Rabu, 26 Juni 2024

KISAH KUBURAN GUA TAMPANG ALLO DENGAN ROMANTIKA RAJA SANGALLA

NusaNTaRa.Com    

byPunGKadA,        R    a    b   u,     2   6       J     u     n     i        2    0    2    4

Dinding Kuburan Tampang Allo  di  Toraja

Memasuki gua Tampang Allo, saya merasakan keheningan dan kedamaian yang tidak biasa. Tempat ini adalah tempat persemayaman raja-raja dan bangsawan lama, terlihat dari bentuk tau-tau yang masih berbentuk tau-tau lama. Gua ini tidak terlalu luas, namun tinggi menjulang dan terbuka hingga tidak meninggalkan kesan pengap. Di sekelilingnya adalah sawah dan tumbuhan liar. Menuju gua Tampang Allo sebenarnya tidak terlampau jauh dari pintu gerbangnya, namun keheningan sepanjang jalan membuat saya merasa memasuki dunia yang berbeda.

Patung tau-tau kuno di dinding Pintu Masuk perkuburan

Berjarak kurang lebih sembilan kilometer dari Kota Makale yang merupakan ibukota Kabupaten Tana Toraja, tepatnya di Lembang Kaero, Kecamatan Sangalla, terdapat kompleks pekuburan alam kuno pada sebuah gua yang sangat unik nan penuh sejarah.  Pekuburan ini disebut Tampang Allo atau dikenal dengan sebutan Kuburan Gua Tampang Allo.  Spot wisata ini merupakan salah satu dari sekian cagar budaya yang ada di Toraja dengan keunikan berupa adanya puluhan peti meti kuno yang disebut erong dalam Bahasa Toraja, yang ditempatkan pada celah-celah dinding dan langit-langit gua beserta tengkorak dan tulang belulang dari jenazah yang dikuburkan di tempat ini ratusan tahun silam. Terdapat juga patung tau-tau kuno yang dijejerkan pada dinding gua.

Alkisah,  sejarah kuburan Gua Tampang Allo berawal dari kisah cinta sejati salah satu penguasa di Sangalla pada abad ke-16 silam, yakni Puang Manturino dengan sang istri Rangga Bulaan. Kala itu kedunya sepakat menjadikan gua Tampang Allo sebagai tempat pemakaman mereka kelak,  ketika  sang istri meninggal lebih dulu, Puang Manturino lalu menguburkan jenazah istrinya di gua ini.   Namun, saat sang suami meninggal, entah karena alasan apa, jenazah sang suami, yakni Manturino oleh keluarga tidak dikuburakan di gua ini melainkan di pekuburan Losso'  yang letaknya tak terlalu jauh dari gua Tampang Allo.  

Beberapa waktu kemudian keajaiban pun terjadi,   Erong atau peti mati kuno milik Puang Manturino tiba-tiba kosong.   Pihak keluarga pun mulai mencari keberadaan jasadnya dan tak lama kemudian menemukan jasad Manturino yang secara ajaib telah berpindah ke erong milik sang istri, Rangga Bulaan di Kuburan gua Tampang Allo.   Kuburan ini berada pada ketinggian 807 meter diatas permukaan laut, dimana terletak di sebelah selatan Rantepao sekitar 23 km.   Saat Anda memasuki kawasan kuburan tersebut akan melewati pematang sawah dan di depan kuburan gua tersebut juga terhampar sawah hijau.

Didalam Gua kuburan tersebut ditemukan puluhan erong (peti mayat dengan bentuk binatang), tau-tau (patung), banyak tengkorak serta tulang-belulang masyarakat Toraja dahulu kala yang dikubur disana. Gua alam tersebut menjadi kuburan bagi penguasa Sanggala pada abad ke-16 dahulu. Menjadi tempat penguburan bagi Sang Puang Menturino beserta istri dan keluarganya yang sangat dihargai dan diupacaran adat setiap tahunnya.

Di Tampang Allo saya melihat banyak tengkorak dan tulang belulang ditumpuk di beberapa tempat. Menurut tour guide kami, asalnya dari erong yang sudah lapuk dan jatuh. Tulang belulang tersebut tidak sembarangan langsung diambil dan ditumpuk begitu saja, melainkan melalui upacara adat yang dilakukan oleh keluarga. Luar biasa ya penghormatan Toraja kepada jasad manusia, bahkan menjadi tulang belulang.

Puang Manturino adalah raja Sangalla,  sehinga  harus ada penerusnya setelah ia tiada.   Maka dari itulah muncul Puang Musu sebagai raja Sangalla yang selanjutnya  dan tanda kepemimpinannya adalah pusaka kerajaan yang bernama Baka Siroe’. Puang Musu ini pun juga dijadikan sebgaai pimpinan Tongkonan Puang Kalosi.   Di masa pemerintahan Puang Musu, kerajaan Sangalla mendapat serangan dari Kerajaan Bone. Pada saat peperangan berlangsung, sang raja baru, Puang Musu melarikan diri menuju ke Madan dengan melewati sungai Sa’dan. Pada saat itulah Puang Musu bertemu dengan Karasiak.

Ada niat tersembunyi dari Karasiak. Dia menginginkan pusaka kerajaan yang dibawa oleh Puang Musu. Melihat Puang Musu sedang membawa senjata kerajaan, Karasiak berusaha merebut senjata tersebut dengan cara membunuh Puang Musu. Sejak saat itulah keluarga Puang Musu dan Karasiak tidak pernah berdamai.   Tahun 1934 ada niatan untuk berdamai antara keturunan Karasiak dan Puang Musu dengan menikahkan antar keturunan. Mereka pun menjadi satu keluarga dan bersepakat untuk menjadikan gua Tampang Allo sebagai pemakaman keluarga.

Peti mayat di sisipkan di celah-celah batu kuburan



Tampang Allo  keajaiban makam sepasang Raja Sangalla.

Tampang Allo kesepakatan makam raja dan ratu Sangalla.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KEJAYAAN KOPI DAN PERANG KOPI DI ERA KERAJAAN SULAWESI SELATAN

NusaNTaRa.Com     byPunGKadA,            M   i   n   g   g   u,    2    3       J     u     n     i        2     0     2     4 Pasar Kopi ...