NusaNTaRa.Com
byGreaTBritteN, S a b t u, 0 8 A p r i l 2 0 2 3
Kawasan "Walking Street" di Pattayya Thailands.
Pattaya kota Seks (dibawah tahun 2014) yang berjarak 110 km di selatan
Kota Bangkot, memang selama ini dikenal sebagai destinasi wisata
seks alias sorganya lelaki hidung Kadal, tapi jangan heran mulai pertengahan tahun 2020
kota ini mulai 'dibersihkan' dari
aktipitas industri tersebut. Sebagaimana dilaporkan situs The Thaiger, bahwa sekelompok aparat yang terdiri atas
polisi, tentara, dan polisi pariwisata
melakukan inspeksi ke sejumlah lokasi prostitusi terkenal di Pattaya yaitu Walking Street pada awal Juni 2020 lalu
guna membersihkan aktipitas-aktipitas seks.
Pada inspeksi tersebut mereka memeriksa
sejumlah toko dan mengamankan bukti berupa foto. Dari hasil kegiatan malam itu,
mereka mengatakan kalau mereka tidak
menemukan aktivitas prostitusi di area tersebut. Wakil Kepala Polisi Chonburi, Pol Col
Pongphan Wongmaneethet mengatakan pada media bila turis atau publik menemukan
bukti adanya prostitusi, mereka bisa menelpon 191. Selain itu, mereka juga bisa
langsung melaporkan hal tersebut kepada petugas di Kantor Polisi Wisata yang
letaknya ada di ujung jalan.
Tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah
untuk mewujudkan reputasi Pattaya sebagai destinasi wisata berkelas dunia, sebelumnya, pada 2016 Menteri Pariwisata
Thailand, Kobkarn Wattanavrangkul pernah berjanji untuk menutup industri seks
di Pattaya. Kala itu ia mengatakan, "
Turis jangan datang ke Thailand untuk hal seperti itu (seks). Mereka datang ke sini untuk budaya yang indah.
Kami ingin Thailand memiliki wisata
berkualitas. Kami ingin industri seks
hilang ", Akan
tetapi sebelum hal itu tercapai, jabatan Kobkarn sebagai menteri diganti pada
November 2017.
Pokorja seks ini umumna
orang Thailand, ada juga yang berasal dari Rusia, Ukraina, dan Asia
Tengah. Penghasilan industri seks ini mencapai total USD 6,4 miliar atau
sekitar Rp90 triliun, dimana penghasilan ini menyumbang 10 persen GDP Thailand. Serupa seperti penutupan Doli di Surabaya
atau Kalijodo di Jakarta, rencana menutup lokasi prostitusi itu bukan perkara
mudah. Apalagi di Thailand sendiri,
industri ini sudah berjalan lama yang puncaknya pada masa Perang Vietnam. Pada
1960, industri seks telah ditetapkan sebagai bisnis ilegal.
Wisata seks di Thailand sendiri lebih sulit
ditutup lantaran pelanggan prostitusi di Pattaya juga didominasi warga Thailand
sendiri, sehingga melakukan transaksi seks bukanlah hal yang tabu
meskipun juga tak dibenarkan. Seperti
dilansir dari situs ABC, Kamis (21/11/2020), survei perilaku seks yang
dilakukan pada orang Thailand menunjukkan setidaknya ada 450 ribu laki-laki
Thailand yang menjadi pelanggan prostitusi setiap harinya, hasil ini mengasumsikan kalau pelanggan para pekerja seks ini bukan
cuma orang asing.
Untuk para pekerja seks sendiri, mereka
umumnya datang dari Isaan, sebuah daerah di timur laut Thailand yang merupakan
daerah pertanian yang miskin. Salah satu pekerja seks mengatakan, ia mematok
tarif antara 1.000 sampai 1.500 baht atau sekitar Rp 500-800 ribu per jam
dengan rata-rata 3 pelanggan per malam. Penghasilan ini lebih besar jika
dibandingkan bekerja di Isaan dimana pendapatan masyarakat pada tahun 2020
adalah Rp 8,5 juta per tahun. Pekerja
seks disini menurut situs Havoscape yang
memiliki database tentang global black market, pada 2020 setidaknya ada 350 ribu
pekerja seks, UNAIDS mengestimasi pekerja seks 227 ribu orang. Akan tetapi, beberapa NGO mencatat jumlahnya
mencapai 2,4 juta orang.
Meski tak tuntas banget cobalah berjalan ke kawasan Walking Street yang Merupakan wisata malam yang berada di pesisir
pantai Pattaya. Terdapat banyak resto, cafe, bar, diskotik, spa, bahkan ada
juga pedagang gerobak yang menjajakan makanan unik khas Thailand yang hanya
dengan melihatnya saja membuat kita bergidik, sebut saja kalajengking, lipan,
belalang dan masih banyak makanan unik yang mungkin saja ingin kalian
coba. Saat kalian mengunjungi wisata
malam Walking Street maka kalian akan banyak menemui wanita-wanita berpakaian
sexy dan juga pria-pria berpakaian minim orang sana cakap Lady Boy yang
menjajakan jualan mereka, meski tak
seseronok dulu lagi.
Memberantas industri seks ini agaknya menjadi pekerjaan rumah yang tak mudah bagi pemerintah Thailand. Dosen hukum dari Universitas Thammasat Bangkok, Akawat Laowonsiri menyarankan pemerintah untuk menyesuaikan hukum prostitusi Thailand dengan realita yang ada. Iapun mengajukan aturan yang melindungi hak para pekerja seks dengan perlakuan dan bayaran secara adil. Ia meyakinkan mereka yang khawatir bahwa perubahan dalam peraturan itu akan meningkatkan jumlah orang yang bergabung dalam industri seks karena menurutnya jumlah pekerja seks ini terus menurun sejak perang Vietnam.
Patayya 110 km tenggara Bangkok
Keterlenaan
Hawa dan Adam mereka dibuang ke Bumi.
Pattaya
kota pariwisata seks Thailand jadi lebih
Sopan kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar