Minggu, 10 Agustus 2014

PESONA GUNUNG BROMO DILEMBAH BERPASIR YANG LUAS




Mengabadikan Landscap Bromo Semeru yang sekonyong-konyong muncul diatas awan dari lokasi ini cukup keren, yaitu satu shelter semen di pertigaan jalan menuju Wonokitri Penanjakan, Pasar Tosari dan ke Gunung Bromo.  Karena tujuan kami pada 09- Juni-2014 ke Gunung Bromo  maka kami menempuh jalan lurus menurun yang melewati Gapura yang bertuliskan  “ SELAMAT DATANG DI KAWASAN WISATA BROMO “  Kabupaten Pasuruan Jawa Timur tentunya setelah kami berpoto dengan semua keindahan yang ada disitu.
Menggunakan Jeep HardTop Ungu melaju menuruni Bukit dengan mengitari sisi bukit yang terjal dengan kemiringan rata-rata  55 o dan tersusun dari batu yang masih mudah.   Jalan dengan tingkat kelokan yang banyak dan kadang tikungan yang tajam sering membuat perjalanan ini menjadi lebih seru,  meski di siring jalan berkelebat  terlihat dihiasi pohon Pinus yang menajam keatas  serta bunga-bunga daerah ketinggian seperti bunga menyerupai terompet berwarna kuning, Bunga menyerupai Bunga Matahari, bunga berwarna Ungu dan lain-lain membuat suasana terasa lebih indah. 

Jalan beraspal berakhir dikaki gunung,   kendaraan yang kami tumpangi seakan keluar dari rentetan undukan batu menuju jalan berpasir sebuah lembah yang sangat luas  5.250 ha  seolah-olah berada di lautan pasir  dengan beberapa titik terjauh masih terlihat kabut yang menutupi bumi menuju bentangan didepan yang memunculkan beberap  titik ketinggian diantaranya Bromo.   Melintasi Lembah berpasir bak gurun di timur tengah  dan sering berpapasan dengan mobil dari arah depan membuat debu pasir berterbangan kemudian hanyut terbawa angin,  lembah yang luas tersebut masih di temukan semak-semak kecil dibeberapa tempat terpisah-pisah mungkin daerah aliran air dan pemandangan gunung Batok disebelah kanan menjadi  salah satu pesona keindah lembah ini.

09juni2014di G Bromo dgn tiem Aceh                              
Setelah melintasi lembah pasir 3 km terlihat beberapa mobil Jeep Hardtop Parkir dan  kamipun parkir disini,  menurut  sopir Candra yang orang asli daerah tersebut bahwa mobil hanya sampai disini.   Dari sini terlihat  sekupulan Jeep HardTop yang juga membawa pengunjung disisi lain, Sekupulan Kuda yang menunggu pengunjung untuk menggunakannya menuju kaki G Bromo seharga Rp 150.000,  Para Guid yang bersedia mendampingi pengunjung, Pure Agung Poten tempat  peribadatan ummat Hindu Suku Tengger  yang sakral ditengah lembah yang sunyi serta kaki gunung Bromo yang ramai dengan pengunjung berjubel menuju kepuncak, eksotika tersebut tentunya sangat sayang untuk di lewati maka saya dan rekan yang datang dari Aceh Darussalam mengabadikannya dengan kamera.

Untuk sampai di kaki bukit Bromo dengan menggunakan pakaian dingin pegunungan seperti Baju jeket tebal, topi wol, Sal dan Sarung tangan  cukup menyulitkan dan melelahkan ditambah jarak yang ditempuh  sejauh 2 km, melintas di antara  Pure Agung Poten dan Gunung Batok serta ngarai kecil kering yang mungkin saat hujan baru dilewati air dan jalan sedikit berbukit pasir yang berkelok. tentunya disepanjang jalan ini banyak titik  menarik untuk diabadikan dengan Kamera bawan anda, disamping berpapasan dengan pengunjung dan pengendara kuda.   Pesanku sebaiknya anda mengabadikan momen dikaki bukit pada undukan pasir agak besar (bukit kecil) berlatarkan Lembah pasir yang luas tertutup Kabut dengan kamera anda, akan sangat berkesan, di lokasi ini juga saya sempat memotretkan pengunjung dari Sulawesi Selatan.
Di Kaki Gunung Bromo yang menjulang keangkasa dengan anggun setinggi 400 m, terpampang tangga beton berpagar kiri kanan dengan dua  lajur, kiri untuk pengunjung yang akan naik dan kanan untuk pengunjung yang turun sehingga terasa tertib meski masih berdesak desakan.  Dipertengahan tangga yang berjumlah 250 buah anak tangga saya melihat banyak juga pengunjung yang tidak menggunakan tangga melainkan jalan disisi tangga yang berpasir sehingga sering terperosok kembali ketika melangkah, seperti terlihat pada beberapa anak SMA dari Jakarta yang datang study tour (setahu saya ada 9 mobil Bus) meski mereka telah diperingatkan untuk mengikuti jalan tangga karena berbahaya.  



Dipertengahan tangga tiba-tiba ada perintah untuk turun dan terlihat beberapa pengunjung dipuncak melambaikan tangan mengisaratkan untuk turun, pengunjung di sebelah tangga yang turun bergegas mengatakan , “ Hari telah siang sekitar Jam 09.25 asap dari kawah Bromo tercium berbau asap Belerang yang berbahaya bagi kesehatan dan bertiup kearah pngunjung di atas “ Kata pengunjung dari Blitar.   Tapi karena sahabatku dari Aceh mengatakan terus saja rugi kalau tidak sampai dipuncak, akhirnya kami lanjutkan juga meski banyak juga yang kembali turun karena takut akan racun gas asap tersebut.

Setelah susah payah menaiki tangga yang miringnya mencapai  50o akhirnya sampai juga di atas.  Areal diatas berupa jalan sempit sekitar 2 meter yang mengitari Kawah serta pengunjung yang berdesak antri  turun  membuat sulit.  Tapi akhirnya kami berada di puncak Gunung Bromo juga,  yang lama saya impikan sambil berucap syukur dalam hati, ketakjupanku terlihat saat menatap kawah yang sangat luas serta dalam serta asap yang menyembul dari dasarnya yang mengudara kearah depan naik keatas semakin membesar, serta kawah tersebut hanya dikitari jalan kecil saja bagiku cukup ngeri untuk mengitarinya terlebih di titik tertentu ada tanjakan yang cukup tajam yang memerlukan pengalaman untuk melewatinya.
 

Puas mengamati Kawah tersebut kamipun mengabadikannya dengan berpoto termasuk dengan beberapa turis Bule dan Cina dengan latar kawah yang dalam, Lembah Pasir berkabut yang terlihat jauh dibawah, Serta alur setapak yang mengitari kawah dan suasana keramaian pengunjung di atas yang penuh dengan kegirangan  yang lepas, tawa dan canda dengan masing-masing rekannya.   Ada juga pengunjung yang meneruskan perjalanan melewati setapak sempit  dengan  rombongan kecilnya  dibeberapa titik yang cukup jauh.    Bagiku Petualangan tersebut cukup seru dan Danger baik saat menatap jauh kebawah,  kalau ada terpaan angin kuat bertiup diperjalana, kalau terpeleset, suhu yang semakin dingin saat itu sekitar 17o C  dan kalau asap tersebut bertiup kearah pendaki.
Kekhawatiran akan hembusan Asap yang akan bertiup kearah pengunjung yang lagi berpose disepanjang jalur tersebut utamanya yang berpagar sepanjang 200 m, sahabatku Adzmil dari Aceh mengajak untuk segera turun meski baru 20 menit diatas.  Demi menghindari bahaya tersebut kamipun memutuskan turun tapi karena gelombang yang naik banyak dan berdesakan maka sulit untuk turun,  sehingga ada abah-abah untuk berhati-hati dari beberapa orang yang mungkin petugas atau pengunjung lainnya. 


Kurang lebih 45 menit berkendaran JeepHardTop dari Lembah Bromo kamipun sampai kembali di terminal Pasar Tosari, untuk berganti dengan mobil rental yang kami gunakan datang untuk  melanjutkan perjalanan kami pulang ke Malang.   Di sepanjang jalan yang menyisiri tepian gunung tersebut terlihat pohon pinus disela-sela perkebunan hortikultura masyarakat petani Suku Tengger yang terkenal dengan keteguhan bertaninya dan kearipan lokal mereka dalam mengolah lahan pertanian lahan miring tersebut yang berbentuk petak-petak kecil teratur dilereng  gunung.   Di sekitar desa Nangkajajar kami berhenti menyaksikan petani  yang mengolah lahannya yang ditumbuhi Sawi, Tomat, Lombok dll tumbuh dengan subur, serta tak jauh dari terlihat  petani yang memuat hasil pertaniannya ke mobil PickUp berupa  Kentang, Wortel dalam karung yang katanya akan di bawa ke pasar Pasuruan dan Surabaya, kata petani tersebut ada juga hasil pertanian mereka yang di Pasarkan ke Jakarta dengan pembeli khusus yang datang.   Selanjutnyaa kami menuju Malang.     By by Bromo,  see you again.
By BakriSupian.


Warga Tengger mengolah alam di lereng  Bukit, 
Kesuburan alam anugerah bagi manusia dan keindahan isi jagat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEDDY SUJADI DRUMMER GODBLESS DENGAN KARYANYA TUA-TUA KELADI DI POPULERKAN ANGGUN C SASMI

NusaNTaRa.Com   byAsnISamandaK,          S   a   b   t   u,    0   6      A   p   r   i   l      2   0   2   4 Ian Antono dan Teddy Sujadi...