NusanTaRa.Com
byFarhaMTukirmaN, 20/FEBRUARI/2021
byFarhaMTukirmaN, 20/FEBRUARI/2021
Semua hal tentang mama baginya cantik
: dia baik hati, pintar, lucu, kreatif dan dia orang Indonesia, terima kasih
mama. Itulah kata-kata tentang ibu yang ditulis oleh putrinya sendiri yang dulu
malu mengakui asal usulnya dalam sebuah buku memori sebagai rasa cinta dan
kasihnya, pada yang telah membesarkannya dan hidup hanya berdua selama ini,
yang semakin ia sadari semakin ia dewasa.
Ibunya seorang wanita yang berasal dari Indonesia dan mereka tinggal berdua
di satu kawasan di Inggris dengan sebagian besar penduduk kulit putih.
Ketika masih kecil dibenua biru tersebut ia hanya mengenal dirinya dengan ibu angkatnya yang berdarah Indonesia, sehingga banyak sikap dan pola hidup ibunya yang berciri Indonesia baginya sikap mereka sangat asing dengan sikap warga tempat mereka tinggal yang kadang membuatnya rendah diri. Seiring zaman ia melalui banyak pergaulan dan melihat banyak warna kehidupan yang semakin membuatnya bahwa kepribadian mereka sebenarnya juga sangat mulia dan membuatnya semakin percaya diri dengan akan dirinya sebagai gadis turunan Indonesia.
Ketika masih kecil dibenua biru tersebut ia hanya mengenal dirinya dengan ibu angkatnya yang berdarah Indonesia, sehingga banyak sikap dan pola hidup ibunya yang berciri Indonesia baginya sikap mereka sangat asing dengan sikap warga tempat mereka tinggal yang kadang membuatnya rendah diri. Seiring zaman ia melalui banyak pergaulan dan melihat banyak warna kehidupan yang semakin membuatnya bahwa kepribadian mereka sebenarnya juga sangat mulia dan membuatnya semakin percaya diri dengan akan dirinya sebagai gadis turunan Indonesia.
Saat kecil, bila teman-temannya
berkunjung, dia akan segera menutup pintu bila ibunya tengah menelpon saudara
dan berbicara dalam bahasa Indonesia, karena ia merasa malu dan kurang percaya
diri akan keadaan mereka. Namun ketika
ia beranja remaja dan kuliah di London, dan
bertemu dengan banyak teman dari berbagai Negara, barulah perempuan muda ini terbuka matanya
akan kebesaran nikmat Tuhan pada mereka.
" Saya merasa bersalah karena mengingat saat
masih kecil sering malu tentang asal usul saya
", Ujar SiGaluh Aisha Pegley
yang kini berusia 26 tahun, bahkan tambahnya " Dulu saya membanting pintu dan mengajak
teman-teman keluar rumah karena malu mendengar mama bicara bahasa Indonesia di
telepon ", kisahnya kepada BBC
Indonesia. Bahkan sangkin malunya dulu
pada keIndonesiannya tawaran nasi goreng, mie goreng ibunya ke
teman-temannya juga dimintanya untuk diganti
dengan corn flake atau kentang, yang sesuai dengan selera makanan di Inggris
kala itu.
" Namun saat ini, saya merasa sangat
Indonesia... dan saya ingin menguatkan identitas itu dengan belajar banyak
tentang semuanya... termasuk bahasa, budaya... saya sudah dewasa sekarang dan
ibu sudah menua... sebelum terlambat ",
tambah Aisha Pegley. Dan ia berpiker bahwa
pribadi yang baik adalah jati diri
sendiri yang keluar dari nurani dengan segala apa adanya tentunya dengan tidak
bertentangan norma yang ada secara jujur dan tulus.
Pada HARI IBU di Inggris yang jatuh
pada tanggal 11 Maret 2018 wanita Indonesia ini membuat tulisan “ Surat
terima kasih untuk mama “, tulisan ini kemudian diterbitkan di majalah
online Gal-Dem yang memuat berbagai tulisan
mengenai pengalaman perempuan kulit berwarna. "
Saya tak akan pernah menyembunyikan (ke-Indonesian) dari mama lagi, dan
saya akan berusaha mempelajari semua karena darah Indonesia yang mengalir di
nadi saya ".
" Saya adalah anak angkat, dan saya berterima
kasih karena punya ibu, apalagi yang bisa tiga bahasa (Indonesia, Inggris,
Italia), dan memberikan saya, kasih yang tak terbatas dalam hidup saya. Ma,
terima kasih ", Ujar SiGaluh Aisha dalam tulisan surat itu.
Ina mama Aisha sempat tinggal di
Italia namun setelah menikah dengan pria Inggris hengkamh untuk menetap di Inggris selama sekitar 30
tahun, Ina sendiri mengatakan dia
menyadari bahwa anaknya sempat malu karena " berbeda " dengan teman-teman lainnya yang sebagian besar
kulit putih. " Saya tahu dia malu, tapi saya nggak berhenti,
tetap menawarkan nasi goreng, mie goreng (saat teman-teman Aisha berkunjung ke
rumah), saya tetap kasih. Nggak saya ikutin perasaan malunya ", Ujar SiGaluh Ina mama Aisha dalam
kisah dia.
Setelah beranjak remaja, baru Aisha
mulai berubah dan menyadari bahwa "
berbeda adalah sesuatu yang istimewa
", Ujar SiGaluh Ina. Namun
seiring perjalanan waktu dan melalui berbagai problematika hidup di Eropa, ia
mengalami perkembangan dalam menilai akan citra dirinya
yang sebenarnya. " Dia
bilang kok dulu saya begitu...dan matanya kebuka setelah pindah ke London...
Sekarang dia suka masakan Indonesia, suka masak lagi ", Ujar SiGaluh Ina mama Aisha.
" Dia bilang kangen sama saya, kangen ingin
pulang, dari situ saya tahu dia sudah berubah
", Ujar SiGaluh Ina tambahnya.
Aisha mengatakan dalam sekitar tujuh tahun ini, ia menikmati bergaul
dengan banyak orang dari berbagai negara.
“ Ina membuka katering masakan Indonesia dalam
20 tahun terakhir ini “
reffBBCNewsIndonesia, 18maret2018.
Benua Eropa musim Salju saat ini,
Aisha Pegley berdarah Indonesia sangat
percaya diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar