NusanTaRa.Com
byMcDonalDBiunG, 04/06/2019
Bioplastik
ini telah digunakan untuk membungkus dodol dari Banjarnegara, pengganti plastik sekali pakai, bioplastik
yang dapat dimakan ini tidak akan menghasilkan sampah. Jika dibuang pun,
bioplastik bisa menjadi pakan, atau dikomposkan dan diuraikan oleh alam dalam
waktu kurang lebih tiga bulan. Isroi
juga dalam penelitiannya menggunakan limbah industri sawit sebagai bahan baku pembuatan bioplastik yaitu monomer
gula dan turunannya (selulosa), yang sangat melimpah dalam tandan kosong kelapa
sawit, yang tersedia sepanjang tahun.
byMcDonalDBiunG, 04/06/2019
Bioplastik terbuat dari sari pati Singkong |
Bagi
Isroi peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia, di
Bogor, untuk menemukan satu material teknologi yang produknya sebagian memiliki sifat plastik dan mampu menggantikan fungsinya, dan berusaha
mengembangkan bioplastik tersebut yang ramah Lingkungan dari bahan terbarukan
dan bisa terurai secara biologis di alam.
Ketika anda memasak mi instan, sadarkah bahwa Anda telah meninggalkan
jejak secarik plastik pembungkus mi dan bumbunya, yang akan bertahan cukup lama
bahkan hingga 500 tahun lamanya ?,
inilah yang menjadi ide Isroi tersebut untuk menjalankan penelitiannya.
Selain
itu ia menginginkan bioplastik produknya nanti
berkonsep bahan plastik yang biodegradable atau dapat diurai oleh
mikrorganisme seperti bakteri dan jamur merujuk pada sebuah materi yang akan
terurai menjadi sedikit atau hilang sama sekali dalam periode waktu tertentu,
sehingga tidak terlalu membahayakan hewan dan lingkungan. Produsen platik sering membuat klaim seperti
ini, namun penelitian terbaru mengungkap bahwa kantong plastik yang disebut-sebut
biodegradable ternyata masih utuh setelah tiga tahun di laut atau terkubur di
bawah tanah dan tas-tas plastik yang
tidak terurai dapat memuat lebih dari dua kilo belanjaan.
“ Ide bioplastik muncul untuk menggantikan
plastik sekali pakai, yang selalu menjadi sampah dan tidak pernah didaur
ulang ”, Ujar SiDin Isroi. Ide
tersebut mulai ia tekuni dan kembangkan sejak tahun 2017, ia menciptakan edible bioplastic ” plastic ”
yang bisa dimakan. Produk ide Isroi
tersebut berhasil membuat kemasan bening bak plastic yang berbahan utama tepung singkong atau tapioka. Walaupun
produk bioplastik masih terus dialam
penyempurnaan di laboratorium dan masih dalam
proses mendapatkan hak paten, namun Isroi berharap dalam waktu satu atau dua
tahun lagi bioplastik ini sudah bisa diproduksi secara komersial.
Kemasan terbuat dari Jagung. |
“ Target kami ke depan, adalah menciptakan
pembungkus minyak bumbu dalam mi instan yang bisa langsung dimasak tanpa
membuka bungkusnya ”, Ujar SiDIN Isroi
kalem, bahkan, sebuah prototipe mangkuk bioplastik
yang bisa disantap, sudah tersedia di laboratoriumnya.
Penelitian
bioplastik ditanah air ternyata mendapat sambutan dari kalangan mahasiswa dan
peneliti sejak dahulu lagi, semisal empat mahasiswa IPB Bogor yaitu Made
Dirgantara, Miko Saputra, Eni Septi Wahyuni, dan Muhammad Khalid. Mereka telah
meneliti " Ternyata limbah jagung yang ini bisa
dimanfaatkan sebagai bahan membuat plastik ramah lingkungan ", Ujar SiGaluh Eni Septi Wahyuni di
Bogor, Jawa Barat, Kamis (31/10/2013) lalu.
" Sementara itu, salah satu
pertimbangan lain menggunakan klobot jagung sebagai bahan pembuatan bioplastik,
karena tingginya jumlah limbah jagung di Indonesia ", Ujar SiGaluh lagi.
"Selama
ini kegunaan kulit jagung di Indonesia banyak sebagai pakan ternak, pembungkus
makanan tradisional, atau kerajinan tradisional," tambahnya. Muhammad Khalid menyebutkan, penelitian
bioplastik dari klobot ini merupakan penelitian lanjutan dari seniornya, yang
juga membuat bioplastik dengan mencampurkan biji plastik dengan pati
umbi-umbian, sebagaimana diketahui bahwa
ubi diketahui kandungan serat dan pati
yang tinggi sedang pada klobot jagung mengandung serat 38 – 50 % dan karbogihrat 38 – 55 % , cukup tinggi
sehingga mereka memutuskan mencoba klobot untuk bahan pembuat plastik.
"
Dengan mengolahnya menjadi bioplastik maka limbah jagung bisa kita manfaatkan
optimal ", Ujar SiGaluH Eni.
Imogen
Napper dan Richard Thompson di University of Plymouth, telah menguji tas-tas
plastik jenis kompos, biodegradable, oxo-biodegradable (terurai karena bereaksi
dengan panas dan oksigen sehingga plastik pecah jadi molekul kecil yang bisa
diurai oleh mikroorganisme jadi C02, H2O dan biomassa), dan polietilena
konvensional (PE) di tiga lingkungan alami yang berbeda : terkubur di tanah, di luar ruangan yang
terpapar udara serta sinar matahari, dan terendam dalam air laut, dikutip dari
NGI, 17 mei 2019.
Tidak
satu pun tas-tas itu rusak sepenuhnya di semua lingkungan yang diuji, secara khusus, kantong biodegradable mampu
bertahan di tanah dan laut hampir tanpa kerusakan. Ini mungkin mengejutkan, tapi realitas
plastik yang “dapat terurai secara alami” belum memenuhi harapan kita. Ada
berbagai jenis plastik yang dapat terbiodegradasi, yang menawarkan tingkat
keteruraian yang berbeda dan umumnya memerlukan kondisi khusus untuk
melakukannya dan plastik terbuat dari molekul sangat panjang yang disebut
polimer, yang terdiri dari ribuan atom yang dihubungkan bersama dalam suatu
rantai, ukuran molekul yang tipis membuat plastik memiliki sifat-sifatnya yang
terkenal, yaitu padat, kuat, tangguh, fleksibel.
Meski
semua bioplastik temuan para peneliti
dan ahli dapat memenuhi harapan akan solusi persampahan plastic setidaknya akan
lebih baik dari plastic sebelumnya, tapi persoalan ini belum selesai masih
perlu pembenahan dan penyempurnaan akan temuan produk tersebut sehingga min dari
persoalan krisis sampah sekarang. Plastik
yang didefinisikan sebagai “ biodegradable
” terbuat dari molekul molekul yang dapat terurai secara alami, tapi
tidak ada skala waktu spesifik untuk degradasi ini bahkan dalam beberapa
kondisi dibutuhkan waktu bertahun-tahun.
Plastik
ngegangguin hidupnye ikan satwa,
Bioplastik
diharapkan ngurangin problem sampah dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar