NusanTaRa.Com
byMuhammaDBakkaranG, 31/07/2019
byMuhammaDBakkaranG, 31/07/2019
Negeri
Serambi Mekkah punya satu wisata alam “ Hutan Mangrove Langsa Aceh “ yang tidak
kalah menarik untuk dikunjungi ketika disana selain tempat menarik lain seperti
Titik Nol P We dan Mesjid Baiturrahman Aceh yang sangat menarik . Hutan Mangrove Langsa Aceh seluas delapan ribu
hektar terletak lima kilo meter dari Kuala Langsa arah pelabuhan, taman ini disebut-sebut sudah berskala
Internasional dan bahkan sudah sering dilirik wisatawan asing dan sering
menjadi rujukan para peneliti Internasional, dengan koleksi spesies Mangrove
terlengkap di Asia dengan 42 jenis mangrove penghuninya.
" Di hutan mangrove Kuala Langsa ada 42 jenis mangrove dan ini terlengkap di Asia Tenggara ", Ujar SiDin Umar, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLHK) Kota Langsa. Pihak Pomda bertekad memanfaatkan hutan mangrove ini untuk menjadi salah satu ekowisata terfavorit di daerah itu guna mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar.
Hutan Mangrove Langsa Aceh termasuk wisata yang diminati para kawula muda, sehingga menjelang akhir pekan banyak remaja dan anak muda berkunjung ke sini serta harga tiket masuknya murah meriah Rp 2.500. Keunggulan lain, semua pengunjung yang datang diwanti-wanti tidak senonoh terlebih jika daatang dengan pasangan, sehingga pengelola membuat papan peingatan dan ingat Hukum Kanun Islam berlaku di Aceh.
" Di hutan mangrove Kuala Langsa ada 42 jenis mangrove dan ini terlengkap di Asia Tenggara ", Ujar SiDin Umar, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLHK) Kota Langsa. Pihak Pomda bertekad memanfaatkan hutan mangrove ini untuk menjadi salah satu ekowisata terfavorit di daerah itu guna mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar.
Hutan Mangrove Langsa Aceh termasuk wisata yang diminati para kawula muda, sehingga menjelang akhir pekan banyak remaja dan anak muda berkunjung ke sini serta harga tiket masuknya murah meriah Rp 2.500. Keunggulan lain, semua pengunjung yang datang diwanti-wanti tidak senonoh terlebih jika daatang dengan pasangan, sehingga pengelola membuat papan peingatan dan ingat Hukum Kanun Islam berlaku di Aceh.
Mengitari
Hutan Mangrove Langsa Aceh cukup aman,
dengan menikmati perjalanan di atas jembatan kayu sembari menyaksikan
rimbunnya penghijauan. Ada banyak spot
keren untuk sekedar ber-selfie dengan latar hutan Mangrove seperti di Jembatan melengkung warna Coklat, tempst ini sering dijadikan
lokasi Pre-Wedding. Keaamanan tak usah
khawatir karena di sini terdapat menara pengawas berisi petugas yang siap
memantau keadaan dari ketinggian 10 meter.
Spot favorit berikutnya menara pengawas,
di tengah perjalanan menyusuri Hutan Mangrove Langsa Aceh, dengan menaiki tangga vertikal kita dapaat
menyaksikan suguhan pemandangan hutan mangrove dari ketinggian – indah dan
menawan.
Hutan Mangrove Langsa Aceh juga menjadi habitat bagi beberapa satwa lokal, seperti monyet, ular, biawak, ikan, udang, dan kepiting. Khusus untuk gerombolan monyet, mereka sesekali menampakkan diri pada pengunjung baik dipohon maupun dijeramba menyapa pengunjung. Oleh karena itu pengunjun disarankan tidak membawa makanan, barang berkilauan, atau benda lain yang bisa menarik perhatian monyet.
Sebagai salah satu destinasi ekowisata populer, Hutan Mangrove Langsa Aceh sebagai satu destinasi ekowisata hebat, mempunya fasilitas lain cukup mendukung untuk memanjakan wisatawan. Di bagian terluar hutan, terdapat berbagai macam warung makan bagi yang ingin mengistirahatkan kaki sembari mengisi perut dengan beragam penganan mulai dari mie aceh hingga beragam seafood.
Perwakilan WWF Belanda, Hans Beukeboom menyampaikan dukungannya terhadap kerja Pemkot Langsa serta LSM lokal dan masyarakat dalam upaya pelestarian hutan mangrove. “ Masyarakat adalah penjaga garis depan, memastikan bahwa hutan mangrove tidak dihancurkan. Terus melakukan upaya pelestariannya ", Ujar SiDin Hans Beukeboom. Ia mengaku bangga menyaksikan beberapa kelompok masyarakat yang telah mulai memanfaatkan hutan mangrove secara berkelanjutan, sebagai sumber bahan baku alami untuk produk makanan.
Pemko Langsa bersama WWF serta sejumlah Lembaga peduli lingkungan hidup pada Sabtu (27/7) telah menggelar Seminar Internasional dengan tema " Bersama dalam konservasi mangrove untuk kehidupan pembangunan lestari dan berkelanjutan ", dan menjadikan potensi ini sebagai sumber daya ekonomi yang ramah lingkungan. Seminar tersebut merupakan puncak pekan mangrove dengan menghadirkan pembicara dari KPH III, Akademisi Iswayudi, Aktivis Perempuan Rasyidah, dan perwakilan masyarakat seperti dari kelompok perempuan Kuala Langsa hampir 450 peserta yang menghadiri.
Hutan Mangrove Langsa Aceh juga menjadi habitat bagi beberapa satwa lokal, seperti monyet, ular, biawak, ikan, udang, dan kepiting. Khusus untuk gerombolan monyet, mereka sesekali menampakkan diri pada pengunjung baik dipohon maupun dijeramba menyapa pengunjung. Oleh karena itu pengunjun disarankan tidak membawa makanan, barang berkilauan, atau benda lain yang bisa menarik perhatian monyet.
Sebagai salah satu destinasi ekowisata populer, Hutan Mangrove Langsa Aceh sebagai satu destinasi ekowisata hebat, mempunya fasilitas lain cukup mendukung untuk memanjakan wisatawan. Di bagian terluar hutan, terdapat berbagai macam warung makan bagi yang ingin mengistirahatkan kaki sembari mengisi perut dengan beragam penganan mulai dari mie aceh hingga beragam seafood.
Perwakilan WWF Belanda, Hans Beukeboom menyampaikan dukungannya terhadap kerja Pemkot Langsa serta LSM lokal dan masyarakat dalam upaya pelestarian hutan mangrove. “ Masyarakat adalah penjaga garis depan, memastikan bahwa hutan mangrove tidak dihancurkan. Terus melakukan upaya pelestariannya ", Ujar SiDin Hans Beukeboom. Ia mengaku bangga menyaksikan beberapa kelompok masyarakat yang telah mulai memanfaatkan hutan mangrove secara berkelanjutan, sebagai sumber bahan baku alami untuk produk makanan.
Pemko Langsa bersama WWF serta sejumlah Lembaga peduli lingkungan hidup pada Sabtu (27/7) telah menggelar Seminar Internasional dengan tema " Bersama dalam konservasi mangrove untuk kehidupan pembangunan lestari dan berkelanjutan ", dan menjadikan potensi ini sebagai sumber daya ekonomi yang ramah lingkungan. Seminar tersebut merupakan puncak pekan mangrove dengan menghadirkan pembicara dari KPH III, Akademisi Iswayudi, Aktivis Perempuan Rasyidah, dan perwakilan masyarakat seperti dari kelompok perempuan Kuala Langsa hampir 450 peserta yang menghadiri.
Banyak
satwa laut memijah ke Mangrove,
Hutan Mangrove Langsa Aceh wisata berskala Internasionale.
Hutan Mangrove Langsa Aceh wisata berskala Internasionale.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar