NusaNTaRa.Com
ByIrkaBPiranhA, S e l a s a 1
5 J u
n i 2 0 2 1
Ternyata Perang Dunia ke – II yang di mulai di Eropah, diprakarsai Jerman yang ingin memperhebat
Hegomininya telah membawa korban jiwa bagi bangsa Indonesia seperti Sidartawan, Moen Soendaroe, Irawan
Surjono. Berawal ketika Jerman
ekspansi ke Belanda pada 10 Mei 1940 sehingga Mahasiswa Indonesia Belanda
dalam Perhimpunan Indonesia ikut melakukan verzet atau perlawanan, beberapa
dari mereka tertangkap bahkan mati di kamp konsentrasi Nazi seperti Sidartawan dan Moen Soendaroe , Sedangkan Irawan Surjono tewas ditembak Nazi
ketika berusaha melarikan diri dari razia.
Soendaroe turut tertangkap setelah Stijntje " Stennie " Gret, kekasih Djajeng Pratomo lebih dahulu tertangkap di Rotterdam dan Polisi politik Nazi (Sicherheitsdienst) pun mengetahui alamat Djajeng Pratomo di Den Haag. “ Tanggal 18 Januari 1943 Sicherheitsdienst melancarkan penggerebekan. Djajeng dan teman sekamarnya, Moen Soendaroe ditahan ”, Ujar SiDin Harry A. Poeze dalam tulisannya Di Negeri Penjajah.
Djajeng dan Soendaroe dalam menjalani
integorasi yang lama dan berat
tapi tak mengungkapkan apapun tentang kegiatannya dan Perhimpunan Indonesia. Mereka
kemudian dimasukkan ke Kamp Vught di Belanda.
Djajeng kuliah kedokteran sedangkan Soendaroe studi di Sekolah Tinggi
Tekstil di Enschede sejak tahun 1939, dalam
penggeledahan ditemukan sejumlah majalah illegal, dijadikan alasan kuat untuk menahan kedua mahasiswa itu. Dua orang buruh Indonesia, Kajat dan Hamid,
yang sedang bertamu juga ikut ditahan, Kemudian
kedua buruh yang tak tahu apa-apa itu dilepaskan kembali.
Pada Maret 1943, Djajeng lewat kurir illegal menyampaikan informasi tentang interogasi yang dijalaninya kepada kawan-kawannya di
Perhimpunan Indonesia di Rotterdam dan Den Haag. Kegiatan mereka ditangguhkan dan pemimpinya bersembunyi namun Djajeng berhasil menenangkan mereka dengan
menyatakan bahwa orang Jerman tak tahu apapun tentang kegiatan Perhimpunan
Indonesia. Djajeng dan adiknya, Gondo
Pratomo yang belajar di Sekolah Tinggi Dagang, kemudian dikirim ke Kamp Dachau,
Stennie ke Kamp Ravenbruck, dan
Soendaroe ke Kamp Neuengamme, “ Djajeng Pratomo berhasil bertahan hidup di
Dachau dan bebas dari sana, sedang Moen Soendaroe meninggal di Neuengamme ”,
Ujar tulisan Harry A Poeze.
Kamp Neuengamme merupakan bagian dari jaringan kamp
konsentrasi Nazi, yang terdiri dari kamp utama dan lebih dari 85 subkamp. Didirikan pada 1938 di dekat Desa Neuengamme,
Bergedorf, Hamburg, Kamp Neuengamme
menjadi kamp konsentrasi terbesar di Jerman Barat Laut. Lebih
dari 100.000 tahanan di kamp utama Neuengamme dan subkamp, 24 subkamp di
antaranya untuk tahanan perempuan. Korban
tewas yang terverifikasi adalah 42.900 : 14.000 di kamp utama Neuengamme,
12.800 di subkamp dan 16.100 karena
pemboman selama minggu-minggu terakhir Perang Dunia II.
Data kematian Soendaroe tercatat di kz-gedenkstaette-neuengamme.de dengan nomor tahanannya 59167, lahir di Surabaya pada 17 Maret 1919, dan meninggal di kamp utama Neuengamme pada 22 Januari 1945. Di Kamp tahanan Dachau, Djajeng selalu melihat tumpukan mayat dan orang digantung setiap hari, dia pekerja paksakan di pabrik pesawat terbang Messerschmitt, setiap ada peluang dia mencoba menyelamatkan tawanan.
Di Kamp Ravenbruck, Stennie berusaha menyelamatkan tahanan
perempuan dengan mencat hitam rambut mereka agar tampak muda. Sebab tahanan
jompo akan dibinasakan. Djajeng, Gondo,
dan Stennie dapat bertahan dari penderitaan di kamp konsentrasi sampai
dibebaskan Sekutu. Djajeng dan Stennie baru bertemu kembali pada September 1945,
kemudian menikah pada Februari 1946. Stennie meninggal pada 2010 sedangkan
Djajeng meninggal di usia 104 tahun pada 2018.
Warga Indonesia yang
gugur di zaman Nazi Jerman di Belanda
yang lainnya Rawindra Notosuroto,
anak dari tokoh Indonesia, Raden Mas Notosuroto
yang ditangkap oleh tentara Nazi Jerman pada 1941 dan kemudian
ditahan di Kamp Konsentrasi Buchenwald. Ia
tewas 2,5 tahun setelah Perang Dunia II berakhir tahun 1945, karena
kesehatannya yang semakin memburuk sejak ia dimasukkan
kamp tahanan Nazi di Belanda tahun 1942.
Adolf Hitler dengan Kumisnya,
Warga Indonesia mati dalam Kamp tahanan Nazi di Belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar