Minggu, 16 Juli 2017

REOG PONOROGO, BUDAYA NUSANTARA LAHIR DARI SEJARAH BANGSA INDONESIA.

NusanTaRa.Com




Reog






































Bertopeng kepala Singa  berbulu kuning dan mulut menganga memperlihatkan taringnya, dikelilingi bulu burung Kasuari menyerupai  rambut sangat lebar bisa mencapai  2 meter biasanya di kelilingi renda kain berwarna orange dan merah,  sebagai simbol Raja Majapahit Bra Kertabumi yang mewah jauh dari rakyat.   Tokoh lain dalam persembahan Reog  seorang  warok  bercelana hitam selutut,  sarung batik melingkari pinggang serta baju kaos oblong lurik merah, muka berwarna merah kumis  tebal terkesan menakutkan, Warog merupakan simbol Ki Ageng Kutu yang berjuang kesendirian.   Sambil berlenggak lenggok dengan gaya khas reog di iringi musik  gemelan sang warok beraksi  sambil memecut cemeti ditangannya.  Heaaaaaa  heaaaaaaa  heeeaaaaaaa ….  Cetaat cetaaattttt  cetaaattttt  terdengar suara yang lantang diikuti bunyi Cambuk   yang  memecah udara. 

Alkisah budaya ini menurut legenda masyarakat Jawa, bahwa Reog  berasal dari Ponorogo atau sekitar Jawa timur bagian barat laut.  Bahwa sanya pada saat raja terakhir Kerajaan Majapahit   Bra Kertabumi   memerintah di abad ke 15  terjadi suatu pemberontakan yang dimotori Ki Ageng Kutu, disebabkan ia melihat  bahwa raja  sangat  dipengaruhi   rekan-rekan Chinanya dan prilaku koruptor yang membudaya dikalangan Istana  serta ia melihat bahwa kerajaan akan berakhir.    Dengan harapan Kerajaan Majapahit akan bangkit kembali disuatu hari, Ki Ageng Kutu pergi meninggalkan Kerajaan Majapahit mendirikan perguruan bela diri kanuraga bagi  para pemuda,   karena  merasa  pasukannya terlalu kecil  iapun merubah misi tersebut.  
  
Dengan cara mengadakan Pertunjukan keliling bersama REOG nya ia menampilkan sindiran-sindiran yang ditujukan pada Raja Bra Kertabumi dengan  harapan akan menimbulkan kesadaran bagi masyarakat akan kebusukan Istana saat itu dan memberikan dorongan agar melakukan perlawanan  merubah keadaan Istana menjadi lebih baik.      Kepopuleran Reog Ki Ageng Putu dalam perlawanannya bersama Reog  makin meresahkan Istana akhirna Raja Bra Kertabumi menyerang  perguruan dan pemberontakan serta Waroknya.    Akhirnya  perkumpulan Reog   dilarang, sebagian anak buahnya secara diam-diam masih memainkannya dan  karena telah menjadi satu kegiatan budaya atau ritual Warok masih dibolehkan dengan merubah pertunjukannya  seperti  jalan ceritanya dan menambahkan karakter  tokoh lain Kelono Sewondono, Dewi Sanggalangit, and Sri Genthayu.  

Kesenian Reog pernah dikleim  Malaysia sebagai budaya  mereka yang di usulkan ke UNESCO pada tahun 2007   selain bertujuan pematenan sebagai  budaya  milik mereka  juga  dalam rangka mendukung  pertumbuhan parawisata ,  Windu Nuryanti Wakil Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan  RI  tahun 2012 mengatakan  Malaysia telah 7  kali mengklaim Reog milik mereka sejak tahun 2007.   

 
Janthilan (Serdadu Mojopahit)
Hal ini tentunya mendapat protes keras dari pemerintah Indonesia sebagai daerah asli  Kebudayaan  Reog.    Kesenian Reog  sejak dulu bahkan sebelum Malaysia merdeka telah menjadi budaya disana khusus daerah Batu Pahad, Johor,  Sabah  dan Selangor khususnya daerah yang  banyak dihuni warga keturunan  Jawa  dan Pendatang Jawa.   Pejabat Malaysia pernah mengatakan bahwa,    Malaysia bisa saja mengklaim semua budaya Indonesia karena  Indonesia dan Malaysia  memiliki kedekatan Budaya dan sejarah   “.    Malaysia yang serumpun dengan Indonesia beberapa kali mengklaim Budaya Indonesia seperti  Lagu Rasa Sayang dari Maluku (2008), Tortor dan Alat musik Gordang Sembilan Sumut (2012),  Keroncong,   Tari Pendet Bali (2009), Kuda Lumping, Tari Japin,  Rendang,  Gandrang Bulo, Gamelan,  Cendolo  dan Angklung (2010).  


Kelompok Reog bukan sekedar  tarian budaya biasa tapi  sebuah kesenian  yang  memiliki kekuatan supranatural yang dilatih sejak dalam padepokan seperti yang dimiiliki Warok yang diyakini memiliki ilmu Kanuraga Kekebalan tubuh dan tenaga dalam.    Peserta  Reog yang  memikul  Topeng   Reog   seberat   60 kg hanya dengan menggunakan kekuatan Gigi.   Tokoh lain dalam Reog selain yang diatas,   Janthilan  yang digambarkan sebagai pasukan Majapahit, yaitu sekumpulan penari yang menunggang Kuda Lumping.  Dulu Janthilan ini dilakoni para Gamblek  (lelaki cantik) yang cantik namun sekarang sudah banyak dilakoni para anak Gadis yang dirias Cantik.    

Kesenian  Reok suatu budaya berunsur magis maka di dalamnya terdapat dua  Pawang  yang akan mengawal  secara  magis selama jalannya  atraksi.    Ketika atraksi akan dimulai dua sesepuh tersebut akan memantrai kelompok  ini agar berjalan tertib dan dijauhkan dari gangguan ilmu gaib yang jahat dengan merapal  mantra dan mengasapi peserta demikian juga saat atraksi ditutup atau ketika ada peserta yang kesurupan maka mereka akan menanganinya.  

Pementasan Reog saat ini memiliki beberapa atraksi tidak seperti dulu seperti adanya perbedaan dalam tokoh tari, Cerita yang dipentaskanpun ada beberapa persi dan Saat ini wanitapun telah ikut dalam Tari Budaya Reog.   Reog tak bisa dipisahkan dari musik Gamelan yang selalu  ada pada setiap atraksinya selain mengatur irama gerak,  dan memberikan semangat gamelan dipercaya memberikan kekuatan supranatural bagi para penarinya.   Reog dulunya hanya dilaksanakan pada upacara khusus tapi sekarang telah dilaksanakan pada berbagai kegiatan seperti Perayaan syuro tahun saka Jawa,  Perayaan hari besar Nasional,  acara resmi lainnya, Perkawinan, Sunnatan dan acara lainnya.
ByDannYAsmoro.

Warog memiliki ilmu kanuraga
Gending ditabuh dua penari  berlenggok kesurupan,
Reog Ponoroga Senibudaya sebagai hiburan dan penyampai pesan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PULAU BUNGIN SUMBAWA DI TENGAH LAUTAN JADI PULAU TERPADAT DI DUNIA

NusaNTaRa.Com byLaDollaHBantA,         R    a    b    u,       2    0         A    p    r    i    l        2    0    2    4 Pulau Bungin d...