NusaNTaRa.Com
byRaisALembuduT, M i
n
g g u,
0 3
D e s
e m b
e r 2
0 2 2
KUE APANG Penganan Ritual SUKU BUGIS |
Indonesia
kaya akan keberagamam suku dengan bahasa, budaya dan warisan dari leluhur berupa tradisi,
adat-istiadat, hingga kuliner dengan ciri khas tersendir, keragaman kuliner Indoesia mewarnai kekhasan suku itu sendiri, makanan
beberapa suku Indonesia bukan hanya dibuat untuk mengisi
perut, tetapi memiliki makna mendalam, berkaitan dengan kebudayaan dan sejarah awal pembuatannya. Makanan
tradisional yang ada saat ini diantaranya
sudah ada sejak zaman dahulu dan mungkin kita momandang sebagai hidangan
somata, tetapi tak ada salahnya mengenal setiap sajian
Nusantara dengan mencari tahu dari mana asalnya, cara pembuatannya, hingga latar
belakang makanan tersebut.
Sebagai contoh kuliner Suku Bugis di Sulawesi
Selatan yang memiliki penganan
tradisional yang masih eksis sampai saat ini yaitu “KUE APANG”. Kue yang termasuk jajanan pasar ini tak hanya
memiliki rasa yang lezat, tetapi juga sarat makna dan menjadi makanan penting
dalam sebuah ritual yang dilakukan masyarakat Bugis.
Kue apang merupakan penganan yang mirip dengan
bolu kukus. Bahan dan cara pembuatannya
pun sederhana !!, bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain
tepung beras, tepung terigu, gula merah, air kelapa, baking powder, ragi
instan, garam, santan, dam daun pandam.
Untuk proses membuatnya dimulai dari memasak air kelapa dan gula merah
sampai mendidih, kemudian disaring dan didinginkan. Setelah itu, dicampurkan
dengan tepung beras, dan ragi instan, lalu didiamkan satu jam. Selanjutnya
ditambahkan tepung terigu, garam, baking powder, dan santan sambil diuleni.
Setelah adonan selesai, bisa dituang ke dalam cetakan dan dikukus dalam dandang
hingga matang dan merekah.
Cetakan kue apang sendiri beragam, ada yang
berbentuk kotak, segitiga, bahkan bulat. Warnanya kecokelatan dari gula merah dan
rasanya manis penganan ini dinikmati
barengan parutan kelapa untuk memberikan rasa gurih dan Suku
Bugis biasanya menyantap kue apang sambil minum teh atau kopi hangat serta
mendesah “weelessina ndoee nyamenna
beppaee”. Kue apang sudah dikenal sejak
tahun 1960-an dan saat itu biasa disajikan pada upacara penting serta prosesi
sakral Suku Bugis. Kue kukus ini juga memiliki makna mendalam yaitu harapan
akan kehidupan yang tenteram dan aman.
Dalam salah satu ritual Suku Bugis yaitu “menre’ bola” atau masuk rumah, ritual
untuk memohon perlindungan dan keselamatan pada penghuni rumah agar terhindar
dari gangguan roh jahat dan Kue Apang disajikan dalam acara ritual
ini, dalan acara Kue Apeng menjadi sajian ritual dan sajian untuk
menemani tuan rumah dan para tamu menikmatinya. Diera kekinian jika anda ke kota Bugis Seperti Makassar, Pare-Pare, Pangkajene
terutama pasar-pasar rakyat dan
berjalan dipagi hari maka anda akan mudah menemukannya disudut pasar dengan
pelanggannya menikmatinya dengan secangkir
Teh atau Kopi.
Dalam buku “Calabai, Perempuan dalam Tubuh Lelaki” yang ditulis oleh Pepi AL-Bayqunie,
diceritakan sebuah ritual bernama songka’ bala yang dilakukan para bissu di
Segeri, Pangkep, ritual ini termasuk
upacara tolak bala dan dilakukan untuk mengusir wabah penyakit yang saat itu
melanda Segeri. Dalam ritual songka’ bala, berbagai persiapan
dilakukan mulai dari menyembelih tujuh ekor ayam, menyiapkan nasi beras ketan
tujuh warna dan berbagai kudapan khas
Bugis seperti onde-onde, wenno, bokong,
leppe-leppe, baje tejjaji, kaluku lolo, serta kue apang.
Kue apang juga sering disajikan dalam acara Suku
Bugis lain, misalnya acara pernikahan dan akikah. Namun, seiring berjalannya
waktu, kue ini bisa disantap kapanpun dan banyak dijual di pasar-pasar
tradisional. Di sepanjang jalan Sidrap, Pinrang, sampai ke Parepare pun mudah
ditemukan penjual kue apang.
Mendengar nama kue apang mungkin akan
mengingatkan kita pada kudapan serupa yaitu KUE APEM, Keduanya memang sama-sama kue kukus berbahan
dasar beras ketan. Namun, kue apem yang banyak ditemukan di Jawa biasanya
berbentuk seperti kue mangkuk dengan warna putih, merah muda, hijau, dan
kuning. Bila dilihat dari sejarahnya pun berbeda karena kue apem merupakan
lambang permohonan maaf atas kesalahan yang telah diperbuat, baik kepada sesama
manusia atau kepada Sang Pencipta.
Saat ini Kue Apang sendiri telah menyebar ke berbagai daerah sehingga lebih mudah untuk mencicipinya tanpa perlu ke Sulawesi. Misalnya, ada “Raja Apang Panas 77” di Simpang Pulai, Jambi, yang masih baru dibuka di masa pandemi ini tapi sudah ramai pembeli, bahkan, dalam sehari mereka bisa menjual kue apang sampai 20 kilogram, di jual untuk satu kotak berisi Kue Apang 14 dengan harga Rp20 ribu. Kemudian, ada “Itenna”, warga Kota Parepare yang sudah berjualan kue apang selama puluhan tahun, kala itu ia mesih menjual kudapan ini dengan harganya masih Rp1. Kue apang buatannya sudah tersohor di Sulawesi Selatan dengan resep keluarga turun-temurun.
Proses pengkukusan KUE APANG Bugis
Kue
Apang sajian tradisonil rasanya enak dan
manis.
KUE
APANG AWALNYA SAJIAN UNTUK ACARA RITUAL BUGIS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar