NusaNTaRa.Com
byBahrIHasupiaN,
J
u m a
t, 0 3
M a r
e t 2
0 2 3
Gambar Philip Mark Mehrtens Pilot SusiAir dan penyandera dari TPNPB - OPM |
Tapi, Aksi
penyanderaan ini seakan menjadi senjata makan tuan bagi Tentara OPM bila dikaitkan dengan salah satu tujuan
politiknya dalam menarik dukungan lebih dari komunitas internasional untuk
mendukung perjuangan mereka untuk mencapai kemerdekaan bagi negara mereka yang berdaulat, Mengapa demikian ?. Setidaknya,
saat ini terdapat sembilan negara yang diketahui mendukung gerakan OPM yaitu Selandia Baru, Inggris, Australia, Vanuatu, Tuvalu, Nauru, Kepulauan
Solomon, Pulau Marshall dan Republik
Palau.
Dukungan bagi gerakan-gerakan Kelompok Kriminal
Bersenjata (KKB) OPM ini sebenarnya tidak hanya berasal dari berbagai pihak di
internal masyarakat, tapi dukungan juga datang dari dunia internasional
atas dasar perlindungan hak asasi manusia bagi masyarakat Papua serta beberapa negara yang simpati tersebut. Dua pekan sejak Kapten Philip disandera oleh
OPM, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri
RI Teuku Faizasyah mengonfirmasi bahwa pihak pemerintah Selandia Baru telah
mengirimkan perwakilan ke Timika, Papua, untuk memantau perkembangan kondisi pilot Susi
Air tersebut.
Perwakilan tersebut terdiri atas tiga diplomat Selandia
Baru, yaitu wakil Kepala Misi Diplomatik Selandia Baru untuk ASEAN Brendan
Andrew Stanbury, serta Patrick John Fitzgibbon dan Alexander Mcsporran dari
Kedutaan Besar Selandia Baru. Selain
itu, mereka juga didampingi staf Kementerian Luar Negeri Dionisius Elvan
Swasono dan Nicolas Hendrik Theodorus,
sehingga tak ayal lagi kalau
penyanderaan yang dilakukan terhadap pilot berkebangsaan Selandia Baru
ini justru berpotensi menjadi backfire bagi kelompok OPM itu sendiri.
Berkembangnya kasus penyanderaan ini menjadi urusan
diplomatik berpotensi menghasilkan preseden dan narasi yang buruk bagi OPM di
mata negara pendukungnya, khususnya Selandia Baru, dan tentunya menjadi angin segar bagi
Indonesia dalam membuka mata dunia terkait tindakan OPM yang justru mengancam
keselamatan masyarakat, tak peduli apapun latar belakangnya. Selain itu, Presiden Sementara Persatuan
Gerakan Pembebasan Papua Barat (United Liberation Movement for West
Papua/ULMWP), Benny Wenda, justru menjadi sorotan setelah pernyataannya yang
tidak mendukung gerakan penyanderaan yang dilakukan OPM terhadap Pilot Susi Air
tersebut.
Benny Wenda justru
meminta kepada TPNPB-OPM agar Kapten Philip dibebaskan, karena menilai bahwa Selandia Baru bukanlah
ancaman bagi Papua Barat, sayangnya seruan itu justru tidak diindahkan sama sekali oleh
kelompok TPNPB-OPM, dengan menyebut bahwa mereka tidak mengakui Benny Wenda
sebagai bagian dari mereka. Ketidakpaduan
gerakan separatis ini juga dapat diamati dari banyaknya faksi-faksi dari OPM,
yang meskipun arah perjuangannya sama, akan tetapi berbeda dalam hal pendekatan
yang dilakukan.
Benny Wenda diketahui sebagai salah satu tokoh yang sangat
memperjuangkan kemerdekaan bagi Papua Barat melalui metode-metode diplomatis,
seperti melakukan seruan-seruan kepada dunia internasional akan isu HAM Papua. Akan tetapi, selain perjuangan melalui jalur
diplomatik dan propaganda media, gerakan pembebasan Papua Barat diketahui
memiliki beberapa sayap kelompok militer yang dipimpin oleh panglima yang
berbeda-beda.
Pada Januari 2023 lalu, juru bicara TPNPB-OPM menyebut
bahwa pihaknya menolak eksistensi dari kelompok Benny Wenda, Damianus Yogi, dan
Manaseh Tabuni, serta menegaskan bahwa pihaknya bukan bagian dari mereka, bahkan menyebut Damianus Yogi, Panglima West Papua Army, telah
melakukan manipulasi dokumen yang menjadi dasar arah perjuangan mereka. Hal ini seakan menegaskan bahwa sesungguhnya
gerakan perjuangan OPM tidaklah sentralistis
dan bahkan terkesan egosentris.
SusiAir yang disandera pasukan TPNPB-OPM di Nduga |
Permohonan ini
didasarkan atas kekhawatiran Pemerintah Selandia Baru pada keselamatan jiwa
pilot tersebut. Sudah seharusnya pemerintah dapat menggunakan
momen penyanderaan ini, dengan tentunya tambahan justifikasi yang tepat,
sebagai momentum untuk dapat membuka mata dunia bahwa gerakan OPM tidaklah
didasari atas keinginan kolektif masyarakat Papua untuk merdeka, melainkan oleh
ketidakpuasan sebagian kelompok saja.
Stabilitas wilayah Papua harus tetap dikedepankan, agar masyarakat dapat merasakan manfaat dari pembangunan yang dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun daerah di wilayah timur Indonesia tersebut.
Utusan Pemerintah Selandia Baru datang untuk cari tahu persoalan Pilot SusiAir yang disandera TPNPB-OPM |
Untuk
kemerdekaan OPM berjuang politis dan militere.
Penyanderaan
Pilot SusiAir bagi OPM bak BackFire.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar