NusaNTaRa.Com
byMuhammaDBakrI, R a b u, 2 2 M a r
e t 2 0 2 3
Masjid terapung Amirul Mukminin di Kota Makassar. |
Berbagai tradisi dilakukan warga Makassar, Sulawesi
Selatan, disela-sela menantikan kabar penentuan 1 Ramadan lewat sidang isbat
Kementerian Agama sore ini. Salah satu
tradisi yang biasa digelar di sejumlah pelosok Makassar adalah kesibukan para
ibu mempersiapkan acara assuro maca
yaitu istilah Makassar
bermagna berdoa dan bergembira dengan
berbagai kegiatan ritual karena masih
diberi kesempatan untuk bertemu
dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah
serta berdoa untuk mereka yang telah pergi semoga damai disana bahkan sebelumnya ada yang menjiarahi kuburan keluarga.
Kegiatan tradisi
ibadah ini akan dihiasi dengan beberapa
jenis makanan, Ketan berwarna, buah-buahan terutama Pisang. Nasi ketan berwarna atau hitam putih ditata serupa bukit dalam piring dan bagian
atasnya di letakkan telur ayam yang telah masak. Disamping disimpan beras bersama daun sirih
dalam piring kecil kemudian diletakkan Lilin menyala atau lidi dupa. Kemudian piring pertama, buah-buah dan piring kedua
diletakkan bersama, biasanya
sajian tersebut di depan iman atau orang
pintar yang sekaligus akan memimpin acara doa kegembiraan
menyambut ramadhan tersebut.
Kemudian yang membacakan doa-doa tersebut biasanya imam
masjid atau pembaca doa akan meminta nama-nama keluar atau keluarga yang telah meninggal dunia yang
nantinya akan dikirimkan doa-doa agar beroleh hidup di dunia dan di sana lebih
baik. Setelah prosesi assuro maca
selesai, pemilik rumah akan memanggil tetangga untuk menyantap makanan tersebut
atau mengantar makanan tadi ke rumah tetangga maupun kerabat, "
Biasanya ibu sudah sibuk kalau mendekati puasa, karena setelah maqrib
sudah persiapan assuro maca. Ini sudah tradisi
", Ujar SiDin Daeng Pattemba
di Jalan M Tahir Mukassar.
Assuro Maca telah dilakukan oleh warga suku Makassar secara turun temurun dari jaman dahulu
kala. " Itu warisan nenek moyang, bentuk rasa syukur
kita karena masih diberi umur panjang dan dipertemukan kembali dengan bulan
suci Ramadan ", Ujar SiDin Daeng Makka seorang tokoh masyarakat
di Makassar, Senin
(20/03/2023). Semoga kita diampunkan
dosa dan diberikan kemudahan berkah dalam mejalani hidup dijalankan dengan
sederhana ibadah, sajian kecil dan doa
penuh harapan.
Warga yang melaksakanak kegiatan ini biasanya akan
menyajikan Unti Tekne atau pisang raja dan dupa bakar serta sejumlah makanan
untuk dimakan bersama-sama setelah doa selesai dibaca oleh Guru tersebut. "
Jadi Unti Tekne itu dipercaya sebagai simbol manis agar kita bisa manis
dalam kehidupan bertetangga. lalu dupa bakar itu disimbolkan sebagai pengharum
agar nama kita selalu harum di masyarakat ",
Jelas SiDin Daeng Roni yang tinggal di Jalan Andi Tonro III, Kelurahan
Pabaeng-Baeng, Kota Makassar, Sulawesi Selatan itu.
Lampu bambu menghiasi halaman |
Biasanya, keluarga yang melaksanakan Assuro Maca akan
mengundang tetangga, mereka semua duduk bersila di depan makanan yang disajikan
sambil menunggu Guru selesai membacakan doa. Doa yang dibaca adalah doa-doa
islam untuk mendoakan orang yang melaksakan Assuro Maca beserta seluruh
keluarganya. " Kalau sudah seleasi Guru baca doa, baru kita
makan itu lauk pauk bersama-sama. Meski
ritual ini merupakan ritual adat, prosesi dalam Assuro Maca masih sangat kental
dengan islam ", Ujar Daeng Roni dengan Plabomoranya (Hebatnya).
Selain melaksakan Assuro Maca, warga suku Makassar juga biasanya akan menyalakan lilin
Pallang. Pallang adalah lilin tradisional yang dibuat dari kemiri dan biasa diganti dari lampu minyak tanah
yang terbuat dari bamboo dan kaleng yang di pasang desiring jalan atau dopan
rumah. Jumlah lilin Pallang yang
dibakar biasanya berjumlah ganjil, lilin itu dinyalakan di halaman rumah,
tangga di depan rumah jika rumahnya berbentuk rumah panggung dan sejumlah pusat
aktivitas keluarga lainnya " Biasanya kita nyalakan juga di dekat tempat
beras dan ruang utama keluarga
", Ujar SiDin Daeng Roni.
Selama lilin Pallang ini dinyalakan, pemilik rumah harus
menjaganya agar tetap menyala hingga betul-betul padam dengan sendirinya.
Filosofi bakal lilin Pallang ini sendiri bertujuan agar sang pemilik rumah
terhindar dari godaan setan selama bulan suci Ramadan. "
Kita masih jaga tradisi, dari pedesaan hingga perkotaan. Biasnya
dilakukan dari rumah per rumah oleh satu keluarga ",
Cakap Daeng Roni dengan Soppengernya (Jumawanya).
Biasanya dalam menunggu
Isbath banyak warga menunggu kabar dimesjid baik setelah baca doa ataupun belum sambil
menunggu keputusan dari pusat, tapa ada
juga warga yang menggunakan perhitungan kalender kata Daeng Pattemba. "
Biasanya jamaah tetap di masjid, karena kan biasa lama baru diketahui
apakah hilal sudah terlihat atau tidak. Makanya jamaah tetap di masjid sampai
ada kabar ", Cakap Daeng Pattemba dengan Ahmadenya
(Manisnya), Selasa (21/03/2023).
" Jamaah biasanya tetap menunggu sampai ada keputusan, tapi kalau belum ada keputusan pasti dari pemerintah biasanya jamaah ada pulang dan ada yang ibadah malam ", Ujar Daeng Pattemba. Setelah putusan disepakti barulah beramai-ramai Jemaah sholat Tarawih berjemaah di masjid dan ada beberapa masjid yang langsung melakukan salat tarawih tanpa menunggu hasil isbat karena berpegang pada kalender. " Ada yang memang memprediksi (1 Ramadan) kemudian kalau sudah ada penceramahnya, biasanya mulai ceramah lalu salat tarawih itu juga ", Ujar Daeng Pattemba Laji.
Sesajian pengantar doa Assuro Maca |
Rumah
dihias Lampu Bambu berdiri di Halaman .
Assuro
Maca adat Makassar menyambut 1 Ramadhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar