Senin, 24 Juni 2024

SEJARAH ASAL USUL NASI KUNING DARI KERAJAAN HINDU JAWA DENGAN WARNA KUNINGNYA YANG SAKRAL

NusaNTaRa.Com 

byMapiroHBorrA,   S  e  n  i  n,   1  0   J  u  n  i   2  0  2  4

Nasi Kuning kuliner khas Indonesia telah ada sejak zaman Hindu

Meski sudah tersaji keren, Nasi Kuning adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang popular dan penganan ini memiliki sejarah dan asal-usul yang cukup kaya.   Sejarah Nasi Kuning berasal dari zaman kerajaan di Indonesia, khususnya pada masa kerajaan Majapahit. Nasi Kuning pertama kali dihidangkan sebagai hidangan istimewa dalam acara-acara keagamaan, upacara adat, atau acara pernikahan para bangsawan sebagai ungkapan syukur pada yang kuasa dan awalnya hanya disajikan pada saat-saat tertentu dan oleh orang yang berstatus tinggi.

Nama "Nasi Kuning" sendiri berasal dari warna kuning yang dimilikinya,  yaitu warna yang diperoleh dari bumbu kunyit yang digunakan dalam proses pengolahannya.   Kunyit tidak hanya memberikan warna kuning yang khas, tapi juga memberikan aroma dan rasa yang enak serta warna kuning awalnya dahulu memiliki makna ritual dalam acara khusus,  sehingga dalam acara khusus sajian Nasi Kuning dalam bentu unik seperti Gundukan gunung atau berhias yang khusus.

Asal-usul Resep Nasi Kuning berkaitan dengan budaya Indonesia yang kaya akan rempah-rempah, seperti terdiri dari kunyit, serai, daun pandan, dan daun jeruk digunakan dalam proses memasak nasi kuning ini.  Rempah-rempah ini memberikan cita rasa yang khas dan menyempurnakan tampilan nasi kuning,  Nasi Kuning juga memiliki makna simbolis  yang  melambangkan keceriaan, kesejahteraan, dan kemakmuran.

Oleh karena itu, Nasi Kuning seringkali dihidangkan pada acara-acara penting atau perayaan untuk memberikan kesan yang cerah, spiritual dan positif.   Seiring berjalannya waktu, Nasi Kuning menjadi makanan yang populer di kalangan masyarakat Indonesia  dan kini, Nasi Kuning tidak hanya disajikan pada acara khusus, tapi juga dapat ditemui dalam berbagai acara atau dihidangkan sebagai menu sehari-hari.

Nasi Kuning berbentu Tumpeng

Dengan adanya nasi kuning dalam perayaan, diharapkan bisa membawa banyak berkah kekayaan dan diberi kemakmuran hidup karena harta yang melimpah sehingga nasi kuning biasa disajikan dalam bentuk tumpeng serta  menjadi sajian utama dan sakral yang disajikan pada acara syukuran  atau momen bahagia lainnya seperti kelahiran, ulang tahun, tunangan, pernikahan, perosmian dan lainnya.

Asal nasi kuning sendiri sebenarnya dari Jawa, meski banyak sajian nasi kuning dari berbagai daerah, namun pengaruhnya dari Jawa seperti Nasi Kuning Manado, Nasi Kuning Jawa, Nasi Kuning Ambon,  Nasi Kuning Bali,  Nasi Kuning Balikpapan,  Nasi Kuning Banjarmasin, Nasi Kuning Gorontalo, Nasi Kuning Melayu dan Nasi Kuning Makassar. Kini mayoritas orang Indonesia sudah sangat umum dengan sajian nasi kuning untuk berbagai perayaan.

Resep Nasi Kuning dapat dimodifikasi sesuai dengan selera dan kebutuhan. Tidak hanya dikonsumsi dengan lauk seperti ayam goreng atau ikan bakar, tetapi juga bisa disajikan dengan berbagai macam pelengkap seperti telur, tempe, sambal,  mie, ikan, udang atau sayuran.  Dalam perkembangannya, Nasi Kuning mulai dikenal di negara-negara lain sebagai salah satu kuliner khas Indonesia dan seringkali dijadikan sebagai hidangan pilihan acara-acara internasional di Indonesia.


 

Nasi Kuning kuliner sakral untuk yang kuasa.

Nasi kuning kaya akan rempah nyaman rasanya.

 

 

 

Jumat, 21 Juni 2024

PLN BALI SUKSES KEMBANGKAN MANGROVE DAN BERDAYAKAN NELAYAN MASYARAKAT PUNTAI

NusaNTaRa.Com

byKariTaLa LA,          S   e   l   a   s   a,    1   8      J   u   n   i      2   0   2   4

Kegiatan susur mangrove,  salah satu aktifitas menarik yang bisa  dilakukan di kawasan Ekowisata Mangrove Batu Lumbang,  di mana pengunjung dapat menikmati keindahan hutan Mangrove  serta mendapatkan edukasi terkait berbagai jenis ekosisitem mangrove beserta manfaatnya  

PT PLN (Persero) melalui sub holding PLN Indonesia Power (PLN IP) sukses mengembangkan hutan mangrove sekitar pembangkit di pesisir Denpasar Bali. Program ini mampu memperbaiki kualitas air tawar dan mencegah abrasi terutama bagi masyarakat pesisir sejalan dengan momen  Konferensi  Tingkat Tinggi  World  Water  Forum  (KTT WWF)  sekaligus  meningkatkan  hasil  tangkapan  nelayan dan  menjadi ladang pendapatan baru masyarakat di bidang ekowisata.     Hadirnya hutan Mangrove di kawasan tersebut telah berhasil mengangkat kesejahteraan masyarakat, salah satunya Kelompok Usaha Bersama (KUB) Segara Guna Batu Lumbang, di Bali.

Ketua KUB Segara Guna Batu Lumbang, I Wayan Kona Antara menyampaikan bahwa kelompoknya berkolaborasi dengan PLN IP Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Bali untuk terus mengembangkan tanaman mangrove di pesisir Denpasar.     Adapun program yang tujuan Selain menjaga ekosistem pesisir, hutan mangrove bermanfaat untuk masyarakat dari sisi ekonomi,     Sekarang karena mangrove kita bagus lebat, maka komoditi tangkapan nelayan yang utama yaitu kepiting bakau.  Perhari pendapatan anggota kami dari menangkap kepiting bisa mencapai Rp300 ribu rupiah   ”,   Ujar SiDin I Watan Kona dengan Ahmadernya (Manisnya).

Selain itu, para nelayan juga memanfaatkan rimbunnya tanaman mangrove sebagai  ladang pendapatan baru di bidang ekowisata.   Usaha ini terbukti mampu menciptakan lapangan kerja baru sehingga dapat memperbaiki taraf hidup masyarakat di sana.     Sebelumnya,  kami  hanya  cukup  bisa makan  di lingkungan kami.   Sekarang setelah didampingi PLN IP,  kami bisa menabung dan menyekolahkan anak kami ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, bahkan dari anak-anak nelayan banyak yang sudah sarjana  ”,   Ujar SiDin I Wayan Kona.

Menganggapi hal tersebut, Guru Besar Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Sudharto P. Hadi  memandang kegiatan yang dilakukan oleh PLN IP di lingkungan pembangkit di Bali merupakan suatu inovasi yang  memberikan  manfaat  yang  cukup  beragam.     Jadi apa yang dilakukan oleh PLN IP ini merupakan suatu bentuk inovasi yang memberikan kontribusi bukan hanya aspek lingkungan  ”,   Ujar  SiDin Sudharto dengan Plabomoranya (Hebatnya).

Sudharto menjelaskan,  mangrove memiliki fungsi beragam bagi lingkungan,  mulai dari penangkal gelombang, pencegah abrasi, hingga menahan naiknya permukaan air laut.   Sementara dari sisi ekonomi, mangrove dapat meningkatkan kesejahteraan serta menjadi mata pencaharian baru untuk masyarakat.     Dari sisi ekonomi meningkatkan penghasilan, menciptakan mata pencaharian baru. Kemudian ketika mata pencaharian mereka baik, maka otomatis akan meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan dan yang lainnya   ”,  Ujar SiDin  Sudharto Melanjutkan.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan bahwa penanaman mangrove termasuk dalam program pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat yang kontinyu dijalankan oleh PLN. Hal ini merupakan salah satu inisiatif dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang selaras dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SGD’s).      Tentunya kegiatan pengembangan mangrove sekitar pembangkit di wilayah Pesisir Denpasar Bali sebagai komitmen PLN yang tidak hanya memberikan pelayanan melalui listrik andal, tetapi hadir untuk melestarikan lingkungan dan menyejahterakan masyarakat sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan  ”,    Ujar SiDin Darmawan .

Sementara, Direktur Utama PLN IP Edwin Nugraha Putra mengatakan bahwa PLN terus mendorong unit-unitnya untuk melaksanakan program lingkungan dan sosial. Sehingga kegiatan bisnis yang dilakukan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan listrik tetapi juga dapat menciptakan dampak ganda bagi lingkungan serta kesejahteraan masyarakat.     PLN IP berkomitmen memberdayakan masyarakat, dengan memberikan pendampingan secara berkelanjutan yang kami sesuaikan berdasarkan potensi yang dapat dikembangkan di masing-masing wilayah  ”,  Ujar SiDin Edwin memungkas Cakap Besarnya.

PT PLN (Persero) menananm 5.000 bibit mangrove bersama kelompok Nelayan Usaha Bersama (KUB)
Simbar  Segara di Kawasan Hutan Tahura Ngurah Rai Desa Adat Kepaon    

 

 

Hutan Bakau sentra awal dan perlindungan Satwa pantai.

PLN Perusahaan negara  bersama  nelayan menjaga  pantai.

 

 

Kamis, 20 Juni 2024

KISAH KOTA BAUBAU PENUH SEJARAH DAN DIKOLILINGI OLEH BENTENG

NusaNTaRa.Com     

byBambanGBiunG,          K   a   m   i   s,     2    0       J    u    n     i        2   0   2   4

Benteng dan Landscap Kota  BauBau

Kota Baubau adalah sebuah kota di Provinsi Sulawesi Tenggara,  Indonesia  yang  berada   di Pulau Buton, pulau terbesar di provinsi tersebut,  kota Baubau kaya akan Keraton   sehingga  Baubau juga dijuluki sebagai Negeri Seribu Benteng karena banyaknya benteng peninggalan sejarah.     Diceritakan pemukiman di kawasan tersebut berawal saat Benteng Keraton Wolio terbakar tahun 1821 dan Baubau memperoleh status Kota Madya  pada tanggal 21 Juni 2001 berdasarkan UU No. 13 Tahun 2001. Luas kota ini 295,072 km² dengan jumlah penduduk 167.519 jiwa (2018).

Berdasarkan Perda No. 02 tahun 2010 tentang Penetapan Hari Jadi Kota Baubau dan Perubahan Penulisan Baubau, ditetapkan pada pasal 5 ayat 1 dan 2 bahwa nama penulisan nama Kota Bau-Bau menjadi Baubau, sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan.   Perda juga menetapkan  hari jadi Kota Baubau  tanggal 17 Oktober 1541.  Pemilihan tahun 1541 karena tahun tersebut merupakan tahun bersejarah di bumi seribu benteng ini,   ditandai dengan terjadinya transformasi pemerintahan Kerajaan Buton menjadi Kesultanan Buton sebagai pembaharuan, yang ditandai dengan dilantiknya Lakilaponto sebagai Sultan Buton I dengan Gelar Sultan Murhum Kaimuddin Khalifatul Khamis. 

Awalnya  Baubau merupakan pusat Kerajaan Buton (Wolio) yang berdiri  awal abad ke-15 (1401–1499). Buton dikenal dalam Sejarah Indonesia karena  tercatat dalam naskah Nagarakretagama karya Prapanca  Tahun 1365 M   sebutan  Buton atau Butuni sebagai Negeri (Desa) Keresian atau tempat tinggal para resi  rajanya bergelar Yang Mulia Mahaguru.[6] Cikal bakal negeri Buton untuk menjadi sebuah Kerajaan pertama kali dirintis oleh kelompok Mia Patamiana (si empat orang) yaitu Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo dan Sijawangkati yang oleh sumber lisan di Buton mereka berasal dari Semenanjung Tanah Melayu pada akhir abad ke-13.

Patung Kopala Naga Ikon kota BauBau

Baubau pernah jadi Ibu Kota Kabupaten Buton sebelum dimekarkan dengan status kota madya pada 2001 dan Kabupaten Buton beribukota ke PasarWajo.   Dahulu kala, Baubau merupakan pusat Kerajaan Buton atau Wolio yang berdiri pada awal abad ke-15 atau 1401–1499 Masehi.   Mengutip dari Wikipedia, awal mula Buton jadi sebuah kerajaan dirintis oleh kelompok Mia Patamiana atau si empat orang yang datang ke Buton pada abad 13. Mereka adalah Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo dan Sijawangkati yang berasal dari Semenanjung Melayu atau Johor.

Tanah Buton kemudian didatangi Raja Bone bernama Arung Palakka bersama sejumlah bangsawan Bone,  Wajo  dan Soppeng pada Desember 1660.   Kedatangan Arung Palakka dan yang lainnya pada saat itu hendak meminta perlindungan kepada  Sultan Buton dari ancaman Gowa.   Usai perjanjian Bongaya dan kekalahan Gowa, Arung Palakka bersama dengan sejumlah bangsawan lainnya dari latar etnis Bugis memilih untuk menetap di Buton sebagai warga.   Hal ini dikarenakan, Tanah Buton pada waktu itu jauh lebih aman daripada Sulawesi Selatan yang penuh dengan konflik.

Usai perjanjian Bongaya dan kekalahan Gowa, Arung Palakka bersama dengan sejumlah bangsawan lainnya dari latar etnis Bugis memilih untuk menetap di Buton sebagai warga. Hal ini dikarenakan, Tanah Buton pada waktu itu jauh lebih aman daripada Sulawesi Selatan yang penuh dengan konflik.   Sebagai pengingat, dulunya di abad ke 17 sampai awal abad ke 20, kondisi politik di Sulawesi selatan, penuh dengan konflik internal antar kerajaan. Yaitu antara kerajaan Gowa dan Bone, yang dimana kedua kerajaan ini

Sebagai pengingat, dulunya di abad ke 17 sampai awal abad ke 20, kondisi politik di Sulawesi selatan, penuh dengan konflik internal antar kerajaan,   yaitu antara kerajaan  Gowa dan  Bone, yang dimana kedua kerajaan ini juga pernah mempunyai konflik dengan Belanda dan Ternate.   Untuk itulah, Tanah Buton yang dirasa paling aman dan mudah di jangkau pada zaman itu, menjadi sasaran para pendatang dari Sulawesi Selatan untuk menetap.   Karena mereka adalah bangsawan  Bugis  yang memiliki  gelar kebangsawanan Andi Bau, maka hingga kini Tanah Buton disebut sebagai Kota Baubau.

Nah itulah sejarah dibalik terciptanya nama Baubau sebagai kota, unik bukan? Oleh karena itu awal kelahiran Kota Baubau bisa dirujuk sejak tahun 1660.  Meski demikian pada Perda No. 02 tahun 2010, tentang Penetapan Hari Jadi Kota Baubau dan Perubahan Penulisan Baubau, ditetapkan bahwa hari jadi Kota Baubau jatuh pada tanggal 17 Oktober 1541.

Pomandangan dari atas benteng Kota BauBau

 

BauBau kota Buton yang penuh dengan sejarah.

Di penuhi Benteng dan Kerajaan berdiri sejak dahuluh.

 

 

     NusaNTaRa.Com  Adverstesment 

                          Melayani pemasangan Iklan 

                                                  Sila Dail Talian  0821 5385 8932 


Senin, 17 Juni 2024

KENAPA MARWAH DAUD YANG BERPENDIDIKAN TINGGI PERCOYO DIMAS KANJENG ?

NusaNTaRa.Com   

byDannYAsmorO,         R     a     b     u,      1    5       M     e     i       2    0    2    4 

Kenapa Marwah Daud yang berpendidikan tinggi  percaya  Dimas Kanjeng  ?
Marwah Daud Ibrahim.

Psikolog Dr MG Bagus Ani Putra menilai kondisi masyarakat yang mengalami 'materialistic value oriented' (MVO) atau menghargai materi secara berlebihan itu menyuburkan fenomena Padepokan  "Dimas Kanjeng"  Probolinggo yang dipimpin Taat Pribadi.    "  Itu sebenarnya bukan fenomena baru, namun MVO itu terjadi sejak era industrialisasi atau sekitar tahun 1970-an  ",   Ujar SiDin  Dr Bagus  ahli psikologi sosial dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu di Surabaya,   Minggu   (09/10/2017).

Menurut dosen Fakultas Psikologi Unair itu, MVO (nilai-nilai materialistik) itu menggerus nilai-nilai sosial bangsa Indonesia,  seperti gotong royong,  sukarela (tanpa pamrih)   dan 'gugur gunung' (kerja bakti bersama).   "  Nilai-nilai itu sudah digantikan dengan materi sebagai ukuran, karena itu fenomena Dimas Kanjeng pun terjadi terus-menerus, meski tidak pernah ada yang terbukti, seperti Uang Logam Bung Karno, Uang Brazil, Peti Nyai Roro Kidul, dan semacamnya  ",   Ujar SiDin Dr Bagus dengan Plabomoranya (Hebatnya).

Ditanya solusi untuk keluar dari serangkaian kebodohan dengan fenomena serakah itu, Dr. Bagus yang pernah menjabat Kepala Humas Unair itu menyatakan masyarakat seharusnya memberikan sanksi sosial seperti dikucilkan.    "  Bukan seperti sekarang yang justru dimaklumi, karena keberadaan Padepokan Dimas Kanjeng yang dimanfaatkan membuka kantin, lahan parkir, menjadi petugas pengaman, dan sebagainya, sehingga Dimas Kanjeng merasa benar dan berterima oleh masyarakat   ",   Cakap Besar SiDin melanjutkan.

Secara tidak sengaja, sikap berterima dari masyarakat itu justru menjadi legitimasi bagi Dimas Kanjeng, sehingga dia dapat memiliki tiga modal yakni  informational power,  media sosial,  dan kredibilitas internal-eksternal.    "  Modal informational power atau kekuatan informasi adalah informasi yang beredar dari pengikut kepada masyarakat, seperti dia memiliki kehebatan ini-itu, lalu media sosial juga mempromosikan, seperti Youtube   ",   Ujar SiDin Dr. Bagus Ani Putra dengan Ahmadernya (Manisnya).

Selain itu, dia juga memiliki kredibilitas internal, seperti jubah, celak, berwajah Arab, dan sebagainya, sedangkan kredibilitas eksternal yang dimiliki antara lain memajang foto bersama tokoh seperti Dahlan Iskan, Jokowi, dan sebagainya.   Oleh karena itu, dia menyarankan pemerintah, tokoh agama, dan tokoh pendidikan untuk segera bersikap, karena masyarakat yang menjadi korban semakin banyak dan Dimas Kanjeng juga melecehkan agama, seperti Shalawat Fulus dan Kun Fa Yaqun.

"  Pendidikan juga harus berbenah, seperti pendidikan agama tidak hanya mengajarkan agama secara normatif, seperti shalat, puasa, dan sejenisnya, melainkan agama hendaknya diajarkan secara moralitas, seperti ahlak yang 'rahmatan lil alamin “,  Ujar SiDin Dr. Bagus.

Bagus Ani Putra menambahkan pendidikan agama (akhlak) itu penting, karena pengaruh Dimas Kanjeng itu tidak hanya menimpa masyarakat menengah ke bawah, namun juga masyarakat kelas atas dan intelektual, seperti Marwah Daud.    "  Kalau orang kaya terpengaruh itu berarti mengalami 'greedy phenomenon' atau fenomena keserakahan, sehingga terjadi 'loss of novelty' (hilang kenikmatan) dengan uang yang sudah banyak tapi ingin lebih banyak lagi  ",   Laji Cakap SiDin Dr. Bagus bertutur.

Sementara itu, kalau orang intelektual yang terpengaruh berarti mengalami 'mindlessness condition' atau logika yang turun, sehingga emosi yang naik. Marwah Daud misalnya yang bergelar Doktor dan PhD.    "  Emosi naik itu hukum alam atau sunnatullah, sehingga orang marah (negatif) dan orang bahagia (positif) akan menjadi tidak bisa logis. Nah, Marwah Daud mengalami mindlessness condition atau logika yang turun,  sehingga  emosinya mudah menerima Dimas Kanjeng   ",   Ujar SiDin Mengakhiri Cakap Besarnya.   (dr.Merdeka.Com.tujuh tahun lalu/2017)

Marwah Daud Ibrahim dan Suaminya (Ibrahim).


Dr.  Marwah Daud tokoh wanita intelektual Bugis.

Wanita berpendidikan tinggi,  berwawasan dan Cerdas.

 

 

SEJARAH PENGANAN BURASA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT BUGIS

NusaNTaRa.Com 

byMapiroHBorrA,           S   e   n   i   n,     1    7       J      u      n      i       2    0    2    4

Penganan Burasa orang Bugis

Buras,  makanan Khas Sulawesi Selatan yang Punya Banyak Makna Filosofi.   Pada zaman dahulu, lelaki Bugis dan Makassar suka merantau mereka berlayar ke pelosok nusantara untuk mengumpulkan rezeki termasuk uang panai  sehingga  orang-orang menjuluki mereka sebagai pelaut ulung dan perantau handal.   Setiap ingin berlayar dan merantau, lelaki Bugis dan Makassar membawa bekal berupa nasi dan ikan,  akan tetapi  bekalnya tak bertahan lama dan cepat basi. Hal itu membuat mereka kehabisan tenaga sebelum sampai di tujuan.

Untuk mengatasi masalah itu, para wanita mencari solusi pengganti bekal pelaut dan perantau agar tahan selama di perjalanan.   Mereka mulai memasak beras/ketan yang sebelumnya di  rendam dengan santan kolapa yang kemudian di bungkus daun pisang,   bungkusan itu direbus  agak  lama agar tidak cepat basi.    Akhirnya pada hari itu, lahirlah masakan baru bernama Burasa sebuah lontong santan berbentuk pipih khas Sulawesi Selatan Aroma daun pisang, garam dan santan menyatu dalam beras membuat Burasa lebih gurih dibanding ketupat.

Makna filosofi dari penganan Bugis  “Burasa”  yaitu menanamkan semangat  penyatuan dan solidaritas supaya bisa membentuk nilai sipakatau (saling menghargai) sipakalebbi' (saling memuliakan) dan sipakainge' (saling mengingatkan) dalam keluarga dan kehidupan sosial.   Bagi masyarakat Bugis dan Makassar,  membuat Burasa sudah menjadi tradisi terutama saat keluarga ingin merantau atau bepergian jauh,   makanan  yang mereka bakalin itu disebut  juga sebagai "Bokong na Passompe"  artinya bekal para perantau.

Diperkirakan Burasa sudah ada sejak abad ke-V.   Sehari menjelang ldul Fitri, masyarakat Sulawesi Selatan punya tradisi yang disebut  "Ma' Burasa"  yaitu tradisi memasak Burasa beramai-ramai bersama tetangga dan keluarga.   Burasa akan dihidangkan saat lebaran untuk tamu di hari Raya biasanya di sajikan bersama  masakan Ayam seperti opor, Ayam masak Likkua dan lain-lainnya tentunya makanan ini sebelum di santap akan dibacakan doa keselamatan, rahmat Allah dan kebahagiaan bersama..

Ma'burasa merupakan salah satu tradisi masyarakat suku Bugis, Sulawesi Selatan (Sulsel) menjelang Lebaran. Ma'burasa berasal dari bahasa Bugis yang berarti membuat burasa', sebuah kuliner tradisional dari masyarakat Bugis.  Burasa' terbuat dari beras yang dicampur santan dan diberi sedikit garam. Kemudian dibungkus dengan daun pisang dan diikat secara khusus. Setelah itu, burasa' lalu direbus dalam waktu yang cukup lama.   Kegiatan Ma'burasa menjadi tradisi turun temurun di masyarakat Bugis. Tidak hanya melibatkan kaum perempuan, tetapi juga kaum laki-laki. Ma'burasa biasanya dilakukan oleh masyarakat Bugis pada H-1 menjelang hari Lebaran.

Burasa dalam masyarakat Bugis biasanya ada tiga jenis yaitu pertama Burasa yang disebut “Lappa-Lappa” terbuat dari beras biasa (Oa) yang direndam Santan kelapa kemudian dibungkus daun pisang dua lapis agak lebar menipis.   Pembungkus Daun dalam dari pucuk pisang dan bungkusan luar Daun pisang matang kemudian  bungkusan itu disusun dua atau empat diikat menjadi satu dengan Tali Rapia (Rumput jepang) atau Tali Batang Pisang.

Burasa kedua dan ketiga di bungkus berbentuk bulat agak memanjang dan berisi beras biasa atau beras ketan yang telah direndam Santan Kolapa (untuk yang dibungkus dengan daun pisang),  biasanya satu ikatan terdiri dari dua atau satu bungkusan,   sedang burasa ketiga bulat memanjang berisi beras ketan di rendam santan kolapa hanya di bungkus daun kolapa muda yang kemudian diikat.   Makanan ini selain untuk bekal dalam perjalanan jauh terutama dalam pelayaran, makanan ini juga disajikan khas dalam menyambut hari atau acara besar dengan ritual khas seperti lebaran dan prosesi tertentu.

Mengikat Burasa punya seni dan butuh keterampilan, istilahnya yaitu Massio' Burasa.  Tali pada ikatan Burasa mewakili tali silaturahmi yang diperkuat menjelang ldul Fitri.   Tali itu juga  menjadi simbol ikatan batin antara perantau dan keluarganya itulah sebabnya saat mengikat Burasa ikatannya harus kuat.    Setinggi apa pun sekolahmu, pulanglah mengikat Burasa maknanya sejauh apa pun kita melangkah, jangan pernah lupa keluarga dan adat budaya di kampung halaman.   Sejak kecil dulu tali Burasa telah mengikat hati, tersimpul mati, wujudkan jiwa petarung sejati demi bakti untuk orangtua yang tak terganti.

Burasa Penganan Bugis di hari Lebaran


Burasa Penganan tradisi masyarakat Bugis.

Burasa penganan bekal dengan filosopi khas Bugis.

 

 

Jumat, 14 Juni 2024

MASYARAKT PERBATASAN DAN TERPENCIL THAILAND TERANCAM PENCEMARAN MERKURI DARI LAOS

NusaNTaRa.Com 

byBahrIHasupiaN,          R   a   b   u,     1   2     J   u   n   i      2   0   2   4

Pembangkit Listrik di Honsa Laos yang berdampak ke perbatasan Thuiland

Kanchanaporn Paeng-ud di fajar cerah sedang berdiri di puncak bukit tempat keluarganya mengolah tapioca sesekali ia memandang  lembah-lembah luas yang menghampar hingga ke negara tetangga, Laos.   Sejauh sekitar 20 kilometer di sana, gumpalan-gumpalan asap yang mengepul tinggi ke langit terlihat di cakrawala. Selama lima bulan dalam setahun, bubungan asap serupa awan itu larut menjadi partikel-partikel kecil, lantas terhembus oleh angin sampai ke kampung halamannya Nan di Thailand.

Proyek Pembangkit Listrik Mulut Tambang Hongsa menjadi sumber asap itu, pembangkit listrik tenaga batu bara yang mulai beroperasi pada tahun 2015 di Provinsi Xayaboury, Laos.   Sejak itu, orang-orang di perbukitan Nan, satu provinsi di timur laut Thailand yang berbatasan dengan Laos, menyaksikan betapa hal-hal janggal kerap terjadi di kampung-kampung mereka, termasuk gangguan kesehatan.

Di Distrik Chalermprakiat, penduduk setempat mengamati bagaimana tanaman-tanaman mereka tak bisa dipanen karena penyakit  dan tanah pun makin tak subur,  bahkan  mereka diperingatkan untuk tidak makan ikan lokal dan berhati-hati dengan air yang mereka minum dimana  anak-anak, pada khususnya, kerap terjangkit penyakit pernapasan.  Kecurigaan kian pekat menyelimuti. Warga yakin pembangkit listrik penuh polusi di sisi lain perbatasan itulah penyebabnya.  Chalermprakiat merupakan sudut terpencil di negara Thailand, tempat tinggal masyarakat etnis Lua yang bergantung erat pada hasil bumi – memanen kopi, beras, jagung, udang, kepiting, dan ikan.

Kemunculan pembangkit listrik Hongsa melahirkan isu tak sedap yang hari demi hari, hidup terasa makin menegangkan, dan banyak warga yang khawatir masalah kesehatan akan kian parah di tahun-tahun mendatang.     Orang-orang kampung khawatir. Sebab kalau dampak ini benar-benar datang dari sisi sana, kami bisa apa? Kami tidak bisa pindahkan desa karena kami lahir di sini dan semua yang dimiliki orang-orang kampung ya adanya di sini   ”,  Ujar SiDinGal Kanchanaporn mengungkapkan.   Setelah bertahun-tahun melakukan pengumpulan data, observasi lingkungan, dan sains warga (citizen science), korelasi kuat  antara  pembangkit listrik Hongsa dan keadaan 8 desa di Nan. 

Didanai oleh Health Systems Research Institute, sebuah lembaga negara yang otonom di Thailand, sekelompok pakar yang terlatih dalam bidang teknik, ilmu sosial, kesehatan, dan hukum lingkungan telah mengumpulkan bukti tercemarnya udara, tanah, dan air oleh logam-logam berat di area itu.      Kemudian, kami mengumpulkan sampel-sampel di berbagai lokasi yang kami perkirakan memiliki tingkat dampak yang berbeda-beda," jelas Profesor Tanapol Penrat dari Fakultas Teknik Lingkungan di Naresuan University.

Pertanian Desa perbatasan Thailand seperti Nan mengalami
dampak pencemaran Industri dari Laos

Harap dan cemas semakin berkecamuk di tengah rencana pembangunan megaproyek jembatan darat Kra di Thailand,     Kami menemukan bahwa jumlah polutan yang mengendap di area ini, yang berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara, berkorelasi dengan dampak yang dilihat petani dan ... dengan pH (tingkat keasaman) tanah  ”,  Ujar SiDinGal  menambahkan dan      Jadi, kami menyimpulkan adanya kontribusi signifikan dari pembangkit listrik tenaga batu bara tersebut  ”.   Yang paling mengkhawatirkan bagi masyarakat adalah penemuan dan peningkatan toksin berbahaya yang tak terlihat: merkuri.

KELANGGENGAN MERKURI

Napaporn Pongprasert  sukarelawan di puskesmas desa Nam Ree selama lebih dari empat tahun.  Misi utamanya :  melacak keberadaan merkuri.   Dia mengaku tidak pernah menyangka perannya di masyarakat akan melibatkan penangkapan ikan untuk pengambilan sampel bahan kimia  atau membantu pengujian rambut perempuan dan anak-anak setempat.   Merkuri dihasilkan dalam bentuk gas dari pembangkit listrik selama proses pembakaran batu bara  dan  menyebar melalui udara, air, dan tanah ke daerah sekitarnya,   merkuri di udara tidak terlalu beracun,  namun dampaknya meningkat ketika mengendap di air dan diserap oleh aneka hewan atau organisme laut.

"  Terjadi biomagnifikasi pada ikan sekitar 12.000 kali lipat dari konsentrasi yang tersimpan  ",   Ujar SiDin Prof. Tanapol dengan Plabomoranya (Hebatnya).  Tim peneliti ahli telah membantu melatih para relawan lokal seperti Napaporn dan Kanchanaporn untuk memantau lingkungan, mengukur berbagai parameter dasar di tanah dan air, kemudian memasukkan data tersebut ke satu sistem terpusat.   Ikan dengan kadar merkuri setinggi 0,16mg/kg telah diamati di daerah setempat  dan ini menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan para ahli. Lokasi ikan yang terdampak berkorelasi dengan model distribusi yang dirancang oleh Prof. Tanapol.

Meski angka ini masih di bawah batas maksimum yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) – yakni 0,5mg/kg – fakta bahwa dalam delapan tahun saja merkuri telah menyeruak ke lingkungan hingga skala ini merupakan masalah serius.  Pembangkit listrik Hongsa mengantongi konsesi pembangkit listrik selama 25 tahun, meningkatkan ketakutan akan potensi kontaminasi jangka panjang jika situasi ini tidak segera diatasi.

  Sekalipun merkuri dilepaskan dalam jumlah kecil, ketika memasuki rantai makanan dan ekosistem, toksisitasnya bisa meningkat sampai ratusan ribu kali lipat.  Misalnya, ketika orang makan ikan, tingkat racunnya akan turut meningkat  ”,   Ungkap SiDin Somporn Pengkam, direktur proyek penelitian pengembangan sistem pemantauan kesehatan masyarakat di Nan sekaligus ahli kesehatan dari Chulalongkorn University di Bangkok.  Merkuri pun telah terdeteksi dalam sampel rambut perempuan-perempuan di delapan desa di Nan.

Paparan merkuri dapat memengaruhi sistem saraf, pencernaan, kekebalan tubuh, pernapasan, paru-paru, dan ginjal manusia.   Merkuri dapat menyebabkan kanker, serta masalah perkembangan otak pada bayi.     Karena ketika terjadi paparan merkuri, merkuri ini tidak akan menumpuk di badan ibu melainkan pada janin, masuk melalui tali pusar. Ketika bayi lahir, bisa jadi akan ada masalah berupa perkembangan yang lambat  ”,  Ungkap  SiDin Somporn menambahkan.

Bagi Napaporn, makanan pokok yang vital bagi masyarakat setempat kini justru menimbulkan kecemasan dan keresahan,     Orang desa kan makan ikan tiap hari, dan kami tidak tahu apa yang ada di dalamnya dan kami jadi terus bertanya-tanya soal itu. Saya orang pertama yang tidak mau makan ikan. Dan saya sampai sekarang masih tidak mau makan ikan  ”,  Ujar SiDin Napaporn.    Dampak buruk merkuri pada lingkungan tak bisa hilang, dan degradasi tanah pertanian yang terjadi begitu cepat pun makin membebani masyarakat.

Analisis Prof. Tanapol dan catatan lanjutan di lapangan menunjukkan peningkatan kadar nitrogen dioksida dan sulfur dioksida yang terbentuk dari pembakaran batu bara. Akibatnya, tanah menjadi sangat asam, lalu muncullah penyakit tanaman seperti blas padi dan hawar daun,     Kami melihat berbagai kejanggalan di kawasan ini. Misalnya, leci yang kami tanam tidak berbuah. Di hutan, kami melihat tanaman mudah mati   ”,  Ujar SiGaluh Jirapat Saensri, wakil kepala Organisasi Administrasi Subdistrik Khun Nan,     Dan penduduk desa pun hasil panennya jauh lebih sedikit daripada sebelumnya. Berdasarkan data lama kami, produksi murbei sekitar 200 ton per tahun atau per panen. Sekarang, hanya 30 atau 40 ton  ”.

Akan hal ini.   Komunitas-komunitas di Nan telah mengajukan keluhan mengenai dampak-dampak lintas batas proyek tersebut ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Thailand (NHRC).  Komisi ini kemudian menginvestigasi berbagai masalah tersebut, serta berencana melaporkan kumpulan temuan serta rekomendasinya kepada pemerintah dalam beberapa bulan mendatang.     Kami, NHRC, mengajukan kepada perusahaan-perusahaan ini bahwa jika mereka berinvestasi bersama-sama, meskipun ini letaknya di Laos, mereka tetap bertanggung jawab kepada masyarakat Thailand di sekitar lokasi yang bisa terkena dampaknya  ”,   Ujar  SiDin Sayamol Kraiyunwong, Komisioner Nasional Hak Asasi Manusia Thailand.

  Tak kalah penting, perusahaan juga harus bertanggung jawab atas masyarakat Lao    dan    "  Meskipun bukan konvensi internasional, terdapat prinsip universal tentang bisnis dan hak asasi manusia yang diterima seluruh dunia  ",   Ujar  SiDin Sayamol dengan  Soppengernya (Jumawanya).  Ia menambahkan, mengingat perusahaan-perusahaan investor dalam proyek ini terdaftar di pasar saham Thailand, mereka harus terikat oleh kebijakan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) Thailand. Kebijakan tersebut mencangkum pula pembangunan berkelanjutan dan pertimbangan lingkungan.

Desa-desa di perbatasan Thailand dan Laos mengalami dampak
 lintas batas dari pembangkit listrik tenaga batu bara di dekatnya.

 

Masyaralat terpencil dan perbatasan Thailand terancam.

Pencemaran Industri dari negara tetangga semakin mengancam.

 

 

 

ARTIS AMANDA MANOPO MEMBANGUN RUMAHNYA YANG DIDESAIN AYAHNYA SENDIRI

NusaNTaRa.Com

byRaisALembuduT,          S   e   n   i   n,     1    0      J    u    n    i     2    0    2    

Amanda Manopo bareng Sang ayah berdarah Spanyol 

Kesuksesan sinetron Ikatan Cinta membuat nama Amanda Manopo melejit menjadi artis papan atas Indonesia.   Tidak heran kalau segala hal tentang Amanda Manopo selalu menjadi perbincangan hangat  dimana saja,  termasuk kehidupan pribadinya, serta sosok ayah Amanda Manopo yang selama ini tidak pernah terekspos.   Artis Amanda Manopo lahir dari pasangan Ayahnya Ramon Gauna Lugue yang memiliki darah campuran Minahasa dam Spanyol  dan sang ibu Henny Manopo Lugue.

Ternyata sicantik yang melakoni dunia artis Amanda Manopo  dimasa kecilnya yaitu ketika masih SD pernah menjadi Pasukan Paski brata sekolahnya dan ia sempat membagikan kisahnya tersebut.   Gadis yang berusia 24 tahun tersebut malu mengkisahkan pengalamannya itu,   "  Pernah SD (jadi petugas upacara). Bawa bendera dulu  ",   Ujar SiGaluH Amanda Manopo dalam unggahan instagram @amandamnopoupdatesz, Kamis (17/8/2023),   "  Ya cuma gitu doang sih, paskibra ya namanya kalau gak salah  ",   Ujar SiGaluH tegas.

Pekerjaan ayah Amanda Manopo  sebagai seorang Arsitek bangunan ini terbongkar saat sang aktris membeberkan pembangunan rumah baru.  Ternyata Amanda Manopo meminta ayahnya untuk mendesain rumah  "  Desainnya iyalah, karena kan papaku arsitek, jadi semua papaku yang desain, rumahnya udah jadi dari awal   ",  Ujar SiGaluH Amanda tegas.

Ya, ternyata pekerjaan ayah Amanda Manopo adalah seorang arsitek,   Ayahnya menjadi  pemeran Andin dalam sinetron Ikatan Cinta itu juga memiliki pekerjaan yang tak kalah mentereng di masa lalu.   Sebuah kabar menyebut, Ramon adalah atlet renang asal Spanyol sebelum menikahi istrinya, Henny  Manopo Lugue.

Rumah baru Amanda Manopo yang didesain ayahnya sendiri bakal bertema Korea bercampur Bali.   Manajer Amanda Manopo, Ricco berujar, bangunan tersebut bakal memiliki empat lantai dengan kolam renang di bagian atas.   "  Buat Manda rumahnya ada lift-nya.  Pokoknya dingin deh, kolam renangnya di atas.  Ya jatuhnya biar adem kali ya.  Kalau orang lihat kan kalau di atas ada apa, sambil berenang gitu  ",  Ujar  SiGaluH Ricco sembari melepaskan senyum Dominggusnya (Sejahtera dan kreatip),   Selasa   (13/07/2021).

Sementara itu, Ricco menuturkan, lantai tiga rumah itu nantinya adalah ruangan milik Amanda Manopo,   "  Kamarnya Amanda kalau enggak salah di lantai tiga.  Karena di lantai tiga itu diblok tempat dia semua. Dari tempat sepatu, tas, semuanya. Khusus dia (lantai tiga) kayaknya  ",  Ujar SiGaluH  Ricco.   Lebih lanjut, ibunda Amanda Manopo, Henny Manopo mengatakan, desain interior rumah tersebut sedang dalam proses pengerjaan oleh suaminya.

"  Karena ini kan rumah baru, memang idenya dia (Amanda Manopo).   Jadi idenya dia sampaikan ke daddy-nya.  Jadi daddy-nya yang desain.   Desain dalam rumahnya sesuai dengan keinginan dia  ",   Ujar SiGaluh Henny Manopo dengan Ahmadernya (Manisnya).   "  Kalau daddy-nya kan memang (orang) interior desain, pasti daddy-nya.   Kalau saya mah enggak mau ikut campur karena itukan rumahnya dia  ",  Ujar SiGaluH Sang mamahnya. 

Amanda Manopo dan Ayahnya di siaran Televisi


Amanda Manopo membangun rumah desain Ayahnya.

Ayah Artis minahasa itu seorang Spanyol dan Arsitek baa. 

 

 

SEJARAH ASAL USUL NASI KUNING DARI KERAJAAN HINDU JAWA DENGAN WARNA KUNINGNYA YANG SAKRAL

NusaNTaRa.Com  byMapiroHBorrA,     S   e   n   i   n,     1   0     J   u   n   i    2   0   2   4 Nasi Kuning kuliner khas Indonesia tela...