NusaNTaRa.Com
byGreatSBriteN, S e l a s a, 0 9 N o v e m b e r 2 0 2 1
Pesepeda melintasi SPBU yang terendam
banjir di Jln Ahmad Yani, Putussibau, Ka Kapuas Hulu.
Sutarmidji,
Gubernur Kalimantar Barat (Kalbar) mengakui bahwa deforestasi dan pertambangan
adalah penyebab bencana banjir yang menerjang beberapa wilayahnya belakangan
ini, termasuk Sintang. Dia membandingkan
penyebab banjir itu dengan banjir tahun 1963
yang menurutnya ada perbedaannya yaitu banjir tahun 1963 dipicu oleh perubahan
iklim bukan deforestasi, sebab saat itu aliran sungai dan serapan air masih
terbilang bagus. " Kalau sekarang ini lebih banyak karena
deforestasi dan pertambangan tidak diikuti dengan menangani tempat pembuangan, aliran
air dan sebagainya ", Ujar SiDin Sutarmidji dalam wawancara di TV
One, Selasa (9/11/2021).
Sutarmidji menuturkan, hutan-hutan di Kalbar
sudah habis lantaran Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman
Industri (IUPHHK-HTI) banyak diberikan kepada perusahaan, sehingga, lahan konsesi lebih banyak
dibanding dengan hutan yang ada. Apalagi,
kata Sutramidji, pemberian HTI itu dibarengi dengan manajemen dan pengawasan
yang yang buruk, terlebih banyak
perusahaan yang menebang kayu sembarangan dan tidak bertanggung jawab. "
HTI itu kan diberikan harusnya dengan meanajemen dalam memperlakukan
lahan. Tapi yang dilakukan oleh pemegang konsesi HTI saat ini adalah kayu-kayu
nya diambil semua, ditebang semua, iuran hasil hutannya tidak dia bayar
kemudian lahan dia tinggalkan, dia tidak tanam lagi ",
Ujar SiDin Sutarmidji Laji.
Warga saat banjir berlangsung |
Selain itu, konsesi untuk tambang juga ikut
menyumbang bencana banjir. Sutarmidji menyebut pertambangan di Kalbar itu cukup
besar besaran, " Tambang diberikan konsesi untuk ekspor mentah
tidak diolah. Bayangkan 49 juta ton setiap tahun. Kalau misalnya 5 tahun aja
itu sudah berapa luas lahan di Kalbar yang turun ",
Ujar Sutarmidji menambahkan. Konsesi
lahan itu kemudan banyak mengurangi lahan hutan atau deforestasi. Ia menyebut,
akibat konsesi itu, resapan air pun turut berkurang. Imbasnya, ketika musim
hujan tiba, air yang turun tidak dapat terserap.
Kepala Divisi Kajian, Dokumentasi dan Kampanye
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Barat, Hendrikus Adam
menyebut banjir yang melanda Kabupaten Sintang bukan hanya diakibatkan oleh
hujan deras. Menurutnya, sebab lain
disebabkan karena wilayah penyangga
hutan atau sungai telah kehilangan fungsi sebagai daerah serapan air sehingga
banjir tersebut jadi tak kunjung surut hingga dua pekanm, "
Hujan itu hanya pemantik saja sebenarnya
", Ujar SiDin Hendrikus Adam
dengan plabomoranya (hebatnya) pada
CNNIndonesia.com, Senin (8/11).
Hendrikus Adam mengatakan ada faktor air
kiriman dari hulu sungai, sehingga banjir menggenangi wilayah Sintang tak
kunjung surut. Terlebih, letak
Kabupaten Sintang berada di lekukan Sungai Kapuas, sehingga
limpahan air yang meluap ke permukaan daerah cekung membuat banjir tak
kunjung surut. Adam menyebut banjir di
Sintang juga imbas dari bentang alam wilayah penyangga di daerah sekitar sungai
yang kehilangan fungsinya.
Sebab, saat ini, wilayah penyangga sekitar
Sungai Kapuas maupun anak-anak sungai lain yang selama ini memiliki peran
penting mulai dibuka untuk proyek pembangunan skala besar, "
Wilayah penyangga yang memiliki peran penting melalui aneka jenis pohon
di dalamnya, mulai kehilangan fungsinya
", Ujar SiDin Hendrikus.
Fungsi wilayah penyangga adalah untuk mendukung
kawasan konservasi dalam mempertahankan kelestarian ekosistem dan
keanekaragaman hayati. Akibat
kehilangan fungsinya, daya dukung wilayah penyangga sekaligus daya tampung
sungai-sungai menjadi terganggu,
" Ketika kemudian proses
eksploitasi melalui industri ekstraktif memporakporandakan wilayah bentang alam
penyangga, maka pasti resiko terjadinya bencana ekologis, seperti banjir sangat
mungkin terjadi ", Ujar SiDin H Adam.
" Hujan
kan sudah tidak ada jadi resapan lagi. Kayu kayu sudah tidak ada untuk
penyimpanan air ", Ujar SiDin Sutarmidji ucapnya.
Sutarmidji mengklaim pihaknya ingin mencabut HTI tersebut. Namun,
pihaknya tak punya wewenang untuk mencabut HTI tersebut. Sebab, HTI diberikan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). "
Penyebab hutan hutan habis itu adalah ya pemberiann konsesi hutan HTI.
Itu yang harusnya dicabut semua, cabut semua kemudian kita penghutanan kembali.
Dan serahkan ke masyarakat HTI itu. Negara [harusnya cukup] menyediakan bibit
dan sebagainya ",
Ujar SiDin Sutarmidji Laji.
Sebelumnya, banjir terjadi di 12 Kecamatan di Kabupaten Sintang. Selama lebih dari dua pekan banjir itu tak kunjung surut. Berdasarkan data BPBD Kabupaten Sintang yang dihimpun olehnya, per Sabtu (6/11), sebanyak 24.522 KK atau 87.496 jiwa terdampak. Abdul menyebut, banjir itu mengakibaykan dua warga meninggal dunia, masing-masing di Kecamatan Tempunak dan Binjai.
Gub. Kalbar Sutarmidji meninjau Banjir di Sintang
Air melimpah memasuki sungai,
Ujar Sutarmidji banjir di Sintang couse by
Deforestasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar