NusaNTaRa.Com
byIrkaBPiranhA, J u m a t, 2 6 A p r i l 2 0 2 4
Perlu Siaga, Penyu Hijau Jantan Terancam Hilang pada Tahun 2100 |
Marine Ecology Progress Series mempublikasikan sebuah hasil studi untuk memperingatkan dampak perubahan iklim pada populasi penyu dalam hariannya , bahwa diprediksi 99,86 persen anakan penyu tempayan akan berjenis kelamin betina pada 2100. Penelitian ini dilakukan di Cape Varde yang merupakan salah satu penyu terpenting di dunia dimana 15 persen sarang penyu berada di area ini dan sejauh ini 52 persen dari seluruh populasi penyu yang menetas dipastikan berkelamin betina.
Sebagai informasi, jenis kelamin penyu sangat ditentukan oleh suhu, semakin hangat kemungkinan menetaskan betina lebih besar dam sebaliknya, semakin dingin iklim makin berpeluang menetaskan sang pejantan. “ Penyu hijau menghadapi masalah di masa depan karena hilangnya habitat dan meningkatnya suhu ”, Ujar SiDin Dr Rita Patricio, dari Pusat Ekologi dan Konservasi di Kampus Penryn, Universitas Exeter, Cornwall.
Sebagai negara yang memiliki enam dari
tujuh spesies penyu di dunia kondisi ini tentunya membuat Indonesia perlu
hati-hati, karena pertanda ini bisa membuat Indonesia kehilangan kekayaan itu.
Karena semua spesies itu dalam keadaan terancam atau hampir punah. Muhammad Jayuli, sekretaris Yayasan Penyu
Indonesia (YPI) mengisyaratkan populasi penyu di perairan Indonesia terus
menyusut. Walau untuk mengetahui secara pasti seberapa besar populasi penyu di
Indonesia terbilang sulit.
Telur Penyu |
“
Beberapa data menunjukkan, dalam 100 tahun terakhir, populasinya menurun
hingga 90 persen. Kini tinggal ribuan betina dewasa yang tergolong
produktif ”, Ujar SiDin Muhammad Jayuli dengan
Plabomoranya (Hebatnya) yang dimuat VOA Indonesia. Menurut Uni Internasional untuk Konservasi
Alam (IUCN) Indonesia memiliki spesies penyu yang terancam yaitu penyu hijau,
penyu tempayan, penyu pipih. Sementara
yang sangat terancam punah dengan kondisi tersebut adalah penyu sisik.
Di Indonesia, penyu-penyu itu bersarang
terutama di Pantai Sangalaki Kepulauan
Derawan, Kalimantan Timur, Pantai Paloh di Kalimantan Barat, Pantai Pangumbahan
di Jawa Barat, Pantai Blambangan di Jawa Timur, dan Pantai Jeen Womom, Papua
Barat. Terancamnya penyu di Indonesia
bukan hanya faktor alam, tetapi juga pengaruh dari manusia, yang disebabkan perdagangan ilegal dan
kerusakan habitat karena pembangunan proyek pariwisata yang tidak ramah lingkungan
menjadi faktor terkuat.
Survei pasar YPI pada periode antara
tahun 2019 dan 2020 mendapati nilai perdagangan ilegal penyu sisik bisa
mencapai sekitar Rp5 miliar, sementara
itu, beberapa pantai misalnya di Pantai Paloh banyak ditemukan penyu yang mati
karena mengonsumsi sampah plastik. Karena
itulah, Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Agus Budi
Santosa melakukan berbagai upaya untuk menjaga populasi penyu, salah satunya
dengan kampanye Keren Tanpa Sisik sejak akhir 2019.
Kampanye ini adalah melepas tukik atau anak penyu ke laut secara beramai-ramai. Program ini melibatkan berbagai lapisan masyarakat untuk menggugah kesadaran akan bahaya yang dihadapi penyu. “ Persentase tukik lahir hingga sampai dia bisa bertelur itu hanya satu hingga dua persen saja. Angkanya sangat kecil. Bahkan ada beberapa literatur yang menunjukkan bahwa dari 1.000 ekor, maksimal hanya lima ekor yang bisa bertelur. Karena itu, semakin banyak kita melepaskannya, semakin baik bagi kelestarian spesies tersebut “, Ujar SiDin Agus Budi Santoso dengan Soppengernya (Jumawanya)..
Dikhawatirkan
Penyu akan punah tahun 2100.
Perubahan
iklim , menurunya Tukik laki-laki yang tajam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar