NusaNTaRa.Com
byBasruLDatUMabusunG, M i n g g u, 2 3 J u n i 2 0 2 4
Rhoma Irama si Raja Dangdut melejit dengan OM SONETA |
Rhoma lahir
di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 11 Desember 1946. Nama lahirnya bukanlah Rhoma
Irama melainkan “Raden Irama”. Buku Dangdutan, kumpulan Tulisan Dangdut dan Praktiknya di
Masyarakat, karya Michael H.B. Raditya, kedua orang tua Rhoma, R. Burdah dan
Tuty Juwariyah memberikan nama Irama itu karena terinspirasi dari grup
sandiwara Irama Baru. Di panggung ia memilih nama Oma Irama sebgai nama. Perjalanan musiknya Oma bergabung pada grup
musik Gahyand, Tornado, juga Varia Irama Melody
dan Rhoma mengkover karya-karya
musisi barat seperti The Beatles, Paul Anka, Golden Singer, Pat Boone, Elvies
Presley.
OM Soneta Group |
Rhoma
sempat bergabung ke beberapa orkes Melayu, seperti OM Chandraleka pimpinan Umar
Alatas, OM Purnama pimpinan Awab Haris, OM Pancaran Muda pimpinan Zakaria, pada pertengahan 1960-an sebagaimana catatan H.B. Raditya. Tidak puas dengan pencapaiannya kala
itu, dia memutuskan kolaborasi dengan
beberapa grup musik pop. diantaranya
berduet dengan Inneke Kusumawati, diiringi band Zaenal Combo dan de Galaxies.
Kolaborasi tersebut menghasilkan beberapa karya seperti Jangan Kau Marah dan
Cinta Buta.
Saat Oma
berduet dengan Wiwil Abidien keluar sebagai pemenang pertama di ajang Festival Pop Asia Tenggara
tahun 1972, karier Oma pun semakin
neik. Oma mengambil langkah penting
pada 1970, dengan membentuk OM sendiri bernama Soneta. Lewat
Soneta, Oma berduet dengan Elvy Sukaesih mulai dari sinilah takdir membawanya
menjadi raja dangdut kelak. Album
perdananya, berjudul Begadang, meledak di pasaran dan terjual 1 juta keping. Kabarnya, bukan
Begadang yang dijagokan meraih hits, melainkan Tung Keripit, karena aransemen
dan beat lagu. Akan tetapi, pasar punya selera sendiri, Begadang.
Bersama
Soneta, Oma juga melakukan terobosan,
yaitu pergi haji. Keputusan tersebut mendapat tentangan dari para seniman musik,
mengingat panggung musik identik dengan minuman keras, seks bebas, dan
penyalahgunaan narkotika. Oma tak bergeming,
dia tetap memutuskan tetap berangkat haji pada 1975. Langkah beraninya kemudian diiringi dengan
perubahan nama menjadi Rhoma Irama. R untuk Raden dan H untuk haji.
Oma
menggapai puncak kejayaannya dengan Soneta di
era 1970-an, musik dangdut yang ditawarkan Soneta diterima
di masyarakat. Lirik-lirik yang lekat dengan kehidupan sehari-hari, membuat
karya-karya Rhoma mendapat tempat di hati masyarakat, terutama kalangan kelas menengah bawah. Setiap kali manggung, panggung Soneta
dijejali oleh masyarakat. Bahkan, Rhoma bersama Soneta harus berkeliling kota
terlebih dahulu sebelum manggung. Dalam bincang-bincang di Podcast Helmy Yahya,
Rhoma menuturkan, kala itu masyarakat tidak percaya ada Soneta, kalau belum
melihat sosok aslinya.
Rhoma yanh melejik dengan DangDuk tak melupakan
akarnya, yaitu pop. Pada 1977, label Yukawi berjudul Pop
Indonesia Vol. I, Rhoma Irama. Demikian diakses dari situs arsip musik
Indonesia iramanusantara.org. Dalam
vinil itu terdapat lima lagu karya Rhoma Irama, berjudul Remaja, Naviri, Bulan,
Luka Derita, dan Mengapa Membisu. tanpa suara gendang atau suling dalam lagu-lagu
tersebut cenderung bernuansa sangat ngepop. Dengan genre rock, Rhoma juga memiliki
ikatan yang kuat. Kabar ini sudah lama beredar, karena warna sejumlah lagu
Soneta memiliki kesamaan dengan Deep Purple. Beberapa karyanya seperti Seni,
Hari Berbangkit, Nafsu Serakah, dan Badai Fitnah, menurut Michael H.B. Raditya
dikutip dari popharini.com, terpengaruh oleh Deep Purple.
Mengenai Deep Purple, Michael menulis bahwa Rhoma tidak pernah membantah terinspirasi dari band asal Inggris tersebut. Bagi Rhoma, band itu menginspirasinya untuk berkarya. Rhoma bersama Soneta memiliki hubungan negatif dengan rock. Pada 70-an, dangdut Rhoma berseteru dengan rock, saat itu diwakilli oleh Benny Soebardja atau Achmad Albar.
Rhoma Irama Raja Dangdut dan Elvy Sukaisih Ratu Dangdut |
Sebagai
Raja Dangdut, kontribusi Rhoma terhadap musik nasional sangatlah besar, figur
penting di balik kelahiran genre musik dangdut, pengembangan dari orkes melayu.
Keberanian Rhoma meracik berbagai genre
itu mengantarkannya pada penghragaan Raja Musik Asia Tenggara oleh majalah Asia
Week pada 1985. Melalui Soneta, Rhoma
merawat genre dangdut hingga sekarang. Sebanyak 600 lagu diciptakan Rhoma, dan
mayoritas sukses di pasaran. Salah satu karyanya, Begadang, masuk dalam daftar
150 musik terbaik Indonesia versi majalah Rolling Stone.
Selain itu,
pada era kejayaannya, Rhoma juga ikut mengorbitkan para musisi dangdut.
Beberapa pemusik seperti Elvy Sukaesih, dan Rita Sugiarto, nama mereka mengorbit
berkat Rhoma. Rita sendiri bercerita bahwa karier kedangdutannya melejit setelah
dididik sang Raja Dangdut. Pada usianya
yang tak muda lagi, Rhoma juga masih berani berinovasi. Pada April 2023, dia
membuat heboh jagat media sosial karena menyanyikan lagu berjudul Butter, karya
boyband asal Korea Selatan BTS. Lagu
itu dibawakan di tengah dia menyanyikan lagu miliknya, berjudul Musik, " Smooth like butter, like a criminal
undercover. Gon'pop like trouble breaking into your heart like that, ooh ."
Meski cuma sepotong, tetapi aksi Rhoma ini berhasil menyita perhatian para Kpopers, terutama Army-fans BTS. Lewat aksinya tersebut, dia seakan memberikan pesan bahwa karier Raja Dangdut belum habis, selain itu, dangdut adalah musik yang adaptif. Dapat bersanding dengan beragam genre. Termasuk musik Kpop. Era sudah berganti, pesona Raja Dangdut belum pudar. Rhoma masih dipercaya mengisi panggung-panggung musik nasional. Melaui podcast-nya, dia pun membagikan pandangan dan gagasannya.
Rhoma Irama si Raja Dangdut |
Rhoma Irama si Haji dan Raja
Dangduk.
Musik berirama
Melayu dan sentuhan Rock, DangDuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar