NusaNTaRa.Com
byLaSikUAgaY,
S e n i n,
0 6 S e
p t e
m b e
r 2 0
2 1
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui
Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong, Direktorat
Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) bersama Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Kawasan Konservasi Daerah
Raja Ampat menjajaki wisata budaya paus sperma. Pegembangan ini bertujuan untuk edukasi dan daya tarik bagi wisatawan yang
berkunjung ke Kampung Arborek, karena seringnya mamalia laut terdampar di
wilayah ini.
Belum lama ini, KKP mengaku telah menangani
mamalia laut terdampar dari jenis paus sperma di depan Pulau Gam. Arus membuat
paus sperma bergeser hingga ke perairan Pulau Arborek, yang merupakan Kawasan
Konservasi Daerah (KKD) Raja Ampat,
“Setelah menangani mamalia laut bersama aparat setempat dan warga
Kampung Arborek, muncul keinginan untuk memanfaatkan bangkai paus sebagai
sarana edukasi dan memberikan daya tarik bagi wisatawan,” ujar Kepala LPSPL
Sorong Santoso Budi Widiarto dalam rilis KKP, Minggu (5/9).
Berbeda dengan penanganan mamalia lainnya, LPSPL
Sorong bersama pemerintah daerah setempat memilih untuk merelokasi bangkai paus
di satu lokasi dan membiarkannya membusuk secara alami kemudian tulang paus
tersebut akan digunakan untuk kepentingan wisata budaya. “
Setelah menangani mamalia laut tersebut bersama aparat setempat dan
warga Kampung Arborek, muncul keinginan untuk memanfaatkan bangkai paus
tersebut sebagai sarana edukasi dan memberikan daya tarik tersendiri bagi
wisatawan yang berkunjung ke Kampung Arborek
”, Ujar SiDin Santoso Budi
Widiarto Kepala LPSPL Sorong.
Selain tingginya kasus alami ini terjadi sehingga
memungkin menjadi satu sajian siap tersaji,
Santoso juga mengungkapkan pemilihan lokasi dilakukan dengan
mempertimbangkan keselamatan warga sehingga pihaknya memilih lokasi yang jauh
dari pemukiman dan aktivitas warga, sehingga paus akan terurai dalam waktu
sekitar 8 bulan. Belum lama ini, KKP
mengaku telah menangani mamalia laut terdampar dari jenis paus sperma di depan
Pulau Gam. Arus membuat paus sperma bergeser hingga ke perairan Pulau Arborek,
yang merupakan Kawasan Konservasi Daerah (KKD) Raja Ampat,
Santoso juga menambahkan LPSPL Sorong telah
melakukan penanganan terhadap mamalia laut terdampar sebanyak 40 kasus selama
masa pandemi Covid-19 atau sejak dua tahun terakhir, sedangkan di wilayah Papua Barat sendiri
terjadi sebanyak 11 kasus mamalia laut terdampar. Dari kasus-kasus tersebut 16 kasus ditangani
secara langsung oleh LPSPL Sorong, sementara 24 kasus ditangani dengan
melibatkan pemerintah daerah, pengelola kawasan konservasi, mitra pemerintah
dan masyarakat secara langsung.
Kegiatan ini diharapkan akan lebih meningkatkan
kesadaran masyarakat sekitar dalam mendukung penyelamatan Paus terdampar baik
dengan segera mengarahkan Paus tersesat kembali kelaut jika masih hidup maupun
menjaganya ketika masih berada di lokasi.
“ Meningkatnya keterlibatan
masyarakat secara langsung merupakan hasil penyadartahuan, sosialisasi dan
pelatihan menangani mamalia laut terdampar kepada masyarakat. Dalam 5 tahun
terakhir, lebih dari 700 orang dilatih di wilayah kerja LPSPL Sorong bekerja
sama dengan pemerintah daerah dan mitra pemerintah melalui program Sea
Project ”, Ujar SiDin
Santoso Budi Widiarto dengan Plabomoranya (hebatnya).
Plt. Dirjen Pengelolan Ruang Laut Pamuji Lestari
menegaskan, kecepatan dan kesigapan pemerintah bersama masyarakat sejalan
dengan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam
pengelolaan kawasan dan jenis ikan. Menteri Trenggono menekankan agar KKP dan
masyarakat bersinergi dalam memberikan respon yang cepat dan tepat khususnya
dalam menangani mamalia laut terdampar. Hal ini penting mengingat luasnya
wilayah perairan Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar.
“ Kebijakan
ini telah diatur melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmen KP)
Nomor 79 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Mamalia Laut
Periode 2018 – 2022, yang di dalamnya tertuang mengenai penanganan mamalia laut
terdampar ”, Ujar SiGaluH Pamuji Lestari or Tari. Menanggapi keinginan tersebut, Sekretaris
Kampung Arborek sangat mendukung pemanfaatan bangkai paus untuk kepentingan
wisata budaya. Warga berterimakah kepada Pemerintah yang bersama dengan
masyarakat mengelola bangkai paus ini
dalam mewujutkan kehidupan alami yang sehat dan warga peduli.
Tari pun menjelaskan keberhasilan kawasan
konservasi diukur melalui efektivitas pengelolaan kawasan yang dinilai setiap
satu tahun. Respon cepat penanganan terhadap mamalia laut terdampar termasuk
dalam penilaian efektivitas pengelolaan kawasan. Salah satu kriterianya adalah penilaian
terhadap pemantauan sumber daya kawasan dan kemitraan sehingga kolaborasi
antara KKP dengan UPTD BLUD Raja Ampat akan memberikan pengelolaan kawasan yang
efektif bagi KKD Raja Ampat.
“ Kami selalu siap melakukan pendampingan melakukan technical assistance (dukungan teknis) terhadap pengelolaannya ”, Ujar SiGaluH Pamuji Lestari Laji.
Sepasang Paus Sperma berenang di tengah laut,
Paus Sperma terdampar jadi objek wisata Raja
Ampat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar