Kamis, 28 Oktober 2021

MELONGO DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN BERCORAK BALI KUNO DENGAN PERANG PANDAN

NusaNTaRa.Com

byIrkaBPiranhA,    K  a  m  i  s,    0  7      O  k  t  o  b  e  r      2  0  2  1

Bali bisa dibilang kawasan yang diberkahi dengan berbagai objek wisata dan hiburan  sehingga tak heran bila Bali juga memiliki beberapa desa wisata yang masih kental dengan adat-istiadat dan nilai-nilai tradisional.   Hampir sepanjang tahun,  wisatawan dalam dan luar negeri  selalu  berbondong-bondong  ke Bali  untuk berlibur,  menikmati   pesona  Pulau Dewata  yang  memang selalu membuat orang mudah jatuh hati.   Rasanya, tak cukup hanya sekali mengunjungi Bali karena banyak hal yang bisa dijelajahi, mulai dari alam,  kebudayaan,  sejarah,  kuliner,  hingga hiburan kekinian.

Desa Tenganan merupaka salah satu desa wisata yang menarik untuk didatangi para wisatawan,   lokasinya berada  di timur Pulau Bali, tepatnya di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem  dan  berjarak  sekitar 70 km dari Denpasar dengan waktu tempuh kurang lebih dua jam perjalanan.   Lokasi Desa Tenganan Pegringsingan berada di sebuah lembah dan diapit oleh perbukitan seluas 917.200 hektare,   desa ini masuk ke dalam wilayah pemerintahan dinas Desa Tenganan bersama dengan desa pakraman lain  seperti  Tenganan Dauh Tukad,  Gumang,  Bukit Kangin  dan  Bukit Kauh.

Tradisi yang cukup menarik yang ada di Desa Tenganan, Kecamatan Karangasem, Bali,  diantaranya  Perang pandan  disebut dengan  makere-kere untuk menghormati  dewa Indra atau Dewa Perang.  Pelaksanaan  upacara perang pandan menjadi daya tarik bagi wisatawann  dalam negeri maupun wisatawan asing.   Perang pandan merupakan bagian dari ritual Sasihh Sembah,  yaitu  ritual terbesar yang ada di Desa Tenganan.  Masyarakat di Desa Tenganan menganut agama Hindu Indra  pemeluk agama Hindu Indra tidak membedakan umatnya dalam kasta  dan  menempatkan Dewa Indra sebagai Dewa tertinggi

Daerah Tenganan dahulu  kala di pimpin oleh seorang raja yang kejam bernama Maya Denawa yang menganggap dirinya sebagai Dewa.  Pengakuan Maya Denata sebagai dewa membuat murka para Dewa, kemudian Dewa Indra diutus untuk melawan Maya Denata, meletuslah peperaangan yang dimenangkan oleh Dewa Indra,   sehingga  trajodi  Peperangan antara  Maya Denata  dan  Dewa Indra  tersebut  hingga  kini  masih  diperingati masyarakat Desa Tenganan dengan upacara  “Perang Pandan”,  karena Dewa Indra adalah dewa perang.

Untuk mengunjungi desa ini, bila datang dari arah Denpasar bisa menuju ke Bali Timur arah Candi Dasa,   lokasi desa  ini  tak jauh dari jalan utama dan mudah ditemukan karena tak banyak persimpangan jalan. Salah satu keunikan desa ini adalah lanskapnya yang berupa terasering atau berundak,  sengaja  di buat demikian dengan maksud  dapat lebih mudah menghindari kikisan air hujan.   Sebagian besar masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan menekuni usaha kerajinan seperti  membuat atta,  lontar,  berbagai jenis cendera mata  dan menenun kain gringsing.

Kain gringsing merupakan salah satu kerajinan istimewa dari desa wisata ini,   keunikannya terletak pada proses pembuatannya yang masih secara tradisional dan tidak menggunakan mesin dengan menggunakan  Teknik yang  terbilang khas yaitu tenun ikat ganda yang butuh keahlian serta waktu lama dalam pengerjaannya.   Untuk mengerjakan sehelai tenun gringsing  dibutuhkan waktu dua sampai lima tahun tergantung tingkat kesulitannya.   Teknik yang dipakai dalam membuat kain ini juga merupakan satu-satunya di Indonesia,  harganyapun terbilang mahal bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Adegan "PERANG PANDAN"

Bagi warga Desa Tenganan Pegringsingan, tenun gringsing bukan sekadar kain biasa, tetapi memiliki arti menjauhkan seseorang dari penyakit dan sebagai penangkal pengaruh negative,  biasanya, kain tersebut digunakan warga desa untuk berbagai upacara keagamaan dan upacara adat.   Desa Tenganan Pegringsingan merupakan salah satu desa wisata yang memiliki corak Bali kuno atau dikenal dengan sebutan Bali Aga,  ciri khas desa Bali Aga adalah tidak terpengaruh kebudayaan Kerajaan Majapahit  yang masuk ke Bali.

Masyarakat desa Bali Aga memiliki adat istiadat Bali kuno,  corak kehidupannya diwujudkan dalam bentuk sistem sosial masyarakat dan tata upacaranya yang tidak dipengaruhi budaya Bali Majapahit. Untuk membedakan desa yang termasuk Bali Aga sebenarnya juga bisa dilihat dari sistem pemujaan,  di i desa Bali Aga biasanya ada banyak pura dan tidak hanya menyembah dewa,  tetapi  juga para leluhur dan alam.   Keunikan lain dari wilayah desa ini yaitu tradisi perang pandan atau mekare-kare,   perang ini diadakan setahun sekali dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali.

Ketika perang pandan berlangsung, pemuda-pemudi desa akan saling menyerang dengan menggunakan daun pandan berduri dan memakai tameng dari anyaman rotan,  peperangan ini rutin dilakukan warga untuk melatih fisik dan mental.   Mekare-kare juga menjadi puncak dari prosesi upacara adat yang disebut Usaba Sambah,  selama peperangan  berlangsung,  acara akan dimeriahkan oleh iringan musik gamelan seloding.

Kesombongan melahirkan bencana,

Perang Pandan menghentikan kesewenangan Raja Maya Denawa.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...