NusanTaRa.Com
byAsnISamandaK, 17/08 2019
Deputi
Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, Zainal Arifin menyatakan, Ekspedisi Nusa
Manggala adalah kegiatan penelitian untuk menggali data dan informasi sumber
daya alam hayati dan non hayati di kawasan pesisir pulau-pulau kecil terluar
(PPKT) Indonesia. " Kegiatan ini
bertujuan mengidentifikasi pandangan, konsep pengelolaan dan best practices
pengelolaan sumber daya pesisir di pulau-pulau kecil terluar. Tujuannya untuk
memberikan rekomendasi pengelolaan pulau-pulau terluar yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat serta karakteristik sumber daya alamnya ", Ujar SiDin
Zainal.
byAsnISamandaK, 17/08 2019
Segenap Tim peneliti Ekspedisi Nusa Manggala dgn KM. Baruna |
Demi
pengenalan terhadap kawasan perbatasan dan pengukuhan sebagai NKRI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
menyelenggarakan ekspedisi Nusa Manggala
ke 8 pulau terluar Nusantara, kemudian selama dalam penjelajahan itu diabadikan
dalam film dokumenter berisi informasi ilmiah tentang potensi sumber daya
alamnya di pulau-pulau itu. 8
pulau-pulau terluar yang menjadi tujuan ekspedisi ini adalah Yiew, Budd, Fani,
Brass-Fanildo, Liki, Bepondi, dan Meossu serta satu gugusan kepulauan Ayau di
kawasan Raja Ampat, Papua.
Dalam Ekspedisi Nusa Menggala, Pulau Brass-Fanildo menjadi salah satu pulau yang dikunjungi tim ekspedisi pada leg pertama, kata Hafizt, di sana ditemukan kima atau jenis kerang raksasa yang sangat jarang ditemukan di tempat lain. “ Ada satu lokasi di mana kima yang sebagian besar sudah susah ditemukan, jumlahnya komplit di Pulau Brass-Fanildo ”, Ujar SiDin Hafizt dalam acara peluncuran film dokumenter dan buku Ekspedisi Nusa Manggala: Kisah 8 Pulau Terluar di Pacific Place, Jakarta, Rabu (14/8/2019).
Dalam Ekspedisi Nusa Menggala, Pulau Brass-Fanildo menjadi salah satu pulau yang dikunjungi tim ekspedisi pada leg pertama, kata Hafizt, di sana ditemukan kima atau jenis kerang raksasa yang sangat jarang ditemukan di tempat lain. “ Ada satu lokasi di mana kima yang sebagian besar sudah susah ditemukan, jumlahnya komplit di Pulau Brass-Fanildo ”, Ujar SiDin Hafizt dalam acara peluncuran film dokumenter dan buku Ekspedisi Nusa Manggala: Kisah 8 Pulau Terluar di Pacific Place, Jakarta, Rabu (14/8/2019).
Peran
Hafizt dalam ekspedisi yang memakan biaya Rp 9 miliar yang terdiri dari tiga
leg cukup penting. Ia didapuk sebagai koordinator ekspedisi leg
ketiga yang berlangsung tanggal 5 sampai 16 Desember 2018. Namun begitu, pria kelahiran Pekanbaru itu
sudah diterjunkan sebagai salah satu peneliti dalam leg pertama ekspedisi yang
dimulai sejak 24 Oktober 2018 lalu. I
Wayan Eka Darmawan koordinator leg kedua
Ekspedisi Nusa Manggala, mengungkapkan di atol tersebut hidup 8 spesies kerang
raksasa, menjadi atol dengan speies Kima terlengkap di Indonesia, “ Di setiap penelitian kita hanya ketemu 2,3,
atau 4, tapi di sana ada semua ”.
Pemukiman Pulau Dohrekar di Distrik Ayau Kab. Raja Ampat |
"
Di Kepulauan Mapia tepatnya di pulau Brass-Fanildo terdapat salah satu attol
yang terbesar di Indonesia dengan luasan area lebih dari 3000 hektar ",
Ujar SiDin Udhi laji. Attol tersebut
menjadi habitat unik bagi beragam biota laut seperti karang hias Lobophyllia,
Physogyra, dan Cynarina lacrimalis,
Bahkan semua jenis kerang kima
yang ada di Indonesia berjumlah tujuh jenis dapat ditemukan di kepulauan ini
ditambah catatan sebaran baru kehadiran jenis di Indonesia yaitu Tridacna noae.
Selama
kurang lebih 60 hari, 55 peneliti Indonesia dari bidang ekologi, daya dukung
lingkungan, sosial kemanusiaan serta geomorfologi ikut andil dalam ekspedisi
yang menjelajah lebih dari 6000 km perjalanan. Temuan serta dokumentasi dari ekspedisi
berlangsung selama Oktober sampai Desember 2018 lalu. Udhi Eko Hernawan yang juga peneliti di Pusat
Penelitian Oseanografi LIPI mengatakan, keluaran
dari Ekspedisi Nusa Manggala adalah daftar isu strategis terkait pengelolaan
sumber daya pesisir di pulau-pulau kecil terluar yang tertuang dalam naskah
kebijakan. " Selain itu juga output
dari penelitian juga berupa film dan buku mengenai kegiatan tersebut kepada pembuat
kebijakan dan masyarakat ", Ujar SiDin Udhi.
"
Ekspedisi Nusa Manggala merupakan salah satu bukti kehadiran negara di
pulau-pulau terluar melalui aktivitas riset yang dilakukan LIPI ", Ujar
SiDin Laksana Tri Handoko Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko, , Rabu, 14 Agustus
2019. Keberadaan pulau terluar
mempunyai peran yang penting. Selain menyediakan ekosistem alam yang produktif
dan menunjang sektor pangan, perikanan dan wisata, keberadaannya merupakan
penanda kedaulatan negara, mengingat kawasan pulau-pulau tersebut merupakan bagian
dari 111 pulau kecil terluar yang menjadi batas langsung dengan negara
tetangga.
Hafizt Peneliti yang memimpin Ekspedisi Manggala Leg keTiga |
Sementara
Dirhamsyah peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, menerangkan keluaran dari Ekspedisi Nusa
Manggala adalah daftar isu strategis terkait pengelolaan sumber daya pesisir di
pulau-pulau kecil terluar yang tertuang dalam naskah kebijakan. “ Selain itu juga output dari penelitian juga
berupa film dan buku mengenai kegiatan tersebut kepada pembuat kebijakan dan
masyarakat ”, terangnya. Sebanyak 55
peneliti dan ilmuwan yang tergabung dalam pusat penelitian Oseanografi Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Coral Reef Rehabilitation and Management
Program - Coral Triangle Initiative (Coremap-CTI) menemukan potensi alam
delapan Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) di Indonesia.
Indonesia
negeri Bahari yang kaya,
Ekspedisi
Nusa Manggala di 8 pulau terluar Nusantara.
Banyak Pengalaman pemuda dan Laut banyak terkuak pembangunab kelautan insyaAllah baik.
BalasHapus