NusanTaRa.Com
byDwiSetyOIrawantO, 01 O k t o b e r 2020
Kalau dunia punya G-20, kami coba perkenalkan C-20. Jika G-20 (group of twenty)
merupakan forum 19 menteri keuangan atau gubernur bank sentral dari
negara-negara dengan perekonomian terbesar plus Uni Eropa, maka C-20 (club of twenty) kami maksudkan sebagai 20 kota atau kabupaten paling makmur di Indonesia.
Tingkat
kemakmuran sebuah kota/kabupaten diukur melalui indikator pendapatan
per kapita. Ini merupakan kalkulasi dari produk-domestik-regional-bruto
(PDRB) dibagi dengan jumlah penduduk.
Dengan ukuran itu,
kota-kota dengan skala ekonomi besar, dan PDRB yang juga besar, seperti
Medan, Makassar, Palembang atau Bandung, tidak selalu tergolong sebagai
kota makmur. Soalnya, jumlah penduduk yang menjadi faktor pembagi, juga
cukup besar.
Apa pentingnya ukuran kota/kabupaten termakmur?
Indikator ini penting sebagai patokan kinerja perekonomian di suatu
daerah. Selain itu, tolak ukur ini juga bisa digunakan untuk
membandingkan standar kehidupan atau tingkat kesejahteraan antardaerah.
Satu hal harus dicatat: pendapatan per kapita tak menunjukkan distribusi pendapatan. Artinya, kota paling makmur tak berarti hanya dihuni orang-orang kaya. Boleh jadi, kemakmuran itu terkonsentrasi hanya pada satu lapisan kecil dari populasi – sebagian besar yang lain justru hidup di bawah garis kemiskinan.
Kota Kediri masuk tiga besar
Pengolahan Lokadata.id atas data Sensus Sosial dan Ekonomi (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan sejumlah fakta menarik. C-20 didominasi kota/kabupaten di Pulau Jawa dan Kalimantan. Kedua pulau ini masing-masing menyumbangkan tujuh kota/kabupaten.
Sisanya, empat kota/kabupaten berasal dari Sumatera, dan dua dari Pulau Papua. Tak satu pun wilayah di Sulawesi, tidak Manado, tidak pula Makassar, yang masuk dalam kelompok 20 kota paling makmur di Indonesia.
Predikat kota termakmur
Indonesia 2018 jatuh pada, mungkin mudah ditebak, Jakarta Pusat, dengan
tingkat pendapatan per kapita Rp370 juta. Artinya, total produksi barang
dan jasa di jantung ibukota RI itu mencapai Rp30 juta lebih per
penduduk, per bulan. Ini hampir sepuluh kali lipat tingkat kemakmuran di
Kabupaten Penajam Paser Utara, calon ibukota yang baru.
Namun
tak semua wilayah di ibukota RI masuk dalam C-20. Selain Jakpus, hanya
ada dua kota lain: Jakarta Utara dan Jakarta Selatan. Sementara itu,
Jakarta Timur dan Jakarta Barat berada di luar daftar – kalah makmur
dari daerah lain yang mungkin tidak pernah kita dengar, seperti Tana
Tidung (Kalimantan Utara), Anambas (Kepulauan Riau), Bengkalis dan Siak
(keduanya di Provinsi Riau).
Urutan kedua kota termakmur
Indonesia 2018 ditempati oleh Bintuni, Provinsi Papua Barat. Kota yang
menjadi markas BP Petroleum, pengelola tambang gas alam terbesar
Indonesia itu, mencatat pendapatan per kapita senilai Rp328 juta (2018).
Ini hampir sembilan kali lipat pendapatan per kapita Kota Manokwari,
ibukota Papua Barat.
Yang mengejutkan, Kota Kediri, satu wilayah kecil di Jawa Timur, muncul di urutan ketiga kota termakmur 2018 dengan pendapatan per kapita Rp291 juta, atau dua kali tingkat kemakmuran di ibukota Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya.
Kutai Barat terpental, Surabaya merangsek masuk
Yang juga menarik, anggota C-20 ini praktis tidak berubah dalam empat tahun terakhir (2014-2018), kecuali satu: Kabupaten Kutai Barat di Kalimantan Timur, terpental dari daftar dan digantikan oleh Kota Surabaya, Jawa Timur.
Kutai Barat (Kubar) melorot dari posisi 19 ke urutan 22
besar. Dalam periode empat tahun, sumbangan sektor andalan, yaitu
pertambangan tampak melorot. Beberapa sektor lain memang meningkat
sangat pesat.
Misalnya, sektor pengadaan listrik dan gas; jasa
informasi dan komunikasi; jasa pendidikan dan kegiatan sosial; yang
tumbuh 30 persen lebih. Sayang, nilainya terlalu kecil untuk bisa
mendongkrak perekonomian Kubar.
Sementara itu, Kota Surabaya
melonjak lima tingkat dari posisi 21 ke urutan 16. Selama kurun
2014-2018, tiga sektor utama penopang perekonomian Surabaya, yakni
perdagangan, industri pengolahan dan akomodasi, tumbuh pesat.
Pertumbuhan tertinggi, 37,5 persen, terjadi pada sektor akomodasi.
Jawa didorong sektor jasa, luar Jawa oleh tambang
Apa yang membuat kota-kota itu menjadi makmur? Jakarta dan Surabaya didorong oleh sektor jasa, terutama perdagangan, transportasi, akomodasi dan keuangan. Sedangkan dua kota makmur lain di Jawa, yakni Cilegon dan Kediri tumbuh dengan mesin utama industri pengolahan.
Selain
kompleks industri baja Krakatau Steel, Cilegon penuh dengan
pabrik-pabrik kelas berat seperti kompleks petrokimia Chandra Asri dan
Asahimas Chemical. Seperti Cilegon, Kediri yang merupakan markas pabrik
rokok terbesar Indonesia, Gudang Garam, juga hidup dari industri
pengolahan.
Dalam daftar 20 besar terdapat Kepulauan Seribu. Mungkin kita menduga, kota kepulauan dengan wilayah laut yang luas di utara Jakarta itu hidup dari perikanan dan pariwisata. Dugaan ini ternyata meleset. Lebih dari 80 persen perekonomian Kepulauan Seribu berasal dari sektor tambang galian.
Untuk daerah di luar Jawa,
bensin terbesar perekonomian datang dari industri ekstraktif. Tambang
batu bara tetap menjadi sumber hidup bagi kota/kabupaten di Kalimantan,
seperti Berau, Kutai Kartanegara, Tana Tinggi, juga Paser dan Kutai
Timur.
Industri pengolahan yang mesin terbesar di Balikpapan, Bontang, Bintuni, Mimika, Natuna dan Anambas juga bersumber dari kegiatan penambangan, terutama migas. Peran industri pengolahan minyak sawit mulai tampak nyata di Kabupaten Siak. dr.Lokadata,31/10/2019
Kalau dunia G-20 Group of twenty,
Di Indonesia C-20 negara Group of Twenty.
NusanTaRa.Com
melayani Adverstetment
Sila dail nomor 0812 5856 599
Tidak ada komentar:
Posting Komentar