NusaNTaRa.Com
byLaSIKuAgaY, J u m ‘ a t, 2 6 N o v e m b e r 2 0 2 1
Saya sebagai Anggota BKSAP DPR RI menghadiri
sidang dan diskusi panel bertemakan “Addressing
Water-Energy-Food Security Nexus under a Changing Climate” yang merupakan rangkaian Sidang The 11th
Asia-Europe Parliamentary Partnership (ASEP-11) yang diselenggarakan secara virtual
dari Phnom Penh, Kamboja. Diskusi panel ini diawali dengan paparan para
ahli dan bertujuan untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan air, pangan serta
energi bagi masyarakat secara berkelanjutan.
Presentasi pertama tentang ketahanan pangan dalam
upaya pemulihan dunia dari pandemi Covid-19. Ketahanan pangan memiliki
keterkaitan dalam upaya pembangunan berkelanjutan (SDGs) serta perubahan iklim,
karenanya upaya mempertahankan ketahanan pangan sejalan dengan upaya pemulihan
yang dilakukan berbagai negara di dunia.
Data terbaru menunjukkan, setidaknya ada 155
juta orang di 55 negara berada dalam krisis pangan, dan lebih dari 124 juta
orang jatuh ke dalam kemiskinan. Untuk itu, menanggapi persoalan yang terjadi
akibat perubahan iklim, Indonesia menyoroti tiga hal yang dapat dilakukan guna
keluar dari situasi darurat, yakni Energi Baru dan Terbarukan (EBT),
pengembangan Food Estate dan Program Rehabilitasi Lahan dan Hutan (RLH).
Saya menjelaskan bahwasanya EBT akan
meningkatkan implementasi Nationally Determined Contribution (NDC) di Indonesia
dengan strategi jangka panjang dan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) demi
mencapai Net Zero Emissions pada 2060. Saya
menambahkan, Indonesia juga telah mendorong implementasi biofuel dan
elektrifikasi di sektor transportasi masing-masing sebesar 46 persen dan 30
persen. Saya menilai EBT sangat penting sekali,
menjadi harapan kami yang duduk di Komisi VII DPR RI agar EBT bisa digunakan
serta dirasakan manfaatnya untuk seluruh rakyat Indonesia, terutama yang ada di
pelosok seperti halnya saya sendiri yang berasal dari Dapil Kalimantan Utara.
Saya juga melihat tak hanya beberapa hal
terkait EBT dan food estate, pemerintah pusat juga bekerja sama dengan
pemerintah daerah melaksanakan program Rehabilitasi Lahan dan Hutan (RLH)
sebagai upaya untuk mengurangi potensi krisis air. Hal ini sejalan dengan target SDGs Nomor 6
tentang memastikan akses air dan sanitasi untuk semua. Di sisi lain, saat ini
hampir setiap negara sedang menghadapi beberapa tantangan mulai dari anggaran
yang terbatas, kurangnya teknologi, serta sistem birokrasi yang kompleks.
Saya menjelaskan bahwa kita harus menekankan
kembali pentingnya lembaga parlemen DPR RI. Anggota parlemen bisa
mengintensifkan peran mereka dalam mengatasi tantangan melalui fungsi
penganggaran, pengawasan, dan legislasi. Selain itu, anggota parlemen juga
harus mengambil lebih banyak inisiatif untuk mendorong kolaborasi antar negara.
Kami percaya bahwa tidak ada negara yang mampu mengatasi masalah ini sendirian. Kami juga menyerukan lebih banyak kerja sama dan dukungan internasional melalui kerangka kerja multilateral dan bilateral untuk mengatasi tantangan ini bersama-sama. Diskusi panel ini diakhiri dengan penyampaian ringkasan dari keseluruhan diskusi oleh Rapporteur. Hasil diskusi panel ini akan menjadi bagian dari rekomendasi parlemen pada The 13th Asia-Europe Meeting (ASEM) Summit. dr.FB.ArkanatAArkaM.26/11/2021.
Air, Pangan dan Energi kebutuhan manusia,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar