NusanTaRa.Com
byFarhaMTukirmaN, 16/12/2019
Bunga Sakura di musim dingin,
Ahsan/Hendra 2019 menjuarai tiga kejuaraan badminton.
byFarhaMTukirmaN, 16/12/2019
Pebulutangkis ganda putra Indonesia Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan jadi ganda putra pertama yang bisa menjuarai All England, Kejuaraan Dunia, dan World Tour Finals di tahun yang sama. Ini merupakan rekor yang sulit untuk dilampaui siapapun namun Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan telah mengukir sejarah tersebut , Ahad (15/12/2019) petang, setelah menaklukkan pasangan Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe dalam partai final World Tour Finals yang digelar di Tianhe Gymnasium, Guangzhou, Cina.
“ Tahun ini benar-benar luar biasa buat kami. Ini jadi gelar juara penutup akhir tahun yang luar biasa ”, Ujar SiDin Hendra. Keberhasilan itu membuat The Daddies, demikian julukan mereka, resmi menjadi ganda putra pertama sepanjang sejarah bulutangkis yang mampu membawa pulang tiga gelar paling bergengsi pada tahun yang sama. Sebelumnya kita ketahui bahwa mereka telah menjuarai All England (Maret) dan BWF World Championshikps (Agustus) baru Desember tadi mereka menjuarai World Tour Finals.
Menundukkan lawan di final semalam tak mudah, Ahsan sendiri mengaku kalau “ kami sempat kewalahan ” karena lawan “ lebih berani ngadu dan enggak terlalu banyak buka ”. Di gim pertama Daddies dipaksa berjibaku hingga kedudukan akhir 24-22. Pada gim kedua, Endo/Watanabe dengan permainan menekan memaksa kami melakoni rally panjang yang melelahkan menjadi senjata utama pasangan Jepang ini. “ Waktu kami tertinggal di gim kedua, kami pikir pertandingan ini belum selesai dan masih ada kesempatan untuk mengejar ”, sambung Ahsan. “ Jadi kami coba cari jalan keluar satu per satu untuk mendapatkan poin ”.
The Daddies keluar dari tekanan dengan kemampuan mereka mengatur tempo permainan. Kerja keras tiada henti itu akhirnya berujung manis. Mereka sukses membalikkan keadaan dan menutup gim kedua dengan keunggulan 21-19. “ Kemenangan hari ini bisa dibilang keajaiban buat kami ”, Ujar SiDin Ahsan.
Sikap mereka yang Tenang dan Konsistem
Ahsan dan Hendra boleh saja merendah dengan mengatakan kemenangan mereka sebatas keajaiban. Namun faktanya, hasil ini bukanlah kebetulan. Fakta bahwa rekor head-to-head antara Ahsan/Hendra vs Endo/Watanabe sepanjang 2019 menyentuh angka 5-0 adalah bukti sahihnya.
Rekor ini patut dibanggakan karena Endo/Watanabe bukanlah pasangan main-main. Keduanya punya kombinasi pengalaman dan kebaruan yang tak jarang menghasilkan kejutan saat pertandingan. Konsistensi mempertahankan ritme dan kemampuan memaksa lawan melakoni rally panjang menjadi batu sandungan setiap lawan-lawan Endo/Watanabe.
Pasangan terbaik dunia Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo tahu persis perkara ini. Mereka sudah lima kali dikalahkan Endo/Watanabe tahun ini, termasuk di semifinal World Tour Finals yang digelar Sabtu (14/12/2019) lalu. “ Kami sudah berusaha menyerang, tapi lawan memang enggak gampang mati. Saya pribadi jadi enggak begitu percaya diri mainnya ”, Ujar SiDin Marcus.
Pelatih ganda putra Indonesia, Herry Iman Pierngadi, menyebut ada dua kunci kenapa Ahsan/Hendra menang sementara Marcus/Kevin tidak. Dua faktor itu adalah pengalaman dan konsistensi. Sebagai pemain senior, Hendra dan Ahsan tak mudah panik ketika menghadapi situasi sulit. Sementara perkara konsistensi, kedua atlet ini punya kecenderungan tidak berapi-api dan menempatkan bola seefisien mungkin sambil tetap menyulitkan lawan.
Di ketiga kejuaran tersebut mereka bukan saja keluar sebagai juara tapi mereka menjadi penyelamat kontijen Indonesia karena hanya mereka yang lolos hingga kebabak akhir.
Pada gelaran All-England Maret lalu, keduanya menjadi penyelamat lantaran tak ada satu pun wakil Indonesia yang berhasil menjuarai nomor lain. Kesuksesan Hendra/Ahsan mengalahkan ganda Malaysia di partai terakhir menjadi buah bibir dunia, sebab Hendra sempat cedera betis jelang final turnamen yang dihelat di London tersebut. Herry IP mengatakan Hendra/Ahsan bisa menang karena memang keduanya “punya mental juara”.
Di Kejuaraan Danien Swiss pada Agustus, Ahsan/Hendra sebagai tumpuan saat atlet-atlet lain tumbang tak satu pun pebulutangkis Indonesia dari nomor lain yang mampu menyentuh panggung final. Pagelaran World Tour Finals Desember ini, Indonesia sempat punya peluang di nomor tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting melaju partai terakhir, namun Ginting tumbang oleh atlet Jepang Kento Momota. Ahsan/Hendra dengan beban berbagai dipundaknya, lagi-lagi jadi juru selamat. “ Sebagai pelatih saya bangga melihat mereka bisa berhasil di kejuaraan akhir tahun ini. Boleh dibilang ini jadi kado Natal yang manis buat saya ”, Ujar SiDin Herry IP.
Bunga Sakura di musim dingin,
Ahsan/Hendra 2019 menjuarai tiga kejuaraan badminton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar