NusaNTaRa.Com
byAsnISamandaK, S e n i n, 0 8 N e v e m b e r 2 0 2 1
Presiden Jokowi di atas lahan Ibukota Negara Baru Sepaku |
Wilayah sekitar Ibu Kota Negara (IKN) Baru, di
Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU) ternyata memiliki banyak peradaban masa silam yang
belum terungkap, diperkirakan keberadaan peradaban tersebut bila ditelusuri telah berusia
ribuan tahun. Sebagaimana temuan dalam riset lapangan yang tengah dilakukan
oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Arkenas) sejak tahun 2020-2021, dengan diketemukan beberapa situs seperti gua yang telah mereka temukan
tidak jauh dari kawasan inti
pusat pemerintahan (KIPP) IKN.
Temuan yang
cukup menarik bahwaa letak dari Gua Panglima ini hanya
berjarak 20 kilometer dari calon titik nol pembangunan IKN, selain
itu ditemukan gua hunian lain,
yaitu dari Gua Sanggulan, Gua Tapak Batu
Raja Buen Kesong dan Gua Tembenus.Laporan
Arkenas menyebut bahwa peneliti mereka telah mengamati hampir 165
situs yang ada di sekitar wilayah calon IKN,
dalam penelitian ini mereka
melibatkan banyak disipilin ilmu, terutama untuk melihat daya dukung
lingkungan, potensi konflik, budaya geologi, ekonomi dan lain-lain.
Ketua Tim Penelitian Arkenas Harry Truman
Simanjuntak menyebut situs yang telah mereka amati tersebar di 56 lokasi di
sekitar PPU dan Kutai Kartanegara. Salah satu yang menarik bagi tim penelitinya
adalah saat menemukan Gua Panglima di salah satu sisi Gunung Parong (687
mdpl), " Ada temuan-temuan di luar perkiraan
sebelumnya. Salah satu temuan hunian gua, yaitu Gua Panglima di Kecamatan
Sepaku ", Ujar SiDin Harrt T Simanjuntak saat webinar
bertajuk Rona Awal Peradaban di Ibu Kota Negara, Senin (01/11/2021).
Hasil ekskavasi
pada 100-150 cm di Gua Panglima, timnya
menemukan 12.538 temuan, keragaman temuan
berupa artefak hingga ekofak seperti tembikar, alat tulang, litik, cangkang,
batu pipisan, batu, arang,
hingga hematit. Pria yang berasal dari Pematang Siantar ini
juga mengungkapkan timnya sedang melakukan penelitian tentang penanggalan
penemuan ini, terutama penemuan fragmen
sisa tubuh manusia seperti gigi maupun tulang dan ia juga mengungkapkan dari pengalaman penelitian sebelumnya, fragmen dari kedalaman tersebut, biasanya
berasal dari manusia zaman holosen awal atau kurang lebih 11.700 tahun lalu.
" Kita
belum tahu keterkaitan antara hunian di wilayah IKN ini dengan kompelks Gua
Sangkulirang Mangkalihat dan Pegunungan Meratus, belum kita teliti, rencananya
tahun depan ", Ujar SiDin Harry T Simanjuntak nang
berkacamata. Namun dirinya sangat
antusias bahwa peradaban di Gua Panglima telah berlangsung lebih lama terlebih melihat peradaban di Gua Sangkulirang
Mangkalihat yang tercatat sudah berlangsung sejak 40 ribu tahun silam, "
Kita awalnya berpikir wilayah IKN itu tanpa sejarah, karena melihat peta
sebagian besar diliputi dengan hutan. Dengan perkampungan yang sangat jarang.
Ternyata dugaan kita meleset 180 derajat
", Ujar SiDin keluaran Universitas Gajah Mada (UGM) ini.
Temuan yang cukup menarik dalam kajian tersebut
menurut Harry T Simanjuntak di sekitar wilayah IKN yaitu penemuan jejak
industri peleburan logam, di Maridan, Kecamatan Sepaku, Kabupaten PPU. Wilayah
ini juga jaraknya hanya berkisar 13 km dari pusat IKN. Menurutnya
pusat peleburan logam Maridan
yang terdapat di lokasi itu sangat
strategis, berada berada di tepian sungai yang memudahkan untuk
memasarkan hasil produksinya ke luar daerah,
“ Kelihatannya di situ pusat
industri karena sebarannya sangat luas, mulai dari tepi pantai. Kita temukan
ada kerak-kerak besi, lelehan besi, dan alat untuk melebur seperti
pembakaran ”, Ungkap SiDin profesor riset di Arkenas sejak
2006 ini.
Barang Berlubang diperkirakan Pipa untuk Tungku ditemukan di Sepaku Ibukota negara baru |
Bagi H Truman yang lebih ponting bahwa wilayah Kalimantan telah banyak keanekaragaman
budaya, termasuk pengaruh dari peradaban masa lampau seporti diketahui banyak tradisi
Hindu-Buddha, Islam, hingga kolonialisme yang masih bertahan di Kalimantan. Berbagai macam kearifan lokal yang masih
bertahan, seperti peraturan lokal untuk menjaga hutan, adanya semangat
toleransi yang tinggi, kearipan menjaga lingkungan hutan, ritual adat tahunan,
membuat Kalimantan layak gambaran miniatur keindonesaan, ” IKN
menjadi miniatur Indonesia. Kebinekaan tampak dalam kehadiran para pendatang
dan keberadaan populasi asli yang menciptakan pluralisme dan multikulturalisme
di wilayah ini serta sekitarnya ", Pungkas SiDin.
Melihat panjangnya perabadan yang telah terbentuk
di wilayah sekitar IKN maka pembangunan kelak perlu pijakan agar menghindari
konflik, Ketua Ikatan Ahli Arkeologi
Indonesia Wiwin Djuwita Ramelan menyebut konflik bisa saja terjadi mengingat adanya perpindahan manusia secara
besar-besaran ke kawasan IKN berkisar
1,5 juta Aparatur Sipil Negara yang dapat memunculkan konflik. ” Konflik
harus dianggap bentuk keragaman persepsi dan pemahaman masyarakat terhadap
warisan budayanya yang perlu dicari solusinya
dan pengekelolaannya sehingga perbedaan kepentingan dan rasa keadilan
dapat dikendalikan ”, Ujar SiGaluH Wiwin Djuwita Ramelan dengan
Soppengernya (Jumawanya)
Karena itulah Wiwin berharap saat proses pembangunan berlangsung, masyarakat lokal dijadikan pemeran utama dalam pengelolaan budaya setempat sehingga mengurangi terjadi konflik pada masa depan diarea itu. Karena itu, baginya dalam pengelolaan situs budaya yang ditemukan di kawasan IKN perlu perhatian karena dapat memunculkan konflik. Terutama katanya, bila situs budaya yang ditemukan berada di kawasan besar, tetapi memiliki fungsi berbeda.
Pembangunan memajukan semua komunitas,
Di Sepaku kawasan Ibukota Negara baru kaya situs.
NusaNTaRa.Com Advertisissment
Melayani Pemasangan Iklan
Sila Dail Talian 08125856599
Tidak ada komentar:
Posting Komentar