NusaNTaRa.Com
byPunGKadA, R a b u, 2 6 J u n i 2 0 2 4
Dinding Kuburan Tampang Allo di Toraja |
Patung tau-tau kuno di dinding Pintu Masuk perkuburan |
Alkisah, sejarah kuburan Gua Tampang Allo berawal dari kisah cinta sejati salah satu penguasa di Sangalla pada abad ke-16 silam, yakni Puang Manturino dengan sang istri Rangga Bulaan. Kala itu kedunya sepakat menjadikan gua Tampang Allo sebagai tempat pemakaman mereka kelak, ketika sang istri meninggal lebih dulu, Puang Manturino lalu menguburkan jenazah istrinya di gua ini. Namun, saat sang suami meninggal, entah karena alasan apa, jenazah sang suami, yakni Manturino oleh keluarga tidak dikuburakan di gua ini melainkan di pekuburan Losso' yang letaknya tak terlalu jauh dari gua Tampang Allo.
Beberapa waktu kemudian keajaiban pun terjadi, Erong
atau peti mati kuno milik Puang Manturino tiba-tiba kosong. Pihak keluarga pun mulai mencari keberadaan
jasadnya dan tak lama kemudian menemukan jasad Manturino yang secara ajaib
telah berpindah ke erong milik sang istri, Rangga Bulaan di Kuburan gua Tampang
Allo. Kuburan ini berada pada
ketinggian 807 meter diatas permukaan laut, dimana terletak di sebelah selatan
Rantepao sekitar 23 km. Saat Anda
memasuki kawasan kuburan tersebut akan melewati pematang sawah dan di depan
kuburan gua tersebut juga terhampar sawah hijau.
Didalam Gua kuburan tersebut ditemukan puluhan erong (peti
mayat dengan bentuk binatang), tau-tau (patung), banyak tengkorak serta
tulang-belulang masyarakat Toraja dahulu kala yang dikubur disana. Gua alam
tersebut menjadi kuburan bagi penguasa Sanggala pada abad ke-16 dahulu. Menjadi
tempat penguburan bagi Sang Puang Menturino beserta istri dan keluarganya yang
sangat dihargai dan diupacaran adat setiap tahunnya.
Di Tampang Allo saya melihat banyak tengkorak dan tulang
belulang ditumpuk di beberapa tempat. Menurut tour guide kami, asalnya dari
erong yang sudah lapuk dan jatuh. Tulang belulang tersebut tidak sembarangan
langsung diambil dan ditumpuk begitu saja, melainkan melalui upacara adat yang
dilakukan oleh keluarga. Luar biasa ya penghormatan Toraja kepada jasad
manusia, bahkan menjadi tulang belulang.
Puang Manturino adalah raja Sangalla, sehinga harus ada penerusnya setelah ia tiada. Maka
dari itulah muncul Puang Musu sebagai raja Sangalla yang selanjutnya dan tanda kepemimpinannya adalah pusaka
kerajaan yang bernama Baka Siroe’. Puang Musu ini pun juga dijadikan sebgaai pimpinan
Tongkonan Puang Kalosi. Di masa
pemerintahan Puang Musu, kerajaan Sangalla mendapat serangan dari Kerajaan
Bone. Pada saat peperangan berlangsung, sang raja baru, Puang Musu melarikan
diri menuju ke Madan dengan melewati sungai Sa’dan. Pada saat itulah Puang Musu
bertemu dengan Karasiak.
Ada niat tersembunyi dari Karasiak. Dia menginginkan pusaka kerajaan yang dibawa oleh Puang Musu. Melihat Puang Musu sedang membawa senjata kerajaan, Karasiak berusaha merebut senjata tersebut dengan cara membunuh Puang Musu. Sejak saat itulah keluarga Puang Musu dan Karasiak tidak pernah berdamai. Tahun 1934 ada niatan untuk berdamai antara keturunan Karasiak dan Puang Musu dengan menikahkan antar keturunan. Mereka pun menjadi satu keluarga dan bersepakat untuk menjadikan gua Tampang Allo sebagai pemakaman keluarga.
Peti mayat di sisipkan di celah-celah batu kuburan
Tampang Allo keajaiban makam
sepasang Raja Sangalla.
Tampang Allo kesepakatan makam raja dan ratu Sangalla.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar