Minggu, 12 Januari 2014

MUSEUM LA GALIGO DI DALAM BENTENG FORT ROTTERDAM MAKASSAR






          Kesan pertama  saat berada  di halaman depan museum La Galigo di Jalan Ujung Pandang  Makassar akan terbaca hurup berwarna orange  bertuliskan Fort Rotterdam,  patung Sultan Hasanuddin  berkuda dan dinding benteng  yang tersusun dari batu gunung segi empat (20 x 40 Cm) rapi dengan ketinggian sekitar  5 meter serta sedikit  gelap karna jamur yang  menempel.  Disamping anjungan barat museum tersebut terdapat pintu masuk sekaligus merupakan satu-satunya pintu keluar masuk yang ada dilingkaran susunan batu tersebut dan diatasnya tertulis Fort Rotterdam, ketika memasuki pintu sebelah kiri terdapat lokat, pos jaga dan ruang dengan buku tamu.




          Dari pintu masuk  terlihat  di dalam beberapa  bangunan gedung  beton dengan dinding tebal  80 Cm berlantai  dua dinding warna krem dan atap genteng merah (tahun 1980 an beratap sirap= saya masih mahasiswa di kota ini) berbentuk segi tiga  lazimnya bangunan bergaya eropa karena  semua masih peninggalan Belanda kala menguasai  lokasi ini,  di sebelah kanan  2 unit bangunan yang menempel di tembok dan 1 diatas sudut anjungan, Sebelah Selatan menempel ditembok satu unit bangunan sangat panjang  80 meter bertuliskan “ Museum La Galigo “, di depan di dinding Sebelah timur terdapat 3 unit bangunan untuk Perpustakaan dan Arsip dan 1 unit di anjungan sudut, di utara dinding terdapat 2 unit bangunan yang juga berpungsi sebagai museum  dan dibagian tengah terdapat semacam bangunan theater dan taman museum yang cukup luas.



          Menaiki  anjungan  depan sebelah barat  dekat pintu masuk yang lebih besar dari empat anjungan lainnya  yang ada di setiap sudut tembok yang berbentuk segi empat   melalui tangga dari  batu,  dari anjungan ini cukup  bagus buat  berfose karena dapat mengkaper area  Benteng dengan lebih  leluasa.    Bagian atas tembok dari benteng ini dapat dikitari  secara keseluruhan  yang  berbentuk   segi empat dengan ukuran panjang  setiap sisi sekitar 150 meter,   terdiri dari dua   bagian  yaitu  pagar dengan ketebalan  mencapai 1,5 meter  dan pada jarak tertentu terdapat lekukan   tempat  serdadu dulu menjaga benteng atau menembak  dan   bagian tempat berjalan selebar 80 Cm yang tersusun dari batu bersegi empat, dibeberapa tempat terlihat batu tersebut telah mengalami perbaikan baik jalan maupun dinding sehingga digantikan dengan batu buatan dari semen.



          Setelah berjelan melewati beberapa sisi tembok kita akan sampai  anjungan Timur Selatan yang berbentuk taman  agak luas,  dari sini kita dapat memperhatikan beberapa bangunan yang berdiri  disekitar  tembok benteng   dan dari  taman  kita dapat menuruni  tangga terowongan kecil setinggi orang dewasa 174 Cm,  menuju  ke arah utama area dan ketika melewati  terowongan tersebut  kita akan dapat melihat jendela berjeruji besi  karena ruangan tersebut dizaman belanda berfungsi sebagai  ruang tahanan dan disebelahnya ada gudang amunisi.

 


          Sejarah berdirinya  bangunan Museum La Galigo ini berawal  ketika tahun 1545 Raja Gowa ke – 9 bernama   I  manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna “  membangun  benteng  yang terbuat tsbt dari tanah liat,  dilanjutkan oleh Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini digantikan dengan  batu padas yang  diambil  dari  daerah Maros.   Benteng  ini dijaman kerajaan gowa dipungsikan sebagai pusat pemerintahan,  pusat perekonomian dengan mengatur pelayaran di perairan makassar, tempat penyimpanan hasil perdagangan seperti cengkeh, pala, kopra dan hasil bumi lainnya  dan tempat ini menjadi benteng  yang strategis bagi kerajaan gowa dari gangguan  keamanan  dan serangan  Belanda yang datang dari laut.



          Benteng Ujung Pandang dikuasai Belanda setelah memenangi pertempuran melawan Kerajaan Gowa –Tello dengan ditandatanganinya perjanjian  “ Bungayya “ pada tahun 1667, salah satu isi perjanjian tersebut  Kerajaan Gowa menyerahkan benteng tersebut kepada Pihak Belanda.    Pada saat Belanda menempati  benteng ini  dibawah pimpinan Cornelis Speelman, nama benteng ini menjadi Benteng Fort Rotterdam  yang merupakan daerah kelahirannya,  benteng ini oleh  Cornelis Speelman dipungsikan sebagai  pusat kekuasaannya, pusat pertahanannya dan sebagai  pusat penampungan rempah-rempah dari Indonesia bagian timur.   Sebagian besar bangunan yang ada di dalam benteng tersebut dibangun oleh Belanda sebagai tempat Pemerintahan, Barak militer, Perawatan kesehatan, Gudang barang,  tempat tahanan (sel tahanan) dan kediaman perwira Belanda.



          Keberadaan Musium La Galigo di benteng ini berawal tahun 1938 dengan berdirinya  “ Celebes Museum “ oleh pemerintah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda) yang menempati Gedung D  bekas tempat kediaman Gubernur Belanda Admiral C.J Speelman,  museum dihentikan sementara saat pendudukan Jepang tahun 1942.   Melalui penggagasan para   budayawan maka pada 1 mei 1970 berdasarkan Surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan No. 182/VI/1970 museum ini didirikan kembali dengan nama “ MUSEUM LA GALIGO “ dan berjalan hingga sekarang dengan melalui beberapa kali penyesuaian dan pematangan kelembagaan Museum agar dapat menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya yaitu Preservasi atau pemeliharaan termasuk pengumpulan, konservasi, registrasi dan dokumentasi, Komunikasi  melalui pameran, publikasi dan aktipitas pendidikan dan  Penelitian,  untuk semua peninggalan bersejarah.  





        


  Museum La Galigo terletak di bangunan berlantai dua sebelah Selatan untuk memasukinya kita harus membayar Karcis Rp 10.000/org sudah termasuk museum yang terletak dibangunan sebelah Utara yang merupakan bangunan permanen yang pertama  kali dibangun Belanda dalam Benteng ini.   Dalam museum ini dipajang berbagai Gambaran kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan dan Barat mulai dari peradaban awal manusia, Jaman Batu, zaman besi, Nomad, Zaman bercocok tanam, zaman kebudayaan masyarakat Bugis, Makassar, Tator, Luwu dan Mandar,  Kerajaan yang ada, sejarah Islam, Tenun Sutera, Zaman perjuangan hingga zaman kemerdekaan.   Namun yang mengherankan bagi saya bahwa di Museum sebelah utara di  pajang Gambar beberapa Gubernur yang pernah di Sulawesi Selatan,   Gambar  Ahmad Lamo dibawahnya ditulis masa pemerintahannya hingga 1983 dan Andi Oddang Mulai tahun 1983, pada hal pada saat saya mengikuti  Kegiatan  Napak Tilas tahun 1980 di Pinrang, acara itu diresmikan oleh Bapak Andi Oddang selaku Gubernur Sulawesi Solatan.
by Bakri Supian




Museum La Galigo,  Fort Rotterdam khasana tak terpisahkan,
Mengunjungi museum agar mengenal sejarah peradaban manusia perzaman.











1 komentar:

ANDI RENDI RUSTANDI ANAK BURUH DAN PENJUAL GORENGAN SERING TERUSIR BEKERJA DI LEMBAGA RISET BESAR JEPANG

NusaNTaRa.Com byAsnISamandaK,             S    a    b    t    u,      3     0        M     a     r     e     t        2     0     2     4   ...