NusaNTaRa.Com
byRaisALembuduT, S e l a s a, 1 1 J u
n i 2
0 2 1
Negeri Aceh yang berada di ujung Timur Indonesia selain dengan keunikan
KeIslamannya, juga masih memiliki banyak keunikan lain seperti Adat kebudayaan,
sejarah, tempar wisata serta tak kalah menarik tentunya wisata kulinernya yang
tentunya Yammmyyy punya. Kuliner
yang cukup menarik dari sana dan tak akan
terlewatkan bagi Traveling kesana adalah
diantaranya menikmati suguhan Kopi khas Aceh yang nikmat, Daging Kua Aceh Besar dan Mie Aceh yang special
rasanya.
Mie Aceh salah satu kuliner yang cukup khas bagi masyarakat aceh dan
menjadi tradisi sehingga tak ayal banyak tersaji disetiap warung or Caffee di
Aceh atau di Nusantara menjadi sajian untuk bersenang-senang. Kekhasan Mie Aceh yang saya ungkapkan kali
ini dalam tulisan ini sebagai hasil pengalaman saya ketika traveling ke Aceh
dan menyambut tahun baru masehi 2017 meski kala itu, negeri yang berkanun asas
Hukum Islam tidak terlalu menggalakkan pesta Tahun baru tapi tetap saja terliat
geliat masyarakat merayakannya di malam hari terutama di tempat keramaian kota.
Sejarah awal aku mengenal Mie Aceh, ketika aku asik menikmati keindahan
Kota Banda Aceh dimalam hari yang tenang dan merdunya suara zikir dari mesjit
yang aku lewati, menggunakan kendaraan BENTOR (Becak Motor) kendaraan khas Banda Aceh. Aku bertanya pada Tukang Bentor (Pak Aad)
dimana asiknya tempat istirahat setelah mutar-mutar kota ini, “ Di
pusat pertokoan Simpang Lima Pak !! di Warung ‘MIE RAZALI’ .
Warungnya terkenal di sini dan biasanya banyak pejabat dari Jukarta kesana
bahkan Pak Jokowi pernah kesana “, Ujar SiDin Aad dengan Plabomoranya
(hebatnya).
Mi Razali sering disebut oleh masyarakat sebagai “The Master” mie
dikawasan Banda Aceh, Mi Raxali terletak
di Pusat Pertukuan tengah Kota Banda Aceh, di jalan T. Panglima Polem, Peunayong, para pengunjung
berasal dari berbagai kalangan. Tidak
hanya warga local saja tetapi juga dari daerah lain, termasuk dari luar negeri
dan dari jajaran menteri hingga presiden RI tak terkecuali dengan Joko Widodo
juga sudah mencicipi Mie Razali ini.
Mi Razali sudah berdiri sejak tahun 1961 meski menurut masyarakat aceh
mereka sudah menikmati mie aceh ini sejak tahun 1950an yang tersajikan di
gerobak atau kios-kios tepi jalan. Nama “Mie
Razali” ini dari sosok Razali, ialah
ayah Fadil yang Almarhum pada 2007
lalu, menurut Fadil, ayahnya
sudah berjualan mie sejak 1960 sejak ia
mulai merantau dari kampungnya di
Mila, Pidie ke Banda Aceh di gerobak-gerobak berpindah-pindah ke keramian,
sehinggalah banyak yang menyenangi dan suka.
Sejak tahun 2005 lalu, Mie
Razali sudah mendapat izin dan tempat usaha yang depenitip dan mulai memiliki
cabang usaha selain di Banda Aceh
seperti cabang di jalan Soekarno Hatta, Lampuenurut, Aceh Besar dan
Takengon yang diawasi saudaranya. “ Kami
meneruskan warisan ayah dan cita rasa tetap jaga. Pola tradisonal tetap harus dipertahankan “,
Ujar SiDin Fadil mejelaskan pada
ku ketika lagi memesan Mie Basah berudang untuk kunikmati dimalam tahun baru
2017 bersama Pak Aad.
Warung Mie Razali buka mulai dari pukul 09.00 WIB hingga 24,00WIB
inipun memiliki beragam jenis mi Aceh,
seperti mie Rebus, Mie goring (agak kering) dan migoreng basah
(tumis), masing-masing jenis punya cita
rasa tersendiri. Sebagai pelengkap
disediakan tambahan udang, kepiting dan
cumi-cumi, ini akan dimasukkan sesuai
dengan pesanan dan hal ini mempengaruhi harga,
jika biasa harga perporsi sebesar Rp
10.000 akan menjadi Rp 20.000 perporsi.
Dalam satu porsi, Mie Razali ini memiliki beragam rasa, seperti manis,
asam dan asin. Proses memasak mie aceh
cukup sederhana. Iris bawang bombai,
tomat, kol dan Tauge tumis dengan minyak
serta tambahkan kaldu sapi atau udang.
Kemudian tambahkan dengan air secukupnya jika ingin membuat mie aceh
rebus, air dilebihi sedikit dari
takaran. Dan jika ingin menambah udang,
Kepiting, cumi-cumi atau telur
inilah saatnya campuran itu dimasukkan setelah diberesin terlebih dahulu
atau di potong-potong.
Yang cukup berkesan dari Mie Aceh ini dengan rasa bumbu bak pasta yang
sangat gurih, serta mie terbuat dari mie yang agak besar dan lentur ketika
disajikan, rasa pedasnya yang khas serta
memiliki aroma wangi, menambah
kenikmatan kuliner ku malam tahun baru sembari ditemani segelas Juic Alpukat
coklat, yammmyyyy. Di dinding warung
tersebut tergantung photo para pembesar yang pernah mampir disana sejak dahulu
kala seperti Poto Soeharto, BJ Habibie, Jusuf Kalla, Jokowi dan lainnya.
Warung Mie Razali buka mulai dari pukul 09.00 WIB hingga 24,00WIB
inipun memiliki beragam jenis mi Aceh,
seperti mie Rebus, Mie goring (agak kering) dan migoreng basah
(tumis), masing-masing jenis punya cita
rasa tersendiri. Sebagai pelengkap
disediakan tambahan udang, kepiting dan
cumi-cumi, ini akan dimasukkan sesuai
dengan pesanan dan hal ini mempengaruhi harga,
jika biasa harga perporsi sebesar Rp
10.000 akan menjadi Rp 20.000 perporsi.
Konon katanya, Mie Aceh berasal
dari China. Bumbu Mie Aceh berasal dari
campuran bumbu khas Mie China dan India.
Aceh dan China sudah memiliki hubungan sejarah sejak abad 13
Masehi, Aceh juga memiliki
hubungan yang erat dengan India (Hindu) dengan perlintasan perdagangan. Mie yang berasal dari China lalu diolah
dengan citarasa Aceh dan jadilah “ Mie
Aceh “.
Naik bentor mengelilingi Banda Aceh,
Mie Aceh berudang, cumi2 dan Kepiting terasa gurih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar