Jumat, 01 Mei 2015

MENELUSURI PATOK BATAS PERBATASAN DI PULAU SEBATIK

NusanTaRa.Com

Monument PerBatasan Garuda Raksasa
Perbatasan merupakan sebuah garis wilayah yang membentang disepanjang dua negara atau lebih yang berhampiran yang menjadi batas wilayah negara bertetangga tersebut, biasanya batas ini ditetapkan berdasarkan Koordinat, Patok batas, sungai, gunung, lembah atau tanda-tanda alam lainnya.   Penetapan batas tersebut berdasarkan kesepakatan kedua negara, sejarah yang pernah berlangsung di kawasan itu dan keberadaan warga yang ada di wilayah tersebut,  serta batasan tersebut mendapat persetujuan dari kedua negara terkait dan badan dunia lainnya.

Ketika itu hari Sabtu 17/april/2015 dalam menjalankan tugas pembinaan Petani di Pulau Sebatik saat lagi senggang, kesempatan tersebut saya manfaatkan untuk menyusuri sepanjang perbatasan Indonesia-Malaysia yang berjarak sekitar 20 km dengan mengendarai mobil Avansa milik Pak Masdjidil ketua P4S Maspul II Sebatik,  meski tak mungkin menelusuri semua patok hingga ke Desa Bambangan di pantai sebelah barat pulau karena keterbatasan waktu dan letak patok yang sangat sulit, tapi saya pikir bisa mengamati 7 patok aja sudah lumayan.

Patok Batas 7 di Kamp. Tengah
Target pertama Patok Batas 0   yang berada di muara sungai Melayu, kebetulan tidak jauh dari tempat menginap di City Hotel Sebatik sekitar 1/2 kilometer.  Jalan menuju lokasi  beraspal denga deretan rumah permanen milik penduduk yang berstatus nelayan, sepanjang jalan terlihat Perahu Nelayan, Jembatan Perikanan dan terakhir Kantor AL Marinir.  Melewati Kantor Marinir AL Sebatik tepat di depan Jembatan mobil saya hentikan, kemudian berjalan kaki melewati jembatan dari kayu ulin selebar 1.80 meter dan Panjang 800 m dengan Gapura bertuliskan  " POS TNI AL  S. PANCANG ", jembatan ini dikunjungi Presiden Joko Widodo saat meninjau perbatasan di awal tahun 2015 dengan menaiki menara pengawas di ujung jembatan.     Berjalan sejauh 400 meter dijembatan,  Patok Batas 0 yang berada di muara sungai Melayu berbakau merupakan sebuah patok beton yang muncul dipermukaan laut, saat itu lagi pasang disampinya terlihat bendera merah putih, karena Jembatan terletak pas di muara sungai bejarak 300 meter dari patok sehingga mudah terlihat.    Terlihat di ujung jembatan menara pengawas marinir berwarna merah putih serta dari kejauhan di sebelah selat seluas 9 km terlihat Kota Tawau  kota Malaysia yang cukup maju berbanding kota perbatasaan RI yang ada di Kalimantan Utara, terlihat bangunan besar dan tinggi sangat menakjubkan bahkan pada malam hari kita dapat melihat lampu mobil yang lagi lalu lalang disana.

Untuk lebih memudahkan perjalanan akhirnya saya putuskan untuk berjalan langsung terus sampai ke Pos Satgas Pamtas (Satuan Tugas Pengaman Perbatasan RI) yang berada di tengah pulau sekitar 14 km, kemudian kembalinya nanti baru menyisir patok batas.   Jalan sepanjang perbatasan cukup baik dari aspal dua jalur cukup lebar, namun jalan mulai nanjak menuju Puncak Bukit Menangis hingga pantai Barat Bambangan masih merupakan jalan pengeras,  melalui daerah pertanian dan perkebunan dengan rumah penduduk yang baik, kontur tanah di tengah pulau bergunung dengan ketinggian 400 m dpl namun agak landai di sebelah timur berbanding sebelah barat yang lebih terjal.  

Melewati S  Pancang jalan sangat ramai dengan orang yang lagi belanja di hari pasar mingguan, pasar berlangsung sekali seminggu dengan gardu-gardu kecil tersusun rapi menjajakan jualannya.   Di  Jembatan S Melayu kesibukan mobil truk membongkar buah kelapa sawit dipinggir sungai yang kemudian di pindahkan ke Perahu GT 50 yang akan membawanya ke Pasaran Tawau.  Perjalanan melalui Desa Losalo dengan perumahan berkaki bergaya melayu tersusun rapi disepanjang jalan dan terlihat juga sebuah stadium indoor sedang dalam tahap pembangunan,  setelah itu mulai terlihat deretan persawahan di celah perbukitan namun belum terlihat padi karena belum musim tanam.

Jalan Poros Perbatasan di P Sebatik.
Melewati perkebunan Sawit dan Coklat yang merupakan produk utama di P Sebatik di atas perbukitan dan sekali-kali bertemu dengan petani yang mengerjakan dan memanen hasil pertaniannya.  Setelah menuruni bukit yang landai dipenuhi Pohon Kelapa Sawit disisi jalan terliha Desa Limau dengn rumah  panggung berkaki ala rumah Melayu berdiri di kiri kanan jalan.  Di puncak tanjakan yang tinggi kita dapat menikmati keindahan alam pulau Sebatik serta TUGU GARUDA RAKSASA sedang terbang berada di atas BOLA DUNIA sambil menggigit bendera merah putih, di bawahnya bertuliskan " NKRI HARGA MATI ".  

Perjalanan selanjut membuat Avansa yang ku Drive rata-rata kecepatan 70 km/jam melintasi puncak perbukitan bahkan pada beberapa titik puncak terlihat ketenangan Selat Sebatik serta disebelahnya terlihat berbaris kemegahan bangunan-bangunan di Kota Tawau Malaysia atau menyaksikan sebuat perkebunan Kelapa sawit dengan Pabrik Palm Oilnya yang beradaa satu daratan dengan Sebatik RI atau menyaksikan pemukiiman penduduk yang umum nya berada di kawasan lembah seperti Desa Aji Kuning (desa teramai sepanjang perjalanan) dan Kampung tengah.   Sepanjang jalan  kiri kanan  dihiasi Kelapa Sawit dan Coklat yang berbaris teratur serta sesekali kita menemukan tanaman Buah Naga, Serai dan Perkebunan Pisang.

Di suatu puncak yang tinggi telihat Pos Penjagaan SATGAS PAMTAS berwarna belang hijau militer serta dua Marinir berjaga sigap dengan senapannya, pos ini tidak jauh dari titik batas hanya 20 meter.    Tidak jauh dari Pos Satgas Pamtas terdapat sebuah kampung Lodres merupakan sebuah perkempungan eks TKI yang di deportasi Kerajaan Malaysia karena tidak memenuhi kelayakan tinggal di sana dan kebanyakan dari TKI Nusa Tenggara Timur sehingga oleh Pemda Nunukan diberikan pilihan menetap dalam pemukiman tersebut.  Setelah memberikan hormat dengan mengangkat tangan dikepala pada penjaga Pos yang dibalasnya sama, sayapun memutar mobil Avanza untuk kembali karena  terasa sudah cukup jauh.

Perjalanan kembali akan melewati banyak turunan tapi dengan situasi yang sama, disuatu jalan menurun agak memutar sebelum melewati jembatan saya berhenti ketika melihat seorang petani memikul kayu bulat, tapi karena bergegas ia cepat menghilang di tengah rimbunnya Pohon Kelapa Sawit.  Adalah Pak Ahmadiyah yang pertama menyapa dengan Ramah sembari menyapa Assaalaamuallaikum  dan tentu kujawab balik dengan wa allaikumsalam.  Dari Pak Ahmadiyah ku ketahui bahwa desa ini bernama Kampung Tengah Kecamatan Sebatik Tengah, dan beliau adalah ketua Kelompok Tani Pelita Bukit Kembar (sesuai dengan lokasinya yang dihimpit empat gunung) dan mengatakan bahwa sulit bagi petani untuk diajak mengikuti rapat sehingga laporan tidak lancar,  Ia juga mengatakan bahwa petani Sawit sulit mendapatkan bantuan untuk kelancaran usaha tidak seperti di kecamatan tetangganya dan harga sawit yang rendah dibandingkan bila petani mengantar sendiri ke pembeli utama di Sebatik karena belum memiliki mobil truk.

Patok Batas 3 Desa Aji Kuning
Di depan gang selebar 1,5 meter dari semenisasi di sebelah kiri jalan di puncak gunung sekitar 300 meter dari rumah pak Ahmadiyah mobil kuhentikan, karena menurut penjelasan beliau "  Sekitar 300 meter tedapat Patok Batas 7 ".   6 menit melewati gang yang dihimpit Kelapa Sawit tersebut saya menemukan papan bertuliskan " Anda Memasuki Kawasan Republik Indonesia " dan tak jauh dari situ terdapat Patok Batas  7 berbentuk meja dari beton serta bendera Merah Puti berkibar disisinya.   Ketika hendak pulang bertemu dengan pengendara motor yamaha yang membonceng anak sekolah, katanya ia tinggal di wilayah Malaysia meski aku melihatnya masih seperti orang Indonesia.

Menurut sebagian warga bahwa banyak warga yang menghuni kawasan Malaysia di perbatasan terpaksa menyekolahkan anaknya ke Indonesia karena daerah mereka sangat terisolasi dari daerah Malaysia yang memiliki pelayanaan umum formal seperti pendidikan dan kesehatan yang akhirnya membuat mereka terpaksa mencari pelayanan tersebut di wilayah Indonesia.

Patok Batas 3 terdapat persis di dermaga sungai Aji Kuning Desa Aji Kuning  sekitar 200 meter dari poros jalan Perbatasan.  Di sekitar dermaga terdapat Patok tertanam yang bertuliskan merah 3 dan bendera merah putih dan 3 meter disampingnya terdapat Pos Satgas Pamtas dengan dua orang marinir siap siaga berjaga dengan seragam dan senapannya, kawasan ini dipenuhi perumahan penduduk layaknya sebuah kompleks perumahan karen Aji Kuning merupakan Desa teramai disepanjang jalan perbatasan.

Patok Batas 1  Ds Losalo
Patok Batas 1 yang terdapat di Desa Losalo Kecamataan Sebatik Utara berjarak 250 meter dari jalan poros perbatasan berupa Patok segi empat Semen bertuliskan P1 dan bendera merah putih, disampingnya terdapat tugu Kemeninfokom berwarna merah bertuliskan " Republik Indonesia, Tugu Sebatik/Sebatik Utara Provinsi Kalimantan Utara ".   Patok ini persis berada di depan Kantor Camat Sebatik Utara.  Seorang ibu petani yang kutemui tengah mengusir burung dari sawahnya mengatakan bahwa sebagian sawahnya masuk kawasan Malaysia, sembari menunjukkan kearah tengah pertanian ia mengatakan bahwa : " Semua areal pertanian tersebut milik warga sebatik, karena waktu mereka merintis lahan dahulu mereka tidak mengetahui kalau itu  wilayah Malaysia !! ".

Dengan mengucapkan Alhamdulillah perjalanan menyusuri Patok perbatasan di Pulau Sebatik sebanyak 4 patok batas selesai juga,  meski lebih banyak lagi yang belum kuketahui.  Kesimpulanku selama perjalanan tersebut bahwa  :
1.  Jalan poros perbatasan cukup baik dari aspal dengan lebar 8 meter dua jalur meski ada beberapa ruas di puncak Gunung Menangis belum teraspalkan.
2.  Jalan Poros Perbatasan tidak jauh dari Garis batas negara sekitar 20-400 meter.
3.  Penghidupan warga sepanjang Jalan Poros perbatasan sebagai Petani Sawit, Coklat, Pisang, Padi (4 komoditas utama), Serai, Hortikultura, Buah (durin dan Mangga), Buah Naga dll.
4.  Patok Batas cukup jelas meski beberapa harus dibuat lebih jelas lagi seperti Patok 3 dan 1.
5.  Beberapa warga Sebatik Indonesia memiliki lahan usaha pertanian di wilayah Malaysia.
6.  Petani yang menetap di wilayah Malaysia yang terisolasi dari keramaian kota Malaysia masih banyak yang menerima layanan umum di Wilayah Indonesia seperti Kesehatan, Belanja dan Sekolah.
7.  Masih perlunya peningkatan Pos-pos Satgas Pamtas yang ada di sepanjang perbatasan.
 8.  Masih perlunya ada dukungan bagi peningkatan usaha petani yang ada di sepanjang jalan poros perbatasan.
9.  Warga perbatasan disepanjang jalan Poros tersebut sangat membutuhkan ketersedian Air Bersih.
10. Kawasan sepanjang jalan Poros Perbatasan sangat menarik dijadikan satu area wisata dengan membangun beberapa sarana wisata yang perlu.
byBakriSupian.

Patok Batas 0, muara s melayu sebatik

Lodres desa perbatasan di perbukitan P Sebatik,
Menetap diperbatasan menata kesejahteraan dan menjaga republik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KISAH JANDA PANGERAN CINA YANG BERUBAH MENJADI BATU. LEGENDS GUNUNG KINABALU DI SABAH

NusaNTaRa.Com     byGreaTBritteN,       J    u    m    a    t,     0    3      M    e    i       2    0    2    4   Gunung KINABALU gunung...