Sabtu, 03 Maret 2012

PEMBUDIDAYAAN TIRAM DI PLASMA NUTFAH P. TINABASAN

PEMBUDIDAYAAN TIRAM DI PLASMA NUTFAH P. TINABASAN

 by Bakri Supian 

      Tehnik Budidayaan Tiram secara khusus belum ada bahkan pengusahaan secara ekonomis besar-besaran belum banyak ditemukan, namun bila menilik sifat alaminya hidup di habitat mangrove, tahan terhadap perubahan kondisi alam, hidup berkoloni dan menempel pada substrat serta dapat hidup dengan tingkat kepadatan tinggi,  maka pengusahaan hal tersebut tentulah tidak sulit.   Pengembangan ini tentulah sangat penting mengingat Tiram merupakan Panganan yang sangat diminati masyarakat, rasanya lezat, mempunyai nilai ekonomi dan mempunyai khasiat tertentu dan mengingat areal habitatnya yang semakin terbatas tentunya membutuhkan suatu penanganan khusus sehingga dengan  lahan terbatas tapi produksinya dapat ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pasar, tapi untuk produksi yang lebih baik masih dibutuhkan satu penelitian untuk mendapatkan metode Budidaya yang cocok.   

      Habitat  Tiram (Crassostrea spp)  daerah hutan rawa mangrove (mangal) dekat pantai yang masih dalam kawasan pasang surut dengan dasar berupa lumpur dan pasir berlumpur dengan salinitas antara 16 – 32 o/oo,  kondisi ini sangat sesuai dengan ekosistem yang ada di P Tinabasan Kab. Nunukan dengan keluasan 1.807,34 Ha,  dengan tingkat Biodiversity (keragaman hayati) yang cukup tinggi seperti terdapatnya jenis mangrove berupa Avicennia, Rhizophora, Bruguera dan Sonneratia dengan luasan 853,34 Ha dan yang telah dikonversi menjadi lahan tambak  290,10 Ha.   Topografi lain dari pulau ini, mempunyai gusung yang menjorok jauh kelaut terlebih saat surut dengan luasan mencapai 500 Ha,  pulau ini merupakan kawasan plasma nutfah yang potensial  bagi perkembangan berbagai jenis ikan dan udang serta beberapa molusca seperti Tiram, Kerang Dara dan jenis kerang kerangan lainnya. 

      Lahan Budidaya Tiram yang dikelola masyarakat sekarang di P Tinabasan  seluas 14 Ha,  Pengembangan budidaya di pulau ini masih sangat sederhana sebagian besar masih dikelola secara alami dengan pembatasan kawasan hak milik kemudian memanemnya bila tiba musim dan sebagian telah melakukan usaha budidaya dengan Penebaran bibit dan pengawasan tertentu.   Menilik potensi inilah maka Dinas Perikanan dan Kelautan sejak tahun 2004 telah mendirikan dikawasan tersebut Pusat Pengembangan Tiram yang diharapkan dapat mendukung kemajuan Produksi masyarakat dan menjaga fungsi Plasma Nutfah pulau bagi perairan Nunukan.

      Sebelum menebar  bibit Tiram harus dilakukan penyiapan lahan terlebih dahulu berupa pemetakan lahan baik di lahan terbuka maupun di dalam tambak yang berlumpur dan berpasir seluas 50 x 10 m/petak agar memudahkan dalam pengolahan nantinya.  Tehnik pembudidayaan bisa dengan pematokan kayu atau perentangan tali pada lahan tersebut tempat menempel atau berpegangnya Tiram dengan jarak tertentu 30 – 50 Cm yang disusun rapi, bibit yang ada atau yang diperoleh dari alam di lekatkan ke Tiang atau terikat di tali tersebut, khusus yang dalam tambak  bibit tersebut dapat di tanam dalam lumpur karna tidak akan terbawa ombak atau arus air laut.

      Padat penebaran Tiram (Crassostea spp) dalam setiap petakan sebanyak 2000 ekor  spat (bibit tiram)  tiram dewasa dari alam berusia 5 bulan berukuran 5 -7 Cm dan biasanya dalam setiap bibit akan diikuti atau ditempeli 3 – 6 ekor spat (bibit Tiram) yang telah berusia 2 – 3 bulan berukuran 1 – 3 Cm, sehingga dapat diprediksi pada saat panen  produksi yang dihasilkan mencapai 3 – 6 kali dari jumlah padat penebaran.   Panen dilakukan pada saat masa budidaya 1 – 2 tahun dengan melepaskan Tiram dari tempatnya dan jangan lupa menyisahkan ukuran tertentu untuk penebaran berikutnya bila dalam koloni tersebut terdapat bibit yang layak.

      Dengan perkiraan berat daging per Tiram dewasa yang dapat dihasilkan per ekornya sekitar 20 – 45 gram, maka untuk 1 kg daging dibutuhkan 50 – 25 ekor.  Sehingga dengan padat penebaran 6.000 sampai 12.000  ekor pada setiap petakan dapat memproduksi daging Tiram 120.000 kg dan untuk satu hektar tentunya akan menghasilkan 2.4 ton daging tiram yang siap dilego dipasar dengan harga memuaskan untuk pasaran Nunukan seharga Rp 35.000  per kilo Gram.

      Pengembangan Budidaya tiram di kawasan P Tinabasan  di harapkan dapat menjaga  kawasan Plasma Nutfah yang potensial dengan biodiversity tinggi dan fungsi  habaitatnya  dapat mendukung siklus kehidupan produksi ikan dan kerang-kerangan secara alami bagi perairan sekitarnya serta   menjadi sumber potensial alami bagi ketersedian dan kelanjutan produksi hayati di pulau mangrove tersebut.   Khususnya Tiram tentunya diperlukan pola pengembangan yang berencana dan berkeseimbangan serta penataan lahan yang baik dikawasan tersebut.


 Si Omong Nelayan Tiram Tinabasan,
Meski SintinG Uang BerkecukuPan.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEJARAH MASJID AGUNG SANG CIPTO RASA DIBANGUN WALI SONGO PADA ZAMANNYA, MESJID TERTUA DAN PERNAH DIBANGUN SATU MALAM !

NusaNTaRa.Com  byBambanGBiunG,   S   a   b   t   u,    2   7    A   p   r   i   l     2   0   2   4 Masjid Agung Sang Cipto Rasa di Cirebo...