Sabtu, 01 November 2014

PETUALANGAN MENCARI BUAH LAPIU DITEPI SUNGAI SEMBAKUNG



Buah Lapiu



















     Tak berlebihan bila beberapa pakar mengatakan bahwa Indonesia sebagai Negara kepulauan dengan 17.244 buah pulau, yang memiliki Rain Forest terbesar kedua di dunia kaya akan Biodiversity Fauna dan Flora, terlebih dengan posisinya yang terletak antara dua benua membuatnya memiliki keragaman Biota yang tinggi dari kedua benua tersebut.

     Keberadaan Biota di Pulau Kalimantan yang memiliki kemiripan dengan Biota yang berada di Benua Asia seperti Gajah, Orang Utan, Beruang, Badak demikian juga dengan Floranya beberapa tumbuhan yang lebih memiliki kemiripan dengan Banua Asia berbanding Benua Australia yang memiliki banyak sabana atau hutan-hutan tipis, sehingga kita menemukan buah durian, Nangka, Manggis dll.

     Buah Lapiu, merupakan salah satu buah khas Kalimantan terutama didaerah  sepanjang tepi sungai yang ada di Kalimantan Utara seperti sungai Sesayap, Sungai Sembakong dan Sungai Sebuku bagian hulu,  200 m dari tepi sungai karena tumbuhan ini  suka tanah  yang basah atau berair seperti rawa.    Ketika selesai bertugas di salah satu kota Pedalaman Kaltara Mansalong,  Pak Salman S seorang petani mengajak saya mencari buah Lapiu yang katanya saat ini lagi musim (musimnya September-Nopember 2014) menggunakan berahu kecil sepanjang  3,2 meter bermesin ketinting  yang dapat mengangkut 5 orang, namun saat itu kami hanya berangkat bertiga dengan Pak Thamrin Ungau.
S Sembakong

     Mesin ketinting dihidupkan ikatan perahu dilepaskan,  kami bertigapun  meluncur menuju hilir sungai Sembakong yang memiliki kelebaran  200 m lebih, mengikuti aliran air yang menuju ke muara, tak lama kamipun telah melewati bawah Jembatan Mensalong sebuah jembatan yang melancarkan arus transportasi Trans Kalimantan,  35 menit menikmati aliran sungai yang berkelok kamipun berhenti dimuara cabang anak sungai yang lebar 3 meter dan menambatkan perahu.   Kemudian Salman S mengacungkan mandaunya kearah  hutan yang dipenuhi kayu dan rotan yang berarti jalan menuju kearah hutan, sekitar 76 meter dari siring sungai kamipun menemukan sebuah tumbuhan menempel dan merambat dari pohon ke pohon batang kayu berdiameter 7-9 Cm yang cukup tinggi  merambat di pohon besar  yang tinggi (45 meter).    

     Pohon Lapiu menempel dan merambat dari pohon ke pohon, menurut beliau pohon ini kalau di potong batangnya akan mengeluarkan air, Daun berbentuk segi empat memanjang (sprt trapesium), dalam satu daun terdapat empat tulang daun dari pangkal daun, satu tangkai terdapat dua lembar daun dari satu tangkai pada cabang pohon merambat dan berwarna Hijau,  batang yang berwarna kayu (Kuning kecoklatan) buah berbentuk polongan (biasa) antara 4 – 6 polong  dan bila telah tua akan berwarna Coklat kehitaman serta
merekah terbelah dua maka  buah biji-biji akan berjatuhan  ketanah.    Bentuk buah Lapiu merupakan biji agak pipih  berbentuk  bundar (diameter 3-7 Cm) terbungkus kulit ari yang tipis dan licin berwarna Coklat kemerahan, sedang isinya berwarna putih kekuningan terbelah dua.  Buah Lapiu mungkin masih se Famili dengan buah Jengkol yang termasuk buah polong-polongan (bentuk sprt terpelintir) dengan nama latin Archidendron panviflorum (Benth), Famili Fabaceae namun buah Jengkol lebih tebal, bundar,  besar dan tumbuhan pohon namun dari rasa saya yakin buah Lapiu lebih berasa gurihnya dan efek bau setelah memakannya tidak ada.
Buah JengKol

     “ Kami seharian mencari Buah Lapiu ini dengan memungut buah jatuh karna sangat tinggi dan sulit memanjatnya kami kadang memperoleh 2 – 5 kg sehari “ kata pak Salman S sambil memungut buah Lapiu yang jatuh dan memasukkannya kedalam cating (Semacam tas terbuat dari rotan yang dipikul dibelakangnya .  Setelah kurang lebih Tiga  jam mengitari hutan dan mendapatkan sekitar 3 kg buah Lapiu dalam cating, kamipun pulang menuju tempat perahu ditambat dan kemudian kerumah di Mensalong.

     Dipasar Mensalong buah Lapiu dihargai sangat mahal Rp 40.000 – 70.000 dikeranakan Rasanya yang Gurih seperti rasa kacang atau biji-bijian buah (Nangka dan Cempedak), sangat cocok sebagai pengganti ikan dalam bersantap dan Pohon Lapiu ini hanya dapat berbuah sekali dalam 3-5 tahun.  Menurut Salman S buah yang diperoleh para pengumpul kadang sebagian dipasarkan ke Malinau, Tarakan dan Pembeliangan sebagai kota terdekat tentunya dengan harga yang lebih mahal mencapai Rp 100.000.

     Buah Lapiu sangat dekat dengan kehidupan  Masyarakat Dayak pesisir seperti Tidung yang banyak mendiami daerah pantai Kalimantan Utara utamanya di daerah sepanjang sungai besar.  Buah Lepiu juga termasuk tanaman lokal daerah berau dan mereka menyebutnya buah Ginalang Leppiu.   Musim berbuahnya hampir bersamaan dengan musim buah-buahan Kalimantan lainnya yaitu Kapul, Durian, Ellai, Langsat, dan Mangga cuma ia sekali dalam 3-5 tahun.

Komposisi  :
1. Kadar Air             20.15 %    4. Protein          7.05 %
2. Kadar Abu             1.45 %    5. Serat Kasar    0.25 %
3. Lemak                  3.26 %    6. Karbohidrat   67.84 %
By BakriSupian
















Buah Lapiu indah disepanjang Sungai Sembakung,
Kalau kita arief memperlakukan hutan hidup akan senang.

The Adventured Support by,  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ANDI RENDI RUSTANDI ANAK BURUH DAN PENJUAL GORENGAN SERING TERUSIR BEKERJA DI LEMBAGA RISET BESAR JEPANG

NusaNTaRa.Com byAsnISamandaK,             S    a    b    t    u,      3     0        M     a     r     e     t        2     0     2     4   ...