Selasa, 31 Maret 2020

KEJAYAAN KOPASANDHA MENUMPAS PEMBAJAKAN GARUDA DC-9 WOYLA DI DON MUANG THAILAND 1981.


NusanTaRa.Com
byKariTaLa  LA,  16/11/2019

Mungkin banyak bangsa Indonesia yang tidak mengetahui sejarah ke gemilangan Pasukan Kopasanda (Korps Pasukan sandhi Yudha) dalam tragedy pembebasan penyanderaan Pesawat Garuda DC-9 Woyla oleh Kelompok Islam Ekstrim  di Bandara Don Muang, Thailand selasa, 31 Maret 1981.  Meski pasukan Kopasanda tersebut di bawah pimpinan Sintong Panjaitan yang beranggotakan 20 orang harus kehilangan Prajurit terbaiknya Lettu Infanteri Anumerta Achmad Kirang dan seorang Kapten Pilot Herman Rante karena tertembak oleh para penyandera.
Tragodi pembajakan ini berawal dari Penerbangan Pesawat Garuda DC-9 Woyla, Sabtu - 28 Maret 2018 Jam 08.00 WIB, yang membawa penumpang  33  orang dari Jakarta-Medan dan transit di Bandara Talang Betu Palembang.   Dari Palembang pesawat  menuju Polonia Medan dengan tambahan penumpang 15 orang,   dalam perjalanan dari Palembang ke Medan, tiba-tiba 5 anggota kelompok ekstremis  “ Komando Jihad “ pimpinan Imran bin Muhammad Zein  yang menyamar sebagai penumpang beraksi,  seorang pelaku menuju ke kokpit dan yang lainnya berdiri di gang antara tempat duduk pesawat dengan dilengkapi senjata api.

Teroris yang berada di ruang Pilot menodongkan senjata sembari berkata “  Jangan bergerak, pesawat kami bajak… ”  dan meminta untuk diterbangkan ke Colombo Srilangka.  Namun pilot mengatakan bahwa itu tak mungkin karena bahan bakar tak cukup, sehingga pesawat diterbangkan ke Thailand dengan terlebih dahulu singgah di P. Pinang Malaysia untuk mengisi bahan bakar.  Seorang Nenek Hulda Panjaitan  76 tahun diperbolehkan turun di P. Pinang oleh para teroris karena ia tak henti-hentinya menangis di dalam pesawat.  

Dari P. Pinang pesawat diterbang ke Thailand atas paksaan teroris dan adanya penerimaan pemerintah Thailand untuk mengizinkan pesawat tersebut mendarat di wilayahnya.    Para teroris kemudian membacakan tuntutan yang ditujukan pada pemerintah Indonesia, yaitu  :   1. Anggota Komando Jihad di Indonesia yang berjumlah 80 orang sebagai tahanan politik segera dibebaskan.   2. Meminta uang sejumlah US$ 1,5 juta.  3. Orang Israel dikeluarkan dari Indonesia.   4. Adam Malik dicopot sebagai Wakil Presiden.   Mereka juga meminta pesawat itu untuk pembebasan tahanan dan untuk terbang ke tujuan yang dirahasiakan dan mengancam telah memasang bom di pesawat Woyla dan tidak segan untuk meledakkan diri bersama pesawat tersebut.

Berita pertama pembajakan tersebar pukul 10.18, saat Captain Pilot A. Sapari dengan pesawat Fokker-28 Garuda Indonesia nomer penerbangan 145, jurusan Pekanbaru – Jakarta, yang baru tinggal landas dari Bandara Simpang Tiga, Pekan Baru mendengar panggilan radio dari GA 206 yang berbunyi  :  Report this ad   “..being hijacked, being hijacked  ”.   Berita tersebut langsung diteruskan ke Jakarta kepihak militer hingga ke Wakil Panglima ABRI Laksamana Sudomo yang meneruskan ke Kepala Pusat Intelijen Strategis Benny Moerdani kemudian menghubungi Asrama Kopasandha (Sekarang Kopassus) yang diterima oleh Asisten Operasi Kopasandha LetKol. Sintong Panjaitan.  

Minggu 29 Maret 1981, pukul 21.00, sejumlah 35 anggota Kopassandha meninggalkan Indonesia dalam sebuah DC-10, mengenakan pakaian sipil.   
Minggu pagi Dubes Amerika Serikat Edward Masters mengkhawatirkan akan keselamatan warganya yang berada di GA 206, apabila opsi militer dilakukan,      I am sorry sir, but this is entirely an Indonesian problem. It is an Indonesian aircraft  ”, Ujar SiDin Benny dengan Plabomoranya,     Indonesia berhak mengambil segala langkah dalam meringkus pembajak dan tidak perlu izin dari negara lain. We don’t guarantee anything..”

Setelah berhasil mendarat di Don muang Thailand agak jauh dari pesawat yang dibajak  Senin 30 Maret 2019 malam,  maka Selasa 31 Maret 1981, dini hari  pukul 02.45, prajurit bersenjata mendekati pesawat secara diam-diam. Dengan plant operational Tim Merah dan Tim Biru memanjat ke sayap pesawat dan menunggu di pintu samping dan  Tim Hijau akan masuk lewat pintu belakang.   Kemudian pasukan dengan mobil secara senyap menuju pesawat,  “ Saya duduk di atas anak-anak, injek-injekan  ”, Ujar SiDin.  Sintong sangat terkejut, ketika pasukan sudah meninggalkan mobil dan berjalan menuju Woyla, tiba-tiba saja Benny menyusup masuk ke dalam barisan penyelamat dan ini diluar skenario.

Selasa 31 Maret 1981, dini hari, pukul 02.43, Tim Thailand ikut bergerak ke landasan, menunggu di landasan agar tidak ada teroris yang lolos.   Serbuan dimulai,  menurut kesaksian penumpang dalam kegelapan malam, semua pintu kabin pesawat segera terdengar didobrak dari luar  dan  sekejap kemudian bunyi tembakan riuh membangunkan seluruh isi pesawat.   Letnan Achmad Kirang dari arah pintu belakang sudah terlanjur masuk sebelum pintu depan didobrak,  pembajak yang berjaga di bagian belakang sempat terjaga dan langsung menembak  Achmad Kirang yang tidak sempat menunduk terkena peluru bagian perutnya yang tidak tertutup flak jacket dan pembajak tersebut ditembak hingga mati ditompat.

Tim Biru dan Tim Merah masuk, menembak dua teroris lain, sementara penumpang menunduk  kemudian disuruh keluar.   Suddenly seorang teroris dengan granat tangan tiba-tiba keluar dan mencoba melemparkannya tetapi gagal meledak,  lalu anggota tim menembak dan melukainya sebelum dia sempat keluar.    Teroris terakhir dinetralisir di luar pesawat,  Imran bin Muhammad Zein selamat dalam peristiwa baku tembak tersebut dan ditangkap oleh Satuan Para Komando Kopassandha.

Selasa 31 Maret 1981, setelah subuh, pukul 05.00, pesawat DC-10 Sumatera meninggalkan Don Muang, membawa pulang pasukan khusus anti teror Satu diantaranya meninggal (Lettu Achmad Kirang) dan seorang Pilot meninggal (Herman Rante).   Serta kelima orang pembajak Empat diantaranya meninggal  Machrizal, Zulfikar, Wendy M Zein, Abu Sofyan dan Imronsyah, langsung diterbangkan ke Jukarta pagi itu pula.  Operasi ini mendapat pujian dari berbagai negara atas kesuksesannya menumpaskan pembajakan ini hanya dalam waktu  " tiga menit "  Amazing.

Gugurnya Achmad Kirang  kelahiran  Mamuju  8 November 1949 anggota TNI yang bergabung di Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopasanda), cikal bakal Komando Satuan Pasukan Khusus (Kopassus) pada 31 Maret 1981 telah ditetapkan pemerintah sebagai Pahlawan Nasional pada 2018 dan Untuk mengenangnya dibangun patung ditengah-tengah Kota Mamuju, namanya diabadikan menjadi nama jalan  dan  lapangan. 

  
Mengganggu ketenangan rakyat mengancam Negara,

Kopasanda menumpas pembajakan Garuda  DC-9 Woyla .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...