Senin, 25 Oktober 2021

BATAK FILIPINA DIPERKIRAKAN MASIH SATU RUMPUN DENGAN BATAK SUMATERA.

NusaNTaRa.Com

byTheGreaTBritteN,   S e  l  a  s  a,   1  7     A  g  u  s  t  u  s      2  0  2  1

Tidak banyak yang tahu  kalau suku Batak juga ditemukan di tanah kepulauan Filipina dan mereka termasuk  satu dari sekitar 70 suku bangsa pribumi dari Filipina yang menetap  di bagian timur laut Pulau Palawan.   Suku Batak di Filipina memiliki ciri fisik yang hampir sama dengan Suku Batak di Sumatera Utara,  bertubuh pendek, kulit gelap dan rambut hitam.  Selama berabad  lamanya  hidup nomaden dengan berburu dan meramu segala jenis tumbuhan di hutan  dengan  kepercayaan  masih menganut sistem animinsme dan dinamisme.

Suku Batak  suku bangsa terbesar di Indonesia setelah Jawa dan Sunda,  sebagian besar bermukim di  wilayah Sumatera Utara.  Suku Batak termasuk etnis dengan kelompok bahasa Austronesia yang berasal dari Taiwan sejak 2.500 tahun lalu dan mereka  cenderung lebih mudah dikenali melalui gaya bahasa dan adat budaya yang khas.  Ternyata suku Batak juga ditemukan di  kepulauan Filipina di bagian timur laut pulau Palawan,  juga memiliki nama Batak dan sekarang  hanya tersisa 500 populasi dijuluki  Tinitianes oleh para antropolog.

Belum ada kajian ilmiah keterkaitan  Batak di Sumatera Utara dan di Filipina,  namun cara hidup dan budaya  keduanya diduga pada awalnya keduanya satu rumpun, kesaksian orang-orang Batak di Filipina juga mengaku bahwa nenek moyangnya berasal dari Sumatera.  Seperti dalam adat perkawinan,  orang tua  pria  datang meminang mempelai perempuan dengan membawa mahar yang disebut boli atau sinamot di Batak Sumatera dan bandi atau kapangsawa di Batak Filipina..

Melihat catatan arkeologi, ada kemungkinan antara Batak Sumatera dan Batak Filipina memiliki satu nenek moyang yang sama.   Sekitar tahun 2500 tahun lalu, penutur Austronesia bermigrasi dari daratan Taiwan menuju wilayah Indonesia dan Filipina.  Batak Sumatera mungkin lebih terbuka kepada perkembangan zaman sehingga mengalami banyak evolusi budaya dibandingkan Batak Filipina yang primitif.

Terdapat satu karya novel dari seorang penulis kenamaan Filipina, F. Sionil Jose,  berjudul  “ Sebuah Desa Bernama Poon ”  yang banyak menggambarkan pola hidup Batak Filipina masa penjajahan Spanyol dan Amerika.  Novel tersebut memperlihatkan berbagai kemiripan, misalnya dalam ramuan sakit perut  atau jiwa kepemimpinan yang berbalut keuletan.   Kosa kata yang mirip digunakan bersama  mangan (makan), inong (ibu), among (ayah), iboto (saudara), sangsang (daging babi)  dan  lainnya.  Desa-desa Batak di Filipina memiliki bangunan, cara berpakaian, logat bicaranya  keras dan ceplos dan menganut sistem marga.

Jadi, bisa jadi antara Batak Sumatera dan Batak Filipina masih satu rumpun yang kemudian mengalami perpecahan pada suatu zaman tertentu yang tidak jelas kapan.   Keberadaan Batak di Filipina semakin terancam karena akses hutan terbatas  dan invasi para imigran. Secara perlahan, hal ini terus menghancurkan kelompok budaya Batak. Selain itu, sistem perkawinan eksogami (pernikahan dengan kelompok di luar klan) yang mereka anut membuat komunitas Batak Filipina sulit berkembang.

Masyarakat Filipina menganggap Suku Batak sebagai orang gunung karena masih primitif. Mereka dikasifikasikan dalam kelompok Aeta Filipina karena karakteristik fisiknya. Dahulu Batak hidup di lembah dan daerah pegunungan, saat ini lebih dekat dengan wilayah pesisir di Pulau Palawan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Batak atau Binatak.

Suku Batak merupakan salah satu dari sekitar 70 suku pribumi di Filipina  yang  hidup menetap di bagian timur laut wilayah Pulau Palawan. Saat ini hanya tersisa 500 orang Suku Batak saja di pulau ini. Mereka terkadang juga dikenal dengan Tinitianes. Oleh antropolog, Suku Batak di Filipina memiliki hubungan kekerabatan dengan Suku Ayta di bagian tengah Pulau Luzon dan suku Negrito lainnya.

Mereka hidup di hutan-hutan dan menganut kepercayaan dinamisme dan animism  dengan gaya hidup cenderung lebih primitip dari Batak Sumatera,   seperti  mereka hidup dengan melakukan perburuan hewan-hewan hutan dan meramu berbagai tumbuhan yang tumbuh di hutan.   Sayangnya,  keberadaan Tiniatianies (para arkeolog menyebut Batak Filipina) sudah tergerus populasinya oleh tekanan social dan gaya hidup mereka  sehingga  konon kini populasinya hanya sekitar 500 jiwa saja, sebagian besar berada di wilayah pantai. 

Kalau  Dia ngomong keras nada suaranya,   

Batak Filipina masih satu rumpun Batak Sumatera.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...