Selasa, 15 September 2020

PETANI ASAL LEMBANG RAIH PENGHARGAAN FAO 2017 di BANGKOK.


NusanTaRa.Com
byLaDollaHBantA,                                                                               15     D e s e m b e r    2019



Pada peringatan hari Sedunia  16 Oktober 2017 yang diselenggarakan di Kantor Wilayah FAO untuk Asia dan Fasifik di Bangkok, Tahailand,  lima petani di Asia Pasifik memperoleh penghargaan dari Organisasi Pangan Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) atas keberhasilan mengembangkan pertanian di negara masing-masing.    Satu diantaranya petani asal Indonesia, Ulus Pirmawan, merupakan salah satu diantara peraih penghargaan itu yang lainnya diterima  Shafiqa Wahidi asal Afghanistan, Eri Otsu dari Jepang, Boonpheng Nasomyon asal Thailand, dan Indra Kumari Lawati dari Nepal.

Ulus mengaku, penghargaan dari FAO itu diberikan karena dirinya dianggap telah berhasil menciptakan kemandirian dalam pertanian dari hulu sampai hilir, termasuk dengan turut mengangkat nasib para petani di Kampung Gandok, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.    "  Sejak kecil, saya mah sudah diajarkan bertani oleh kedua orangtua saya. Mereka berdua terus mendidik saya sampai bisa menjadi petani mandiri dan meraih penghargaan dari FAO  " ,  Ujar SiDin Ulus Pirmawan. 

Ulus Pirmawan juga dianggap memiliki konsep yang layak untuk diterapkan dalam dunia pertanian. Ulus ingin menciptakan sektor pertanian terpadu di mana memadukan sektor pertanian dan peternakan.   "  Dengan sektor pertanian terpadu, hasil sayuran bisa lebih ramah lingkungan dan ramah konsumsi. Karena kotoran ternak bisa jadi pupuk, limbah sayuran bisa jadi pakan ternak  ",  Ujar SiDin Pada NusanTaRa.Com dan    "  Sejak kecil, saya sudah diajarkan bertani oleh kedua orangtua saya. Mereka berdua terus mendidik saya sampai bisa menjadi petani mandiri dan meraih penghargaan dari FAO  ",  tambahnya.

Meski berpendidikan  tingkat SD tidak menjadi halangan baginya, karena menurut dia, dengan ketekunan dan keuletan dalam mengolah lahan pertanian, dirinya dipercaya menjadi Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Wargi Pangupay di kampungnya.    Dia mengatakan, komoditas unggulan petani Gapoktan Wargi Pangupay ialah buncis Kenya (baby buncis). Berkat buncis Kenya itu, hasil pertanian di Kampung Gandok bisa diekspor ke Singapura sejak 2015 lalu.   "  Selain mengekspor buncis Kenya, beragam sayuran dari Kampung Gandok juga telah dikirimkan ke swalayan di Bandung dan Jakarta, untuk memenuhi permintaan dari sejumlah perusahaan penyalur sejak sekitar 1995  ",  Ujar SiDin Laji. 

Sebagai Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Warga Pangupay , ia berhasil meniadakan tengkulak dan menjalani fungsi perantara sejak 2017,  sehingga anggota kelompok yang diketuainya dapat menghasilkan pendapatan sekitar Rp15 juta per bulan atau empat kali lipat dari sebelumnya.   Pada 2014, Ulus Pirmawan berpartisipasi dalam program pertukaran pertanian JICA dan memperluas keterampilan pemasarannya. Pada 2014 dan 2015, dia menerima penghargaan dari Pemerintah RI atas keberhasilannya mengekspor buncis berkualitas tinggi.

Dia mengatakan, komoditas unggulan petani Gapoktan Wargi Pangupay ialah buncis Kenya (baby buncis). Berkat buncis Kenya itu, hasil pertanian di Kampung Gandok bisa diekspor ke Singapura sejak 2015 lalu.

Ulus mengungkapkan, penyemprotan pestisida mestinya tidak dilakukan setiap saat, tetapi dilakukan apabila ada hama,  supaya hasil pertanian terbebas dari bahan kimia, petani Kampung Gandok kini lebih mengutamakan penggunaan pupuk kompos sebagai pupuk dasar sehingga hasil uji labolatorium sayuran yang ditanam lolos residu.   "  Selain baby buncis yang jadi andalan kami, sayuran lainnya yang dihasilkan para petani di Kampung Gandok di antaranya ialah tomat, buncis, kol, brokoli, sawo, terong, dan cabai  ",  Ujar SiDin Ulus Pirmawan. 

Saat ini Gapoktan Wargi Pangupay telah menghimpun anggota  sekitar 100 lebih  petani yang mengelola lahan pertanian seluas sekitar 130 hektare di Kampung Gandok.   Untuk mengembangkan hasil pertanian, Gapoktan Wargi Pangupay juga telah menjalin kemitraan dengan kelompok-kelompok tani dari Kabupaten Bandung, Sumedang, hingga Situbondo.

Siska Widyawati, selaku Communication Specialist FAO Indonesia 2017, menyatakan, FAO memiliki lima strategi objektif ketahanan pangan, yang mana Ulus dinilai dapat mewujudkannya.  Menurut dia, Ulus juga telah membawa triple-win keuntungan bagi para petani dan keluarganya, serta kelompok tani.   "  Jadi kami itu punya yang namanya triple-win, peningkatan produksi, penambahan penghasilan petani, dan peningkatan nutrisi. Pak Ulus bisa memenuhi tiga kriteria itu  ",  Ujar SiGaluh Siska Widyawati.



Tanaman subur petani jadi baik, 

Ulus Pirmawan terima penghargaan FAO 2017 di Bangkok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...