NusaNTaRa.Com
byAndIAzhaR, S
e n i n,
1 6 A
g u s
t u s
2 0 2 1
Banyak
orang (termasuk kader-kader Muhammadiyah sendiri) yang belum mengetahui bahwa
Persyarikatan Muhammadiyah telah lebih dari 10 tahun menjadi anggota PBB
melalui salah satu badan / lembaganya, yaitu ECOSOC. The United Nations
Economic and Social Council (ECOSOC) adalah salah satu dari enam organ utama
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertanggung jawab untuk mengoordinasikan
pekerjaan ekonomi, sosial, dan terkait dari 15 badan khusus PBB, komisi
fungsional mereka dan lima komisi regional. ECOSOC bertujuan mendorong kerja
sama internasional di bidang ekonomi sosial dan pembangunan. ECOSOC juga
mempunyai tugas dalam hal penyeledikan dan penyusunan laporan terkait tentang
ekonomi, sosial, pendidikan, dan kesehatan yang ada di dunia.
Muhammadiyah secara resmi menjadi anggota ECOSOC pada tanggal 1 Agustus 2011 ditandai dengan terbitnya surat berlogo resmi PBB yang dikirimkan langsung kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam surat tersebut, dijelaskan juga hak dan kewajiban yang dimiliki oleh Muhammadiyah sebagai anggota ECOSOC yang secara resmi menyandang status sebagai Special Consultative Status. Di ECOSOC sendiri terdapat tiga kategori keanggotaan, yaitu Roaster, Special Consultative Status, dan General Consultative Status. Status yang ketiga tersebut merupakan status tertinggi yang dapat diberikan kepada organisasi yang peduli dengan sebagian besar kegiatan PBB, yang memberikan kontribusi substantif dan berkelanjutan di banyak bidang, dengan keanggotaan yang cukup besar, dan yang secara luas mewakili segmen utama masyarakat di sejumlah besar negara. Organisasi-organisasi ini berhak menyampaikan presentasi lisan selama pertemuan PBB. Dengan status tingkat dua sebagai special consultative status, Muhammadiyah bisa secara aktif terlibat di kegiatan dan aktifitas ECOSOC dan badan-badan pendukung lainnya, Sekretariat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan juga terlibat dalam setiap program, serta sejumlah cara. Adapun keistimewaan dan keuntungan yang didapat oleh Muhammadiyah dengan statusnya sebagai Special Consulttaive Status diantaranya :
1.
Diizinkan
untuk berkomunikasi dan berkonsultasi dengan seluruh anggota PBB serta system
pendukung yang ada di PBB
2.
Mendapat
kesempatan untuk memperoleh saran dan informasi dari para pakar dengan berbagai
latar belakang dengan dijembatani oleh PBB
3.
Mendapatkan
update agenda-agenda ECOSOC
4.
Muhammadiyah
juga dapat meminta Sekjen PBB melalui Komite NGO PBB terkait isu-isu penting
yang bersifat khusus untuk dimasukkan dalam agenda resmi siding PBB
5.
Menghadiri
pertemuan-pertemuan PBB dan Lembaga-lembaganya seperti Majelis Umum, Majelis
HAM, dan lainnya
6.
Menggunakan
fasilitas PBB untuk berbagai keperluan terkait bidang yang dibawahi oleh ECOSOC
Di
Indonesia sendiri belum banyak organisasi yang menjadi anggota ECOSOC ini, baru
sekitar 5 hingga 10 organisasi saja, diantaranya adalah Muhammadiyah, PKPU,
INFID, RSPO, dan beberapa organisasi lainnya. Penerimaan Muhammadiyah sebagai
bagian dari PBB melalui ECOSOC ini membuktikan bahwa kerja-kerja kemanusian,
social, dan ekonomi yang digarap oleh
Muhammadiyah diakui memberi dampak positif pada masyarakat.
EMT
dan AG UNCERF
Selain
di ECOSOC, PBB juga memberikan kepercayaan besar kepada Muhammadiyah melalui
pengangkatan Rahmawati Husein, Wakil Ketua MDMC PP Muhammadiyah, sebagai anggota
Dewan Pengarah (Advisory Group) United Nations Central Emergency Response Fund
(AG UNCERF). Wakil Muhammadiyah ini merupakan satu-satunya wakil dari Asia
Tenggara.
Prof DR Din Syamsuddin berpidato di PBB |
Wakil
Muhammadiyah ini akan menjadi satu dari 19 orang yang dipilih Sekjen PBB untuk bertugas
mulai Oktober 2018 hingga Oktober 2021. Sejak dibentuk 2010, ini kali pertama
wakil Indonesia terpilih sebagai anggota Dewan Pengarah UNCERF.
AG
UNCERF dibentuk berdasarkan kesepakatan pada Sidang Majelis Umum PBB ke-60
tahun 2005. Tepatnya, melalui resolusi PBB tentang "Penguatan Koordinasi
Bantuan Darurat Kemanusiaan PBB". Mereka merupakan kelompok tenaga ahli
yang berperan memberikan petunjuk, pandangan dan rekomendasi. Utamanya, untuk
mendukung pemanfaatan, manajemen dan pemulihan pendanaan bantuan darurat
kemanusiaan. Dana yang setiap tahunnya meningkat ini diberikan ke berbagai
negara di seluruh dunia yang warganya mengalami krisis baik akibat konflik,
perang, maupun bencana alam. UNCERF merupakan mekanisme pemberian bantuan
kemanusiaan yang bersifat taktis, cepat, serta apolitis.
Keterlibatan
Muhammadiyah dalam Lembaga khusus PBB bidang pendanaan darurat bencana ini
merupakan bukti pentingnya aktor non negara dalam pelaksanaan penanganan
bantuan untuk krisis kemanusiaan. Jauh sebelum PBB mengakui peran kemanusiaan
Muhammadiyah ini, bahkan jauh sebelum PBB didirikan, Muhammadiyah telah lebih
dulu fokus dalam hal bantuan kemanusiaan untuk bencana. Jika membaca sejarah
perjalanan Muhammadiyah generasi awal, sebenarnya Muhammadiyah telah mulai fokus
dalam bantuan kemanusiaan untuk bencana sejak seratus tahun yang lalu, ditandai
dengan penggalangan bantuan kemanusiaan untuk musibah meletusnya Gunung Kelud
melalui Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO / Unit dibawah Muhammadiyah urusan
kemanusiaan).
Akreditas EMT Muhammadiyah oleh WHO |
Selain
dua hal tersebut, keterlibatan Muhammadiyah di PBB juga ditandai dengan
pengakuan (akreditasi / sertifikasi) WHO kepada tim EMT Muhammadiyah. Emergency
Medical Teams atau yang lebih populer disingkat EMT, merupakan tim bantuan
medis yang berfungsi sangat penting dalam penanganan kondisi gawat darurat.
Muhammadiyah melalui bendera Muhammadiyah Aid, sangat concern untuk menyiapkan
tim bantuan medis yang professional dan diakui oleh Lembaga dunia dan bisa
diperbantukan serta digerakkan sewaktu-waktu dalam berbagai kondisi gawat
darurat di berbagai negara. Proses akreditasi / sertifikasi WHO untuk tim EMT
Muhammadiyah sudah mencapai tahap akhir. Dijadwalkan sebenarnya tim ini akan
resmi menerima akreditasi / sertifikasi WHO pada tahun 2020, namun karena terjadi
pandemi Covid-19, proses akhir ini ditunda hingga pandemi selesai. Tim EMT
Muhammadiyah yang berisikan tim MDMC ini merupakan tim pertama dan satu-satunya
di Indonesia yang menjadi bagian dari WHO untuk urusan penanggulangan kondisi
gawat darurat.
Muhammadiyah
telah lebih dari 100 tahun menggarap kerja-kerja kemanusiaan dan banyak bidang
strategis lainnya untuk kemaslahatan masyarakat tanpa memandang latar belakang,
suku, agama, ras, maupun golongan. Kerja-kerja kemanusiaan Muhammadiyah telah
dilakukan jauh sebelum organisasi internasional seperti PBB didirikan. Namun
dengan adanya pengakuan-pengakuan yang diberikan oleh PBB melalui
lembaga-lembaganya ini, semakin menegaskan bahwa peran Muhammadiyah dalam
berbagai hal sangat vital, bahkan sudah melebihi suatu negara.
Sebagai
kader tentu kita sangat bersyukur akan capaian prestasi persyarikatan kita di
kancah internasional ini. Namun pengakuan ini jangan menjadikan kita jumawa dan
berhenti melakukan kerja-kerja kemanusiaan dan hal-hal baik lainnya. Justru
jadikan pengakuan ini sebagai sebuah milestone untuk semakin menguatkan
teamwork serta dukungan dari semua kader untuk aksi-aksi kemanusiaan lainnya di
masa depan. Apalagi kedepan tantangannya akan semakin berat dan tentunya sangat
dinamis. Oleh karena itu, Muhammadiyah harus tetap ada, hadir, dan didukung
untuk menggarap bidang-bidang yang [bisa jadi] tidak populer namun sangat
dibutuhkan masyarakat. Semoga kita
senantiasa istiqomah dengan jalan ini !.
dr.AndIAzhaR.Com
Amar
ma’ruf nahi mungkar karena Allah,
Muhammadiyah
masuk berpartisipasi di PBB melalui ECOSOC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar