NusaNTaRa.Com
byTheGreaTBritteN, S e l a s a, 1 7 A g u s t u s 2 0 2 1
Tidak banyak yang tahu kalau suku Batak juga ditemukan di tanah
kepulauan Filipina dan mereka termasuk satu dari sekitar 70 suku bangsa pribumi dari
Filipina yang menetap di bagian timur
laut Pulau Palawan. Suku Batak di
Filipina memiliki ciri fisik yang hampir sama dengan Suku Batak di Sumatera
Utara, bertubuh pendek, kulit gelap dan
rambut hitam. Selama berabad lamanya hidup nomaden dengan berburu dan meramu segala
jenis tumbuhan di hutan dengan kepercayaan masih menganut sistem animinsme dan dinamisme.
Suku Batak suku bangsa terbesar di Indonesia setelah Jawa
dan Sunda, sebagian besar bermukim di wilayah Sumatera Utara. Suku Batak termasuk etnis dengan kelompok bahasa
Austronesia yang berasal dari Taiwan sejak 2.500 tahun lalu dan mereka cenderung lebih mudah dikenali melalui gaya
bahasa dan adat budaya yang khas. Ternyata
suku Batak juga ditemukan di kepulauan
Filipina di bagian timur laut pulau Palawan, juga memiliki nama Batak dan sekarang hanya tersisa 500 populasi dijuluki Tinitianes oleh para antropolog.
Belum ada kajian ilmiah keterkaitan Batak di Sumatera Utara dan di Filipina, namun cara hidup dan budaya keduanya diduga pada awalnya keduanya satu
rumpun, kesaksian orang-orang Batak di Filipina juga mengaku bahwa nenek
moyangnya berasal dari Sumatera. Seperti
dalam adat perkawinan, orang tua pria datang meminang mempelai perempuan dengan
membawa mahar yang disebut boli atau sinamot di Batak Sumatera dan bandi atau
kapangsawa di Batak Filipina..
Melihat catatan arkeologi, ada kemungkinan
antara Batak Sumatera dan Batak Filipina memiliki satu nenek moyang yang sama. Sekitar
tahun 2500 tahun lalu, penutur Austronesia bermigrasi dari daratan Taiwan
menuju wilayah Indonesia dan Filipina. Batak
Sumatera mungkin lebih terbuka kepada perkembangan zaman sehingga mengalami
banyak evolusi budaya dibandingkan Batak Filipina yang primitif.
Terdapat satu karya novel dari seorang
penulis kenamaan Filipina, F. Sionil Jose, berjudul “ Sebuah Desa Bernama Poon ” yang banyak menggambarkan pola hidup Batak
Filipina masa penjajahan Spanyol dan Amerika. Novel tersebut memperlihatkan berbagai
kemiripan, misalnya dalam ramuan sakit perut atau jiwa kepemimpinan yang berbalut keuletan. Kosa kata yang mirip digunakan bersama mangan (makan), inong (ibu), among (ayah),
iboto (saudara), sangsang (daging babi) dan lainnya. Desa-desa Batak di Filipina memiliki bangunan,
cara berpakaian, logat bicaranya keras
dan ceplos dan menganut sistem marga.
Jadi, bisa jadi antara Batak Sumatera dan
Batak Filipina masih satu rumpun yang kemudian mengalami perpecahan pada suatu
zaman tertentu yang tidak jelas kapan. Keberadaan Batak di Filipina semakin terancam
karena akses hutan terbatas dan invasi
para imigran. Secara perlahan, hal ini terus menghancurkan kelompok budaya
Batak. Selain itu, sistem perkawinan eksogami (pernikahan dengan kelompok di
luar klan) yang mereka anut membuat komunitas Batak Filipina sulit berkembang.
Masyarakat Filipina menganggap Suku Batak
sebagai orang gunung karena masih primitif. Mereka dikasifikasikan dalam
kelompok Aeta Filipina karena karakteristik fisiknya. Dahulu Batak hidup di
lembah dan daerah pegunungan, saat ini lebih dekat dengan wilayah pesisir di
Pulau Palawan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Batak atau Binatak.
Suku Batak merupakan salah satu dari
sekitar 70 suku pribumi di Filipina yang
hidup menetap di bagian timur laut
wilayah Pulau Palawan. Saat ini hanya tersisa 500 orang Suku Batak saja di
pulau ini. Mereka terkadang juga dikenal dengan Tinitianes. Oleh antropolog,
Suku Batak di Filipina memiliki hubungan kekerabatan dengan Suku Ayta di bagian
tengah Pulau Luzon dan suku Negrito lainnya.
Mereka hidup di hutan-hutan dan menganut kepercayaan dinamisme dan animism dengan gaya hidup cenderung lebih primitip dari Batak Sumatera, seperti mereka hidup dengan melakukan perburuan hewan-hewan hutan dan meramu berbagai tumbuhan yang tumbuh di hutan. Sayangnya, keberadaan Tiniatianies (para arkeolog menyebut Batak Filipina) sudah tergerus populasinya oleh tekanan social dan gaya hidup mereka sehingga konon kini populasinya hanya sekitar 500 jiwa saja, sebagian besar berada di wilayah pantai.
Kalau Dia ngomong keras nada suaranya,
Batak Filipina masih satu rumpun Batak
Sumatera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar