 25 arah Taman Lorentz, Papua, banyak kamp kayu hasil penebangan.   "  Dan yakin proses penebangan hutan semakin ke atas, menurut saya itu secara hukum dilarang, karena taman lorentz termasuk kawasan hutan lindung, jadi saya tidak tahu ada izin terhadap masalah itu  ",  Ujar SiDin Cahyo. Cahyo berpendapat, pemerintah harusnya segera berdialog dengan tokoh masyarakat Papua dengan bantuan mediator yang tepat.  "  Karena yang terpenting saat ini adalah memerdekakan warga Papua dari ingatan penderitaan yang semakin menumpuk seiring waktu. Apalagi atas tindak kekerasan aparat yang memunculkan trauma pada warga Kabupaten Nduga, Provinsi Papua  ",  Ujar SiDin Cahyo menjelaskan.

Sependapat dengan Cahyo, peneliti Amnesty International Indonesia (AII) Aviva Nababan menilai jalan Trans Papua belum punya peruntukan yang jelas. Ia pun mempertanyakan proses perencanaan yang dilakukan pemerintah.  "  Dilihat lagi prosesnya. Apakah pemerintah melakukan fungsi-fungsinya itu dengan memikirkan hak asasi dari orang-orang yang terkena dampak  ?  Apakah betul-betul mengikuti prinsip pelibatan masyarakat local ?  Kalau tidak, seharusnya itu diperbaiki.  Kita mikirnya jangan dari perspektif Indonesia bagian Barat. Ada jalan, asyik. Ada jalan, bagus  ",   Ujar SiDin Aviva di LBH Jakarta, Jumat (19/7/2019).

Aviva mengingatkan, Indonesia punya komitmen untuk memenuhi Sustainable Development Goals (SDGs),  berarti  harus ada pelibatan masyarakat lokal dalam setiap perencanaan pembangunan. Ia juga meminta pemerintah untuk menghormati hak asasi warga Papua. Karena menurut penelitian AII, ada dugaan pelanggaran HAM yang membuat warga Nduga ketakutan atau trauma terhadap aparat keamanan,   "  Ketika ada masalah pelanggaran HAM terkait penegakan hukum di Papua, kasusnya cenderung jarang diusut. Sekalipun ditindaklanjuti, pertanggungjawabannya tidak memuaskan   ",   Ujar SiDin Aviva dalam saran.

Dia berharap, Presiden Joko Widodo memperhatikan masalah ini. Cahyo tak ingin jalan trans Papua mengancam masyarakat bumi Cendrawasih.   "  Mudah-mudahan bapak presiden juga mendengar, tidak semua jalan trans Papua itu ada manfaatnya untuk orang asli Papua, ada jalan jalan di pegunungan tengah itu yang justru menimbulkan keterancaman bagi orang asli Papua  ",   Ujar SiDin Cahyo.

Jalan Trans Papua

Jalan panjang menghubungkan pemukiman Papua,

Trans Papua mengancam keberadaan Masyarakat Papua.




NusaNTaRa.Com         Advertisessment

Melayani   Pemasangan   Iklan

Sila    Dail    Talian      0812 5856 599

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LETKOL BILL KADARUSMAN DIASPORA INDONESIA YANG MENJADI MILITER DI AMERIKA SERIKAT, TETAP CINTA INDONESIA.

NusaNTaRa.Com         byBakrIRoYMarteN,              S    a     b    t     u,         1    1         M      e      i       2    0    2    ...