NusaNTaRa.Com
byMuhammaDBakrI, S
e n i n, 2
1 N o
v e m b e
r 2 0
2 2
Imam Besar Islamic Culture Center New York Shamsi Ali memberikan kajian
seputar Agama Islam di Masjid Nurul Mu'jizat Jl Adhyaksa Kompleks Kejaksaan Jumat, 17 malam 11/2022 |
Ada ungkapan lama yang masih sering didengarkan dan
relevan sepanjang masa, bahwa kekuasaan
itu cenderung menyeleweng dan kekuasaan
absolut itu bentuk penyelewengan yang pasti (power tends to corrupt, and
absolute power corrupts absolutely). Di
masa-masa lalu dan sebagian kecil masa kini ungkapan ini masih terus menjadi
sebuah realita. Di beberapa tempat di dunia ini memang kekuasaan cenderungnya
menuju kepada korupsi atau menyeleweng. Satu hal yang paling dominan di berbagai
belahan dunia adalah kekuasaan kerap kali menjadi alat “memperkaya” diri dan keluarga,
bahkan kelompok kecil.
Di beberapa negara non demokratis, ambillah Timur Tengah
sebagai misal, kekuasaan mungkin tidak nampak korup atau menyeleweng secara
ekonomi, although (walaupun)
kenyataannya para raja dan keluarganyalah yang menguasai perekonomian. Rakyat
berada dalam genggaman penguasa tanpa ada daya (kebebasan) hampir dalam segala
lini kehidupan becouse di sìnilah
sejatinya teori demokrasi seharusnya hadir sebagai solusi keadilan. Bahwa negara-negara demokrasi seharusnya lebih
baik dan fair dalam mengelolah kehidupan public, karena di negara-negara Demokrasi rakyat
(seharusnya) memilki kekuasaan untuk mengontrol dan meluruskan kekuasaan jika
keluar dari jalan kebenaran (kontitusi).
Satu contoh terdekat yang masih terasa bagi Kami di
Amerika adalah bagaimana di saat kekuasaan negara itu ada di tangan seseorang
yang anti Immigran dan Muslim khususnya
maka demokrasilah yang kemudian
menjadi solusi (berlebihan kalau saya memakai kata salvation atau
penyelamat), konstitusi menjadi rujukan dam
Rakyat punya kebebasan melakukan
koreksi bahkan resistensi kepada kekuasaan yang korup itu. Memang
benar bahwa negara-negara non Demokrasi itu cenderung korup karena di negara-negara non Demokrasi cenderung minim bahkan tiadanya control, sehingga semua kebijakan dikeluarkan oleh
penguasa tanpa konsultasi publik (musyawarah).
Situasi di atas sebenarnya justeru boleh jadi tidak
berbahaya dan merusak jika kekuasaan itu ada di tangan orang-orang yang
memiliki kesadaran tanggung jawab. Bukan
kepada rakyat sebagaimana dalam konteks demokrasi tapi back
kepada hati nurani dan yang terpenting kepada Penguasa langit dan bumi (Allah
SWT). Qatar saat ini mungkin satu negara bercirikan ini. Sebenarnya baik sistem Demokrasi maupun non
Demokrasi, atau tepatnya selain sistem Demokrasi, apapun itu bentuknya akan
banyak ditentukan oleh realita yang dibangun di atas kejujuran dan rasa
tanggung jawab tadi. Al hasil sistem
pemerintahan itu “evolve” atau mengalami perubahan. Bahkan dalam sistem yang
satu juga akan mengalami perubahan internal sesuai dengan konteks realita yang
terkait di masing-masing bangsa dan zamannya.
Saya justeru ingin mengingatkan kita semua bahwa yang
paling buruk dan jahat bahkan menakutkan itu adalah ketika sistem yang ada
dibangun di atas ketidak jujuran dan berbagai manipulasi. Akhirnya terjadilah kejahatan yang terpoles
oleh pengakuan nilai-nilai positif (positive values) seperti Demokrasi, bahkan
agama sekalipun. Pengakuan Demokrasi bahkan agama bisa disikapi secara tidak
jujur dan penuh manipulasi.
Ketidak jujuran dan manipulasi yang terjadi dalam
kekuasaan itu menghasilkan berbagai keresahan (walaupun tidak rusuh) dan kecurigaan
bahkan kebencian, disebabkan oleh korupsi kekuasaan terjadi
secara terbuka (nakedly) tapi masyarakat tidak bisa dan seolah naif untuk
berbuat apa-apa. Karena berbagai penyelewengan itu seolah biasa
saja, bahkan terbalik seolah itulah yang benar dan konstitusional. Kemudian terjadi “intended corruption” (penyelewengan yang
disengaja) dengan memanipulasi aturan-aturan yang pada akhirnya melahirkan
“Constitutional corruption“ atau “penyelewengan-penyelewengan konstitusional”, sebuah kenyataan paradoks dalam kehidupan
publik yang sangat-sangat mengkhawatirkan.
Penyelewengan konstitusiona ini sangat berbahaya karena pertama pastinya mendapat dukungan mayoritas “stake holder” di kekuasaan sehingga dengan sangat mudah meloloskan (merubah) perundang-perundangan yang ada sesuai kepentinganya. Tapi lebih jahat lagi, resistensi kepada bentuk korupsi atau penyelewengan konstitusional ini akan dianggap sebagai ancaman atau perlawanan kepada Negara dan kalau ini pastinya memiliki konsekwensi yang tidak diinginkan (undesirable consequences). Karenanya Saya ingin mengajak kita semua untuk konsisten dan jujur pada nilai-nilai positif yang kita anut dan banggakan. Tentu dalam konteks Indonesia sistem yang dianut adalah Demokrasi dengan nilai Pancasila “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.
Imam Shamsi Ali Presiden Nusantara Foundation
Kejujuran
dan Hati Nurani melahirkan kehidupan yang bertatanan.
Lemahnya
kejujuran berdemokrasi lahirkan
kediktatoran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar