Jumat, 19 November 2021

BAGAIMANA KEMUNGKINAN ?, ISU PRESIDEN JOKOWI JADI SEKJEN PBB ?.

NusaNTaRa.Com

byBambanGBiunG,       S  e  n  i  n,    0   8     N  o  v  e  m  b  e  r     2  0  2  1

Dalam sebuah artikel terdahulu saya sempat membuka diskusi  tentang peluang Jokowi menjadi Sekjend PBB. Di situ saya melihat jabatan beliau sekarang yang diberi kepercayaan menjadi Ketua Presidensi G20 dunia sebagai kesempatan untuk menebar jala dukungan bagi dirinya untuk menjadi Sekjend PBB.   Kesempatan itu terbuka lebar mengingat betapa para pemimpin dunia sekarang benar-benar terpesona pada sosok presiden kita yang sederhana ,  Presiden Jokowi, diakui atau tidak, kini sangat memengaruhi sikap negara-negara lain baik kepada bangsa kita juga kepada dunia.

Sosok yang kerap dikata-katain sebagai sosok plonga-plongo oleh lawan-lawan poltiknya di tanah air itu membuktikan dengan pidatonya baru-baru ini di hadapan peserta KTT G20 Roma karena  nyaris semua peserta dibuat pada melongo dan terpukau akan isi pidatonya.   Pidatonya jelas memperlihatkan pandangan Jokowi sendiri sebagai cerminan mimpi mayoritas penduduk planet biru ini yakni prinsip kesetaraan, saling mengisi, saling menopang antar penduduk bumi.

Negara-negara kuat diajaknya untuk tekun dalam keikhlasan membantu negara-negara miskin agar kue kemajuan peradaban dunia dapat sama-sama dirasakan secara merata, persis seperti caranya membuat kawasan timur negerinya sendiri kini mulai setara dengan kawasan barat.  Sedang negara-negara yang lemah secara ekonomi diajaknya untuk tak segan untuk menjalin kemitraan dengan negara lain.   Lalu, dalam semangat kebersamaan mencintai kehidupan yang manusiawi dan beradab, seluruh dunia diajaknya untuk mengalihkan pembangunan yang tak lagi mengandalkan bahan baku fosil melainkan yang terbaharukan dan yang tentunya ramah lingkungan.

Melihat komposisi negara-negara di G20 yang mayoritas pesertanya datang dari negara dengan pengaruh ajaran Kristen (ingat ya, Katolik itu juga Kristen) mengisi kebijakan-kebijkannya.  Negara Eropa dan Amerika, meski mereka mengaku sebagai negara sekular, tapi konsitusi-konstitusi yang digunakannya sangat kental dengan ajaran kristiani sebab negara-negara itu berdiri saat kekristenan masih kuat jadi pedoman hidup.   Maka, saya tidak begitu terkejut ketika ada seorang Ketua Presidensi G20, beragama Islam bernama Jokowi, berhasil membuat para pemimpin dari negara-negara tersebut terperangah kagum.

Bagaimana tidak, yang diucapkan Jokowi dalam pidatonya tersebut sangat kristiani banget,  saya sendiri merinding sewaktu menyimak pidatonya  dimana  ajakannya sangat nyambung dengan ajakan Yesus 2000 tahun silam tentang mengasihi sesama.  Poin-poin yang disampaikannya juga mirip  dengan poin-poin  "Laudato Si", enskilik yang dikeluarkan Sri Paus Fransiskus pada 2015 yang lalu.   Para pemimpin Negara itu  bagai diingatkan oleh pastor dan pendetanya dari mimbar sabda di gereja masing-masing tentang hakikat ajaran Kristus yang menjadikan Cinta Kasih sebagai hukum utama,  dalam bentuk perwujudan  mengasihi sesama terutama yang kurang beruntung, kecil, lemah, miskin dan tersingkir, juga tentunya terhadap lingkungan tempat para makhluk menjalani hidupnya.

Memang agak aneh dengan negara-negara seperti Amerika, Ingris, Italia, Swiss, Prancis, Jerman, Australia, Canada, Benelux, dll,   mayoritas negara-negara itu  konstitusinya bernafaskan nilai-nilai injili walau di atas kertas negara tersebut sekular.    Namun, negara-negara itu terutama Amerika dan Inggris selama ini cenderung mengeksploitasi sesama di negara lain, hal mana sangat bertentangan dengan ajaran kristiani yang menekankan kecintaan pada sesama.    Logika konyol sih sering dipakai untuk menyebut   negara-negara tersebut  negara secular,  padahal  itu bukanlah jawabanna  jika diteliti bahwa  konstitusi yang berlaku di negara-negara maju tersebut bernafaskan injil meski mereka ambil sekular sebagai cara bernegara. Lalu apa sebetulnya masalahnya  ?.

Tak ada alasan lain selain alasan pembangkangan dan pengangkangan terhadap ajaran kristiani yang menekankan perlunya Cinta Kasih (karitas) pada sesame,  seandainya ajaran ini dihayati secara konsisten termasuk dalam menyelenggarakan negaranys masing-masing,  maka tak akan ada negara super power menjadi agressor pada negara-negara lemah sebab motif penguasaan akan sumber daya alam bakal kalah di hadapan rasa cinta akan sesama dan lingkunam hidup.   Di selekohan keanehan inilah Jokowi hadir membawakan pidato yang amat injili tersebut,  kalau para pemimpin dari negara-negara yang dulunya merupakan basis kekristenan tidak  dibuat melongo karenanya, only one reasen pemimpin  negara bersangkutan pasti sedang terganggu kesehatannya.

Bagaimana bisa bilang begitu ?  Pidatonya kan sama kayak jemaat Kristiani diajak untuk kembali bertekun dalam hal cinta kasih oleh seorang ustadz/kiai, mereka kebanyakan "dibentuk"  oleh ajaran kristiani, namun dapat siraman rohani dari seorang yang Islam. Bukankah ini mengherankan jika tak mau dibilang sangat istimewa  ?,  Jadi, bagi saya, pidato Jokowi adalah cara Tuhan menegur manusia.   Ancaman bencana kini nyata di depan mata, perubahan iklim yang  di akibatkan  kemajuan laju peradaban dunia yang  tidak dilandasi oleh semangat menghargai kehidupan. Jika akhirnya seseorang hadir lewat pidato untuk mengingatkan, satu hal yang langsung terbersit di benak saya: TUHAN SEDANG MENUNJUKKAN KUASANYA pada dunia lewat pidato seorang Jokowi yang Islam.

Nah, apabila benar bahwa Tuhan sedang berkarya mengingatkan bangsa manusia untuk kembali menyadari kefanaan dirinya di hadapan keperkasaan alam, saya pun yakin bahwa Jokowi nanti akan dibuatNya menjadi Sekjend PBB.  Sehingga  negara-negara itu tidak akan mudah lagi untuk semau gue. Di hadapan Jokowi yang strategi kebijakan politiknya sering tak terbaca lawan, mereka tak akan bisa bertingkah banyak. Tahu-tahu keris Solo sudah ditancepkannya di jantung lawan.

Pertanyaannya adalah apakah peluang Jokowi mumpuni jadi Sekjend PBB  ?  Pertanyaan ini lantas mengingatkan saya pada sosok Ali Alatas, SH., Menlu kita masa Orde Baru ini dulu pernah dijagokan untuk jadi Sekjend PBB setelah Boutros Boutros Ghali,  entah mengapa  wacana pencalonannya saat itu menguap begitu saja. Beredar keterangan saat itu kalau diplomasi kita kurang agresif walau ketokohan beliau cukup mumpuni di masanya.   SBY  sempat pula hangat diusulkan jadi Sekjend PBB oleh loyalisnya dalam negeri,  namun buru-buru  melakukan diplomasi di kancah internasional, dia cenderung  memilih memburu gelar akademis honoris causa daripada penjajakan kemungkinan jadi Sekjend PBB. Alhasil, wacana para loyalisnya pun menguap begitu saja.

Bagi yang belum baca silakan ke link ini ya: Jokowi Berkesempatan Menjajaki Peluang Dicalonkan sebagai Sekjend PBB 2026-2031

Jokowi ?  Saya amat berharap bahwa para pembaca tulisan saya yang ini juga artikel sebelumnya, pada tergerak hati untuk mulai meramaikan medsos masing-masing mendukung pencalonan Jokowi jadi Sekjend PBB.  Sebab untuk urusan lobby internasional, saya kira tidak perlu lagi sebab nyata kini milyaran pasang mata dunia sudah tertuju padanya dengan tatapan kagum penuh harap dan  ketika Jokowi berkenan mendeklarasikan dirinya  sebagai calon  Sekjend PBB, tiket kemenangan itu mutlak miliknya  dan kita yakin bahwa Tuhan memang  sedang berkarya menyelamatkan kehidupan di bumi. Jokowi dipakaiNya.  Amin.  dr.SEWORD, Aven Jaman, 08 Nov  2021.

Jokowi mengajak dunia mencintai sesama dan Lingkungan hidub,

Pidato Presiden JokoWi  calon Sekjen PBB di G20 mengagumkan.



1 komentar:

  1. Semoga Allah memberikan kesempatan pada Bung Jokowi utk mengabdi di dunia yang kebih luas or Internasional serta sukses

    BalasHapus

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...