Kamis, 22 Agustus 2019

UNJUK RASA MASYARAKAT PAPUA DI MANOKWARI KARENA SIKAP RASISME.

NusanTaRa.Com
byMuhammaDBakkaranG, 20/08/2019



Pengepungan Asrama mahasiswa Papua oleh pihak aparat dan masyarakat di Jalan Kalasan Surabaya terkait adanya anggapan penghinaan terhadap bangsa atas perusakan bendera Merah Putih, Jum’at 16/08/2019, menimbulkan rasa ketidak puasan warga Papua terlebih adanya diskriminasi tertentu dalam kejadian tersebut.    Situasi berbuntut kejadian mencekam menyelimuti Manokwari, Senin (19/8/2019) sejumlah jalan protokol diblokir mahasiswa dan masyarakat. Mereka protes karena tak terima dengan rasisme dan persekusi terhadap sejumlah mahasiswa asal Papua yang sedang belajar di Jawa Timur. 

Saat pengepungan itu, para pengepung--termasuk TNI--bertindak rasis dan diantara mereka ada yang mengatakan makian binatang kepada para mahasiswa yang membuat mereka marah dan tidak dihargai ujar seorang saksi yang bernama Simon.  Polisi bahkan memaksa masuk asrama dengan kekuatan penuh serta melakukan pelontaran Gas air mata yang berakibat  Empat mahasiswa terluka karenanya.

Menanggapi kejadian tersebut masyarakat di Papua Barat khususnya di Manokwari Ibukota Provinsi Papua Barat menggelar demonstrasi sebagai pernyataan protes dengan kejadian tersebut dan atas tindakan perkusi bagi mahasiswa di sana,  “ Massa cenderung beringas, sehingga kami tak bisa mendekat, Gedung DPRD provinsi sudah dibakar ”,  Ujar SiDin Muhammad Lakatoni Wakil Gubernur Papua Barat di program Breaking News KompasTV, Senin pagi.

Massa dalam aksi tersebut memblokir beberapa jalan, merusak fasilitas, sempat menebang pohon jalan sehingga mengganggu kelancaran transportasi dan aksi ini sempat membakar Gedung DPRD.   Lakotani mengatakan pemerintah provinsi tak reaksioner menanggapi demonstrasi tersebut,  yang berpangkal  dari persoalan kemarahan warga  atas tindakan diskriminatif nan rasis di Surabaya dan Malang.  “ Kami mengimbau massa menahan diri, karena Insya Allah segalanya kita komunikasikan dengan baik, supaya tidak mengganggu aktivitas masyarakat dan pembangunan daerah ”, Ujar SiDin Lakatoni.

Ketika Lakatoni akan memenuhi jadwal bertemu dengan massa bersama Kapolda Papua Barat Brigjen Herry Rudolf Nahak dan Pangdam Kasuari Joppye Onesimus Wayangkau, kemudian pertemuan tersebut sempat diwarnai kericuhan sehingga Kapolda Papua Barat dan Pangdam Kasuari sempat dievakuasi.  Sore hari, pertemuan dapat dilanjutkan lagi dan akhirnya massa membubarkan diri usai bertemu dengan wagub, pangdam, dan kapolda.

Di Jayapura unjuk rasa digelar dengan longmarch dari berbagai masyarakat dari berbagai kawasan di sekitar Waena, Abepura, dan Kotaraja menuju Kantor Gubernur Papua yang berada di Dok 2 Jayapura.   Di depan kantor gubernur, warga menyampaikan aspirasi mereka yang merasa kecewa atas insiden yang terjadi di Surabaya,  akibat unjuk rasa ini  pertokoan yang berada di sekitar kantor gubernur, tutup.   “ Anggota terus mengawal para pendemo ”, Ujar SiDin AKBP Gustav Urbinas Kapolres Jayapura.

Perkumpulan Advokasi Hak Asasi Manusia Papua, Gustaf Kawer yang ikut dalam demonstrasi itu menerangkan, unjuk rasa di Kantor Gubernur Papua ini bertujuan mengutuk tindakan persekusi dan diskriminasi ras terhadap mahasiswa Papua yang ada di Malang, Surabaya dan Semarang.    Meminta Pemerintah memberi jaminan keamanan dan perlindungan bagi mahasiswa yang kuliah di wilayah Jawa, meminta pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap aparat TNI/Polri serta ormas reaksioner yang melakukan tindakan persekusi terhadap mahasiswa Papua ”, Ujar SiDin Gustaf Kawer. 

Saat kerusuhan masih berlangsung, Karopenmas Polri Brigjen Dedi Prasetyo memberikan keterangan pers kepada wartawan. Dalam pernyataannya tersebut, Karopenmas Polri Brigjen Dedi Prasetyo  menyebut kerusuhan di Papua Barat juga turut dipicu oleh provokasi penyebaran konten di sosial media yang menghinakan Papua.  “ Mereka cukup terprovokasi dengan yang disebar akun di sosmed ”, Ujar SiDin Dedi di Mabes Polri.

  Pemerintah menyesalkan adanya insiden yang saat ini sedang berkembang tentang pelecehan Bendera Merah Putih di Jawa Timur yang disusul dengan berbagai pernyataan negatif oleh oknum-oknum yang memicu aksi di beberapa daerah terutama di Papua dan Papua Barat yang nyata-nyata mengganggu kebersamaan dan persatuan kita sebagai bangsa ”, Ujar SiDin Wiranto Menko Polhukam.  Gubernur Jatim dan Walkot Surabaya Meminta Maaf Sama seperti Wiranto, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa malah meminta maaf atas ulah sejumlah pihak termasuk masyarakat Jawa Timur yang berbuat rasis terhadap mahasiswa Papua.

Menurut Khofifah, rasisme tersebut merupakan tindakan personal dan tidak mencerminkan sikap warga Jawa Timur.   “Atas nama komitmen berIndonesia, mari kita tempatkan satu sama lain dengan saling menghormati dan menghargai.  Saya tadi bertelepon dengan Gubernur Papua, meminta maaf karena sama sekali, kalau [ular rasis] itu bukan mewakili suara Jatim ”, Ujar SiGaluh Khofifah, Senin 19/08/2019.

Gedung DPRD Manokwari yang dibakar Demonstran
Hitam Keriting itulah indentitas papua,
Sikap Rasisme memicu Unjuk Rasa warga Papua.

1 komentar:

  1. Perbedaan rahmat Tuhan, mari bina kepercayaan dengan saling hormat menghormati

    BalasHapus

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...