NusanTaRa.Com
byLaDollaHBantA, 15 D e s e m b e r 2019
Pada peringatan
hari Sedunia 16 Oktober 2017 yang
diselenggarakan di Kantor Wilayah FAO untuk Asia dan Fasifik di Bangkok,
Tahailand, lima petani di Asia Pasifik
memperoleh penghargaan dari Organisasi Pangan Dunia (Food and Agriculture
Organization/FAO) atas keberhasilan mengembangkan pertanian di negara
masing-masing. Satu diantaranya petani
asal Indonesia, Ulus Pirmawan, merupakan salah satu diantara peraih penghargaan
itu yang lainnya diterima Shafiqa Wahidi
asal Afghanistan, Eri Otsu dari Jepang, Boonpheng Nasomyon asal Thailand, dan
Indra Kumari Lawati dari Nepal.
Ulus
mengaku, penghargaan dari FAO itu diberikan karena dirinya dianggap telah
berhasil menciptakan kemandirian dalam pertanian dari hulu sampai hilir,
termasuk dengan turut mengangkat nasib para petani di Kampung Gandok, Desa
Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. "
Sejak kecil, saya mah sudah diajarkan bertani oleh kedua orangtua saya.
Mereka berdua terus mendidik saya sampai bisa menjadi petani mandiri dan meraih
penghargaan dari FAO " , Ujar SiDin Ulus Pirmawan.
Ulus Pirmawan
juga dianggap memiliki konsep yang layak untuk diterapkan dalam dunia
pertanian. Ulus ingin menciptakan sektor pertanian terpadu di mana memadukan
sektor pertanian dan peternakan.
" Dengan sektor pertanian
terpadu, hasil sayuran bisa lebih ramah lingkungan dan ramah konsumsi. Karena
kotoran ternak bisa jadi pupuk, limbah sayuran bisa jadi pakan ternak ",
Ujar SiDin Pada NusanTaRa.Com dan
" Sejak kecil, saya sudah
diajarkan bertani oleh kedua orangtua saya. Mereka berdua terus mendidik saya
sampai bisa menjadi petani mandiri dan meraih penghargaan dari FAO ",
tambahnya.
Meski berpendidikan
tingkat SD tidak menjadi halangan
baginya, karena menurut dia, dengan ketekunan dan keuletan dalam mengolah lahan
pertanian, dirinya dipercaya menjadi Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
Wargi Pangupay di kampungnya. Dia
mengatakan, komoditas unggulan petani Gapoktan Wargi Pangupay ialah buncis
Kenya (baby buncis). Berkat buncis Kenya itu, hasil pertanian di Kampung Gandok
bisa diekspor ke Singapura sejak 2015 lalu. "
Selain mengekspor buncis Kenya, beragam sayuran dari Kampung Gandok juga
telah dikirimkan ke swalayan di Bandung dan Jakarta, untuk memenuhi permintaan
dari sejumlah perusahaan penyalur sejak sekitar 1995 ",
Ujar SiDin Laji.
Sebagai
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Warga Pangupay , ia berhasil meniadakan
tengkulak dan menjalani fungsi perantara sejak 2017, sehingga anggota kelompok yang diketuainya
dapat menghasilkan pendapatan sekitar Rp15 juta per bulan atau empat kali lipat
dari sebelumnya. Pada 2014, Ulus
Pirmawan berpartisipasi dalam program pertukaran pertanian JICA dan memperluas
keterampilan pemasarannya. Pada 2014 dan 2015, dia menerima penghargaan dari
Pemerintah RI atas keberhasilannya mengekspor buncis berkualitas tinggi.
Dia
mengatakan, komoditas unggulan petani Gapoktan Wargi Pangupay ialah buncis
Kenya (baby buncis). Berkat buncis Kenya itu, hasil pertanian di Kampung Gandok
bisa diekspor ke Singapura sejak 2015 lalu.
Ulus
mengungkapkan, penyemprotan pestisida mestinya tidak dilakukan setiap saat,
tetapi dilakukan apabila ada hama, supaya hasil pertanian terbebas dari bahan
kimia, petani Kampung Gandok kini lebih mengutamakan penggunaan pupuk kompos
sebagai pupuk dasar sehingga hasil uji labolatorium sayuran yang ditanam lolos
residu. " Selain baby buncis yang jadi andalan kami,
sayuran lainnya yang dihasilkan para petani di Kampung Gandok di antaranya
ialah tomat, buncis, kol, brokoli, sawo, terong, dan cabai ",
Ujar SiDin Ulus Pirmawan.
Saat
ini Gapoktan Wargi Pangupay telah menghimpun anggota sekitar 100 lebih petani yang mengelola lahan pertanian seluas
sekitar 130 hektare di Kampung Gandok. Untuk
mengembangkan hasil pertanian, Gapoktan Wargi Pangupay juga telah menjalin
kemitraan dengan kelompok-kelompok tani dari Kabupaten Bandung, Sumedang,
hingga Situbondo.
Siska
Widyawati, selaku Communication Specialist FAO Indonesia 2017, menyatakan, FAO
memiliki lima strategi objektif ketahanan pangan, yang mana Ulus dinilai dapat
mewujudkannya. Menurut dia, Ulus juga
telah membawa triple-win keuntungan bagi para petani dan keluarganya, serta
kelompok tani. " Jadi kami itu punya yang namanya triple-win,
peningkatan produksi, penambahan penghasilan petani, dan peningkatan nutrisi.
Pak Ulus bisa memenuhi tiga kriteria itu
", Ujar SiGaluh Siska Widyawati.
Tanaman
subur petani jadi baik,
Ulus
Pirmawan terima penghargaan FAO 2017 di Bangkok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar