NusaNTaRa.Com
byMapiroHBorrA, R
a b u, 2 8
F e b
r u a
r i 2 0
2 3
PANDI, Warga asli RT3 Kel, Sepaku IKN Suku Balik resah akan penggusuran |
Konon kisah masyarakat di sisni, jauh sebelum menjadi wilayah administrasi Kelurahan Sepaku terutama wilayah RT 3, lokasi ini telah banyak dihuni dari nenek moyang suku Balik setelah migrasi dari Balikpapan. Kini pemukiman tempat tinggal Pandi rencananya akan dinormalisasi untuk program pengendalian banjir di wilayah IKN, di kedua sisi rumah Pandi tampak berjejeran rumah panggung dari kayu dengan corak kuno dengan teras depan menghadap jalan, sementara belakang rumah adalah Sungai Sepaku yang kadang meluap saat musim hujan.
Sambil meneguk kopinya, dahi Pandi terlihat berkerut memikirkan proyek normalisasi yang sebentar lagi akan digarap pemerintah dan berdampak Rumah warga yang berdekatan dengan sungai, akan dibebaskan untuk program pengendalian banjir di wilayah sekitar IKN. Rencananya, proyek bernilai Rp 242 miliar itu digunakan untuk menormalisasi sungai Sepaku sepanjang 8 kilometer, “ Warga di sini sepakat menolak ganti rugi dan memilih bertahan di sini. Ini kampung kami, kalau digusur kami mau ke mana ? ”, Keluh SiDin Pandi dengan Plabomoranya (hebatnya).
Proyek normalisasi sungai Sepaku ini meliputi memperlebar badan sungai. Jika melihat peta desain rencana, alur normalisasi akan mengikuti aliran sungai yang nyaris melingkari dataran yang merupakan kampung warga. Padahal, kampung yang dihuni keturunan suku Balik ini merupakan cikal bakal wilayah administrasi Kecamatan Sepaku. Setidaknya, kampung itu merupakan kampung pertama di wilayah Sepaku, “ Kami hidup turun temurun di kampung ini. Ya, kami ingin tetap di sini, karena kami punya ikatan emosional dengan tanah ini, termasuk di dalamnya situs-situs sejarah, dan makam leluhur kami ”, Ujar SiDin Pandi menjelaskan.
Proyek Normalisasi sungai di Kawasan IKN |
Lalu, mengapa sekarang masyarakat suku Balik yang mendiami tanah warisan leluhur, justru mau diusir dengan dalih pembangunan IKN, “ Kami setuju IKN pindah ke sini. Tapi, jangan sampai pembangunannya singkirkan masyarakat asli di sini ”, Ujar Marjani Laji.
Belasan rumah dibebaskan
Menurut pendataan tim, ada 27 bidang tanah dan 18
bangunan rumah warga di RT 3 Sepaku yang harus dibebaskan, “ Tapi karena warga menolak, saya sampaikan ke
tim jangan sampai kita paksakan situasi, ini sangat sentitif ”, Ungkap
Sekretaris Camat Sepaku, Hendro Susilo. Akhirnya, Hendro meminta tim membuka kembali
ruang diskusi dan sosialisasi, khusus warga RT 3 Sepaku, dua opsi yang disodorkan yakni relokasi dan pelebaran badan sungai tanpa harus memakan
lahan rumah warga.
Soal relokasi, Hendro S mengusulkan lahan HGU
milik PT IHM berbatasan dengan Kelurahan Sepaku, bisa dipakai mengingat
berdekatan dengan pemukiman sebelumnya
sementara Kepala Balai Wilayah
Sungai (BWS) Kalimantan IV, Harya Muldianto menyebut kebutuhan pembebasan lahan
itu proyek itu kurang lebihnya sekitar 200 hektar mencakup tiga wilayah yakni Kelurahan Sepaku, Desa Bukit Raya dan Desa Suka Raja. Hanya saja, warga di dua desa terakhir
cenderung setuju untuk proses ganti rugi,
“ Karena tidak ada riak-riak
dibawah. Hanya warga di RT 3 saja yang
sampai saat menolak ”, Ungkap Harya Muldianto.
Tawaran relokasi untuk RT 3 yang ditawarkan Hendro S, sebelumnya sudah ditolak Kepala BWS
Kalimantan IV, Harya Muldianto, dengan menyebutkan pihaknya hanya mengganti rugi
bangunan atau tegakan sesuai ketentuan UU Nomor 2/2012 tentang Pengadaan Tanah
Bagi Kepentingan Umum. " Kami tidak merelokasi. Tapi kami ganti lahan
dan bangunan atau tegakan yang dimiliki warga. Kami harap ada win-win solution
biar masyarakat pun enggak rugi, kami juga bisa kerjakan proyek dengan
lancar ", Ungkap Harya Muldianto, Sabtu (11/02/2023).
Sebelumnya ada
warga yang memiliki lahan terdampak patok Kawasan Inti Pusat
Pemerintahan (KIPP) IKN di Sepaku, Kalimantan Timur, bermaksud menemui Presiden
Joko Widodo (Jokowi), Teguh Prasetyo,
warga Desa Bumi Harapan, saat ditemui
Jumat (24/02/2023) mengungkapkan ingin menyampaikan keluh kesahnya
kepada Jokowi langsung. Ditemui
bersama dua warga lainnya, Ronggo Warsito dan Edy, Teguh menuturkan mereka ingin mengeluhkan taksiran
harga yang diberikan tak sesuai lonjakan saat ini. Kepala Negara sendiri melakukan kunjungan
ke ibu kota Nusantara dan sempat
menginap pada Kamis (23/02/2023).
Berdasarkan taksiran yang disodorkan tim penilai,
warga yang lahannya terdampak KIPP IKN hanya dihargai Rp 115.000 sampai Rp
300.000 permeter , sementara mereka mengetahui bahwa harga tanah di
kawasan yang masuk IKN melonjak sampai
Rp 2-3 juta permeter. Keluhan
tersebut sempat mereka utarakan melalui spanduk
cuman jelang kunjungan Kepala
Negara, spanduk itu harus dicopot,
" Warga mau pasang spanduk
aja enggak bisa, dilarang petugas
", Ungkap Ronggo Warsito
dengan Boneernya (Rasa merinding).
Ronggo Warsito melanjutkan, warga di desa sebelah, tepatnya Kelurahan Pemaluan, juga sempat membentangkan spanduk berisi penolakan harga ganti rugi yang ditawarkan, tapi sama seperti di Desa Bumi Harapan, spanduk itu diminta untuk dicopot.
Kawasan IKN Nusantara Panajam Kalimantan Timur |
Pembangunan
kota kadang manusia terkorbankan.
Suku
Balik akan ke mana ? jika IKN dikombangkan.
Melayani pemasangan Iklan
Sila Dail Talian 0821 5385 8932
Tidak ada komentar:
Posting Komentar