NusaNTaRa.Com
byLaDollaHBantA, J u m ‘ a t, 1 3 A g u s t u s 2 0 2 1
Penjemuran Rumput Laut di Mamolo |
Memasuki
Mamolo Kel. Tanjung Harapan Nunukan sentra produksi Rumput Laut yang berada
disepanjang jeramba di pesisir pantai,
berawal dengan melewati satu gapura yang bertuliskan “ SELAMAT DATANG DI KAMPUNG RUMPUT LAUT
MAMOLO “ yang berada di depan Jeramba
(jembatan) pemukiman. Di bagian depan terlihat beberapa took-toko kecil , beberapa gudang yang dipenuhi karung plastik
yang berisi Rumput laut yang telah di keringkan
berwarna kecoklatan dan keluar
masuknya beberapa truck yang memuat karung Rumput Laut untuk di bawah kepelabuhan besar Nunukan TUNON TAKA.
Memasuki
perkampungan Mamolo kita akan melintasi Jeramba
kayu yang telah di semenisasi dibagian atasnya sepanjang sekitar 300
meter menjorok kelaut dan beberapa cabang kearah samping, disisi Jeramba inilah akan terlihat
rumah-rumah para Nelayan Rumput Laut berdiri rapat yang terbuat dari kayu. Buntalan tali plastik tempat mengikat rumput laut dan botol plastik
Pengapung sarana budidaya rumput laut
terlihat berserakan dibeberapa rumah nelayan serta motor-motor yang parkir
membuat keadaan jeramba tersebut menjadi sempit.
Melewati
Jeramba utama selebar 2,5 meter, 20 meter kemudian belok kiri menuju Tempat penjemuran Rumput
laut yang terdiri dari beberapa petakan
yang berlantaikan kayu seluas 40 – 20 meter porsogi. Dipetakan terlihat banyak rumput laut yang
dalam proses penjemuran baik Penjemuran
Gantung dan maupun dihamparan lantai, serta bebarapa nelayan yang membolak balik
jemurannya, La Bendol salah satu nelayan
tersebut berkata “ Penjemuran ini harus dilakukan dengan baik
agar diperoleh hasil baik yaitu 15 % kandungan airnya. Hasil yang baik akan berharga baik saat ini
sekitar Rp 16.000 per kg pak “.
Bersama
Pak LaBendol kami kembali menuju Jeramba
Utama menuju ujung pemukiman Mamolo, sambil mendengarkan ocehan Pak LaBendol kami
melewati perumahan di sisi Jeramba yang
terkadang berhias jualan kecil dan kesiapan para nelayan untuk bekerja. “ Masa Budidaya Rumput laut yang banyak di sini
Euchema cattoni sp sekitar 1,8 bulan hingga 2,7 bulan “,
Ujar SiDing LaBendol dengan Soppengernya (Jumawanya) sambil kami
bercanda dengan beberapa nelayan yang kami temui dalam perjanan termasuk pak
Kamaruddin Ketua Asosiasi Pedagang Rumput Laut Nunukan.
Setiap
bulannya, sentra produksi rumput laut Kampung Mamolo di Kabupaten Nunukan,
Kalimantan Utara bisa memproduksi hingga 3.500 ton rumput laut, sayangnya dengan produksi sebanyak itu
pemasaran khusus untuk ekspor sentra produksi rumput laut ini masih mengandalkan
kota lain. Saat ini, rumput laut dari
Kampung Malomo masih mengirim produk rumput laut hasil panennya ke kota lain
seperi Pare-pare, Makassar hingga
Surabaya, kemudian baru rumput laut itu diekspor ke berbagai
negara khususnya Singapura dan China.
" Harapannya kami, Kabupaten Nunukan ini bisa
langsung ekspor sendiri. Jadi kami panen, baik mentah atau diolah jadi produk
setengah jadi, langsung diekspor. Jadi nggak perlu dikirim lagi ke Makassar
atau Surabaya ", Ujar SiDin Kamarudin Ketua Asosiasi Pedagang Rumput Laut
Nunukan. Ia melanjutkan, budidaya
rumput laut jadi unggulan para petani di Demplot Budidaya Rumput Laut Kelompok
Makmur Binaan Kodim 0911/Nunukan itu. Sentra produksi ini melibatkan sedikitnya
4.000 orang yang secara resmi terdaftar
di kelompok tani rumput laut tersebut.
Diujung
Jembatan yang bercat Putih terlihat beberapa pondok Penjemuran yang saling
berhubungan dengan berbagai kesibukan ada yang menjemur dan ada yang
membersihkan hasil panen sambil bersenda membuat kondisi ini menjadi asik buat
rekreasi, terlebih didekat sini ada
Caffee kecil yang menyajikan minuman segar dan tempat berfoto Selfi. “ Di kawasan pemukiman Jeramba Mamolo ini
terdapat sekitar 400 rumah dan sekitar
80 pondok penjemuran “, Ujar
SiDin LaBendol sambil berlari menuju
kesatu tempat yang bertuliskan “
SELAMAT DATANG DI SENTRAL RUMPUT LAUT
MAMOLO “ disamping Caffee dan minta dipoto, kkliiiikkkk.
Di
ujung Jeramba ini terdapat Koperasi para
nelayan yang melayani kebutuhan para anggota untuk usahanya dan kebutuhan
sehari-hari dan sebuah Rumah Kaca berbentuk semi lingkaran bantuan Kementerian
Pekerjaan Umum dan P Rakyat RI. Dari
ujung jembatan ini juga kita dapat menyaksikan hamparan bentangan budidaya
Rumput Laut dengan botol-botol pastik mengapung sepanjang 25-30 meter
setiap petak terisi 30 – 60 bentangan. Satu bentangan dapat menghasilkan sekitar 25
kg rumput laut basah atau 3-4 kg rumput laut kering tambah LaBendol sambil mengusap basah mulutnya sambil
menunjuk pulau didepan jembatan P Sebatik yang berbatasan Malaysia.
Menyaksikan
panorama ini saya berpikir di hati, Indonesia yang berada di tiga karang (coral triangle)
dunia, memiliki
550 jenis varian rumput laut bernilai ekonomis tinggi. Termasuk,
diantaranya adalah jenis rumput
laut bernilai tinggi, Eucheuma cottoni dan Gracilaria spp yang diperkirakan nilai total potensinya di
Indonesia mencapai USD10 miliar per tahun.
Berdasarkan data Organisasi
Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pada 2019 dengan nilai mencapai USD324,34 juta,
Indonesia menjadi produsen nomor satu di dunia untuk rumput kaut jenis Eucheuma
cottoni dan menguasai lebih dari 80 persen pasokan untuk dunia, semoga kita
dapat bersyukur dan enjaganya dengan
baik, aminnn.
Tanaman
diikat di tabur di laut,
Kampung Mamolo jadi percontohan Nelayan Rumput Laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar