NusaNTaRa.Com
byBambanGBiunG, S e n i n, 0 8 N o v e m b e r 2 0 2 1
Dalam sebuah artikel terdahulu saya
sempat membuka diskusi tentang peluang
Jokowi menjadi Sekjend PBB. Di situ saya melihat jabatan beliau sekarang yang
diberi kepercayaan menjadi Ketua Presidensi G20 dunia sebagai kesempatan untuk
menebar jala dukungan bagi dirinya untuk menjadi Sekjend PBB. Kesempatan itu terbuka lebar mengingat
betapa para pemimpin dunia sekarang benar-benar terpesona pada sosok presiden
kita yang sederhana , Presiden Jokowi,
diakui atau tidak, kini sangat memengaruhi sikap negara-negara lain baik kepada
bangsa kita juga kepada dunia.
Sosok yang kerap dikata-katain sebagai
sosok plonga-plongo oleh lawan-lawan poltiknya di tanah air itu membuktikan
dengan pidatonya baru-baru ini di hadapan peserta KTT G20 Roma karena nyaris semua peserta dibuat pada melongo dan
terpukau akan isi pidatonya. Pidatonya
jelas memperlihatkan pandangan Jokowi sendiri sebagai cerminan mimpi mayoritas
penduduk planet biru ini yakni prinsip kesetaraan, saling mengisi, saling
menopang antar penduduk bumi.
Negara-negara kuat diajaknya untuk tekun
dalam keikhlasan membantu negara-negara miskin agar kue kemajuan peradaban
dunia dapat sama-sama dirasakan secara merata, persis seperti caranya membuat
kawasan timur negerinya sendiri kini mulai setara dengan kawasan barat. Sedang negara-negara yang lemah secara ekonomi
diajaknya untuk tak segan untuk menjalin kemitraan dengan negara lain. Lalu, dalam semangat kebersamaan mencintai
kehidupan yang manusiawi dan beradab, seluruh dunia diajaknya untuk mengalihkan
pembangunan yang tak lagi mengandalkan bahan baku fosil melainkan yang
terbaharukan dan yang tentunya ramah lingkungan.
Melihat komposisi negara-negara di G20
yang mayoritas pesertanya datang dari negara dengan pengaruh ajaran Kristen
(ingat ya, Katolik itu juga Kristen) mengisi kebijakan-kebijkannya. Negara Eropa dan Amerika, meski mereka mengaku
sebagai negara sekular, tapi konsitusi-konstitusi yang digunakannya sangat
kental dengan ajaran kristiani sebab negara-negara itu berdiri saat kekristenan
masih kuat jadi pedoman hidup. Maka,
saya tidak begitu terkejut ketika ada seorang Ketua Presidensi G20, beragama
Islam bernama Jokowi, berhasil membuat para pemimpin dari negara-negara
tersebut terperangah kagum.
Bagaimana tidak, yang diucapkan Jokowi
dalam pidatonya tersebut sangat kristiani banget, saya sendiri merinding sewaktu menyimak pidatonya dimana
ajakannya sangat nyambung dengan ajakan Yesus 2000 tahun silam tentang
mengasihi sesama. Poin-poin yang
disampaikannya juga mirip dengan
poin-poin "Laudato Si", enskilik
yang dikeluarkan Sri Paus Fransiskus pada 2015 yang lalu. Para pemimpin Negara itu bagai diingatkan oleh pastor dan pendetanya
dari mimbar sabda di gereja masing-masing tentang hakikat ajaran Kristus yang
menjadikan Cinta Kasih sebagai hukum utama,
dalam bentuk perwujudan mengasihi
sesama terutama yang kurang beruntung, kecil, lemah, miskin dan tersingkir,
juga tentunya terhadap lingkungan tempat para makhluk menjalani hidupnya.
Memang agak aneh dengan negara-negara
seperti Amerika, Ingris, Italia, Swiss, Prancis, Jerman, Australia, Canada,
Benelux, dll, mayoritas negara-negara
itu konstitusinya bernafaskan
nilai-nilai injili walau di atas kertas negara tersebut sekular. Namun, negara-negara itu terutama Amerika dan
Inggris selama ini cenderung mengeksploitasi sesama di negara lain, hal mana
sangat bertentangan dengan ajaran kristiani yang menekankan kecintaan pada
sesama. Logika
konyol sih sering dipakai untuk menyebut
negara-negara tersebut negara secular, padahal
itu bukanlah jawabanna jika
diteliti bahwa konstitusi yang berlaku
di negara-negara maju tersebut bernafaskan injil meski mereka ambil sekular
sebagai cara bernegara. Lalu apa sebetulnya masalahnya ?.
Tak ada alasan lain selain alasan
pembangkangan dan pengangkangan terhadap ajaran kristiani yang menekankan
perlunya Cinta Kasih (karitas) pada sesame,
seandainya ajaran ini dihayati secara konsisten termasuk dalam menyelenggarakan
negaranys masing-masing, maka tak akan
ada negara super power menjadi agressor pada negara-negara lemah sebab motif
penguasaan akan sumber daya alam bakal kalah di hadapan rasa cinta akan sesama
dan lingkunam hidup. Di selekohan keanehan
inilah Jokowi hadir membawakan pidato yang amat injili tersebut, kalau para pemimpin dari negara-negara yang
dulunya merupakan basis kekristenan tidak dibuat melongo karenanya, only one reasen
pemimpin negara bersangkutan pasti
sedang terganggu kesehatannya.
Bagaimana bisa bilang begitu ? Pidatonya kan sama kayak jemaat Kristiani
diajak untuk kembali bertekun dalam hal cinta kasih oleh seorang ustadz/kiai, mereka
kebanyakan "dibentuk" oleh
ajaran kristiani, namun dapat siraman rohani dari seorang yang Islam. Bukankah
ini mengherankan jika tak mau dibilang sangat istimewa ?, Jadi,
bagi saya, pidato Jokowi adalah cara Tuhan menegur manusia. Ancaman bencana kini nyata di depan mata, perubahan
iklim yang di akibatkan kemajuan laju peradaban dunia yang tidak dilandasi oleh semangat menghargai
kehidupan. Jika akhirnya seseorang hadir lewat pidato untuk mengingatkan, satu
hal yang langsung terbersit di benak saya: TUHAN SEDANG MENUNJUKKAN KUASANYA
pada dunia lewat pidato seorang Jokowi yang Islam.
Nah, apabila benar bahwa Tuhan sedang
berkarya mengingatkan bangsa manusia untuk kembali menyadari kefanaan dirinya
di hadapan keperkasaan alam, saya pun yakin bahwa Jokowi nanti akan dibuatNya
menjadi Sekjend PBB. Sehingga negara-negara itu tidak akan mudah lagi untuk
semau gue. Di hadapan Jokowi yang strategi kebijakan politiknya sering tak
terbaca lawan, mereka tak akan bisa bertingkah banyak. Tahu-tahu keris Solo
sudah ditancepkannya di jantung lawan.
Pertanyaannya adalah apakah peluang
Jokowi mumpuni jadi Sekjend PBB ? Pertanyaan ini lantas mengingatkan saya pada
sosok Ali Alatas, SH., Menlu kita masa Orde Baru ini dulu pernah dijagokan
untuk jadi Sekjend PBB setelah Boutros Boutros Ghali, entah mengapa wacana pencalonannya saat itu menguap begitu
saja. Beredar keterangan saat itu kalau diplomasi kita kurang agresif walau
ketokohan beliau cukup mumpuni di masanya.
SBY sempat pula hangat diusulkan
jadi Sekjend PBB oleh loyalisnya dalam negeri,
namun buru-buru melakukan
diplomasi di kancah internasional, dia cenderung memilih memburu gelar akademis honoris causa
daripada penjajakan kemungkinan jadi Sekjend PBB. Alhasil, wacana para loyalisnya
pun menguap begitu saja.
Bagi
yang belum baca silakan ke link ini ya: Jokowi Berkesempatan Menjajaki Peluang
Dicalonkan sebagai Sekjend PBB 2026-2031
Jokowi ? Saya amat berharap bahwa para pembaca tulisan saya yang ini juga artikel sebelumnya, pada tergerak hati untuk mulai meramaikan medsos masing-masing mendukung pencalonan Jokowi jadi Sekjend PBB. Sebab untuk urusan lobby internasional, saya kira tidak perlu lagi sebab nyata kini milyaran pasang mata dunia sudah tertuju padanya dengan tatapan kagum penuh harap dan ketika Jokowi berkenan mendeklarasikan dirinya sebagai calon Sekjend PBB, tiket kemenangan itu mutlak miliknya dan kita yakin bahwa Tuhan memang sedang berkarya menyelamatkan kehidupan di bumi. Jokowi dipakaiNya. Amin. dr.SEWORD, Aven Jaman, 08 Nov 2021.
Jokowi mengajak dunia mencintai sesama dan
Lingkungan hidub,
Pidato Presiden JokoWi calon Sekjen PBB di G20 mengagumkan.
Semoga Allah memberikan kesempatan pada Bung Jokowi utk mengabdi di dunia yang kebih luas or Internasional serta sukses
BalasHapus